Anda di halaman 1dari 4

1. A.

Komunikasi sebagai tindakan satu arah Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi publik yang tidak melibatkan tanya jawab dan komunikasi massa. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon disebut sebagai definisi berorientasi sumber. Definisi seperti inin mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator seperti menjelaskan sesuatu. Definisi-definisi yang demikian mengabaikan komunikasi yang tidak disengaja, seperti pesan yang tidak direncanakan yang terkandung dalam nada suara atau ekspresi wajah, atau isyarat lain yang spontan. Definisi-definisi berorientasi sumber ini juga mengabaikan sifat prosesual interaksi memberi dan menerima yang menimbulkan pengaruh timbale balik antara pembicara dan pendengar. Pendek kata, konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat persuasif. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsure komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu : 1. Sumber (source), seiring disebut juga pengirim (sender), penyandi(encoder), komunikator (commjunicator), pembicara(speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yag berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi , perusahaan, atau bahkan suatu Negara. 2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbola verbal dan atau noverbal yang mewakili perasaan baik ucapan ataupun tulisan. 3. saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merajuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. 4. Penerima(Receiver) sering juga disebut sasaran atau tujuan (destination, komunikate (communiatee), penyandi balik(decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber . 5. efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan perilaku (dari tidak bersedia memblei menjadi bersedia membeli), atau dari tidak mau memilih parpol tertentu menjadi mau memilihnya dalam pemilu dan sebagainya. B. Komunikasi sebagai interaksi Pandangan ini menyeterakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Pokoknya masingmasing dari kedua pihak berfungsi secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, maka yang satunya lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya.

Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian. Jadi pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis. Salah satu unsur yang dapat ditambahkajn pada konseptualisasi ini adalah umpan balik(feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya : apakah dapat diterima, dapat dimengerti, dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik itu, sumber dapat mengubah pesan selanjutnya, kalau perlu, agar sesuai dengan tujuannya. Tidak semua respons penerima adalah umpan balik. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku. c. Komunikasi sebagai transaksi Dalam kont3eks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Kelebihan koseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak mebatasi kita pada komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah enafsirkaperilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku nonverbalya. Pemahaman ini mirip dengan definisi berorientasi penerima seperti yang dikemukakan burgoon, yag menekankan variabelvariabel yag berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua arah, bukan satu arah.

4. a. Komunikasi objek Seorang polisi yang menggunakan seragam merupakan salah satu bentuk komunikasi objek. Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam. b. Sentuhan Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.

c. Kronemik Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).[1] d. Gerakan tubuh Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.[2][3] e. Proxemik Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal : Jarak intim

Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan. Jarak personal

Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki. Jarak sosial

Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki. Jarak publik

Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.[4] f. Vokalik Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat

berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari. 6. Manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Saling ketergantungan ini dapat dijalin secara baik jika terjadi komunikasi yang baik. Pentingnya komunikasi, dengan media bahasa yang saling dipahami, dapat dirasakan oleh kita ketika kita membutuhkan bantuan orang lain. Adapun caranya sudah sangat beragam. Bisa berkomunikasi secara langsung (tatap muka), atau secara tidak langsung, seperti melalui telepon. Menurut KBBI, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat diterima. Dengan berkomunikasi, kita dapat saling berhubungan satu sama lain, baik di rumah, sekolah, tempat kerja, lingkungan masyarakat, maupun di mana saja kita berada. Berkomunikasi pun tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga kita bisa berkomunikasi dengan Sang Maha Pencipta beserta seluruh ciptaannya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun kita gunakan untuk berkomunikasi. Disadari atau tidak, komunikasi menentukan kualitas hidup kita. Sebab, komunikasi bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan, melainkan juga merupakan seni bergaul. Mungkin kita pernah merasa kurang simpati kepada seseorang karena cara bicaranya yang tidak mengenakan hati. Verdeber berpendapat ada 4 tingkatan tujuan orang berkomunikasi. 1. Pada tingkat sosial pertama, orang berkomunikasi untuk kesenangan belaka.

2. Pada tingkat sosial kedua, orang berkomunikasi untuk menunjukkan keterkaitannya dengan orang lain. 3. Pada tingkat sosial ketiga, orang berkomunikasi untuk membangun dan memelihara hubungan. 4. Pada tingkat sosial keempat, mereka berkomunikasi untuk menegaskan hubunganhubungan mereka. Secara umum, komunikasi pun bukan hanya berbicara secara verbal, melainkan juga secara nonverbal (bahasa tubuh). Terkadang bahasa verbal sejalan dengan bahasa nonverbalnya. Artinya, apa yang diucapkan sesuai dengan gerak-gerik tubuh yang diperlihatkan. Tetapi, ada kalanya bertentangan. Misalnya, ketika seseorang mengatakan, Saya tidak bohong. Kita dapat memastikannya dengan gerak-gerik, ekspresi yang ditampilkannya. Kita dapat mengetahui dari bahasa nonverbalnya bahasa tubuh) apakah dia benar-benar tidak berbohong atau sebaliknya. Membaca bahasa tubuh seseorang secara objektif memang tidak mudah. Hal ini memerlukan latihan intensif. Caranya ialah dengan berlatih membaca unsur-unsur bahasa badan. Kemudian kita juga dapat berlatih membaca keserasian antara bahasa lisan dan bahasa badan. Sebagai contoh, apabila kita sedang duduk berbicang-bincang dengan seseorang, perhatikan posisi badannya. Perhatikan posisi tangannya, kakinya, gerak-gerik kepalanya, dan jarak antara dia dan kita. Perhatikan cara dia duduk pada saat pertama kali berbincang dengannya dan perubahan yang terjadi selanjutnya. Perhatikan, apakah dia melindungi (menutup) mulut dengan tangannya sewaktu berbicara? Beberapa pakar komunikasi berpendapat bahwa seseorang yang berbicara sambil melindungi mulut dengan tangan menunjukkan orang itu tidak meyakini apa yang sedang dibicarakannya. Dia mungkin berdusta, memutarbelitkan perkara, ragu, atau tidak percaya kepada apa yang dia sendiri katakan. Begitu pula dengan orang yang selalu menyilangkan tangannya di antara dada dan perut ketika berbicara, dia cenderung defensif dan sukar untuk menerima pendapat kita.

Anda mungkin juga menyukai