Anda di halaman 1dari 2

PROSES BIOKIMIA DAN FISIOLOGI PADA PERSALINAN Proses fisiologis pada kehamilan yang menghasilkan inisiasi dan timbulnya

persalinan masih belum dimengerti sepenuhnya. Saat ini terdapat dua hipotesis teori mekanisme yang menyebabkan inisiasi persalinan yaitu penurunan maintenance kehamilan dan induksi zat uterotonin dalam persalinan. Beberapa peneliti juga memprediksikan fetus yang matur merupakan sumber dari sinyal untuk mulainya proses persalinan. Peneliti lainnya menyatakan satu atau lebih zat uterotonin, dengan peningkatan produksi atau pertambahan jumlah reseptornya di miometrium, merupakan penyebab utama inisiasi. Bahkan terdapat satu atau lebih zat uterotonin yang terlibat pada kebanyakan teori persalinan, baik sebagai fenomena primer atau sekunder pada peristiwa akhir terjadinya kelahiran. Kedua proses ini bergantung pada regulasi aktivitas kontraksi sel otot polos miometrium. Karena itu diperlukan pengertian yang sedetail mungkin untuk dapat mengerti proses normal dan patologis dalam beberapa fase persalinan. STRUKTUR ANATOMI & FISIOLOGI MIOMETRIUM Otot polos memiliki struktur yang unik dibanding otot lurik. Huszar dan Walsh menekankan perbedaan ini menimbulkan keuntungan pada miometrium untuk efisiensi kontraksi dan persalinan bayi, yaitu : 1. Derajat memendeknya sel otot polos selama kontraksi yang lebih besar dibanding otot lurik. 2. Kekuatan yang timbul akibat kontraksi otot polos menekan ke segala arah, sementara otot lurik hanya sejajar aksis serabut otot. 3. Struktur otot polos tidak sama dengan otot lurik, pada miometrium terdapat filament yang tipis dan tebal sepanjang sel dalam bentuk bundle derajat pemendekan dan kapasitas kekuatan kontraksi yang lebih besar. 4. Terdapat keuntungan dengan kekuatan yang timbul ke segala arah (fundus vs. segmen bawah uterus) yang memungkinkan kekuatan ekspulsi yang besar sesuai dengan arah mengedan. REGULASI KONTRAKSI DAN RELAKSASI MIOMETRIUM Kontrol dari kontraksi miometrium merupakan dasar pengertian dalam maintenance kehamilan dan timbulnya persalinan. Regulasi kontraksi miometrium vs. relaksasi dapat dibagi menjadi mekanisme akut dan kronis. Secara akut, interaksi aktin dan myosin yang penting untuk terjadinya kontraksi. Myosin terdiri dari beberapa light & heavy chain dengan struktur filament yang tebal. Interaksi aktin dan myosin yang dipengaruhi oleh fosforilasi enzimatik dari 20-kd myosin light chain, menyebabkan hidrolisis adenosine trifosfat dan menimbulkan tenaga. Reaksi fosforilasi dikatalisis oleh MLCK (myosin light chain kinase) yang diaktivasi oleh kalsium. Kalsium terikat pada kalmodulin (protein pengatur pengikat kalsium), kemudian mengikat dan mengaktivasi MLCK. Dengan cara ini zat yang dapat meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol intraselular dari sel otot polos miometrium menimbulkan kontraksi. Peningkatan kalsium ini seringkali hanya sementara, namun kontraksi dapat terjadi lebih lama karena adanya inhibisi pada

aktivitas myosin fosfatase oleh Rho kinase yang teraktivasi secara reseptor dependent. Keadaan yang menyebabkan penurunan konsentrasi kalsium memfasilitasi relaksasi. Zat yang menimbulkan peningkatan kadar intraselular cAMP atau cGMP menyebabkan relaksasi uterus. Diperkirakan hal tersebut disebabkan oleh penurunan konsentrasi kalsium, namun mekanisme detailnya masih belum diketahui. Kontraksi sel miometrium juga secara kronis disebabkan oleh hormon yang mempengaruhi status kontraktilitas. Pengaruh ini dapt timbul melalui efek yang menimbulkan transkripsi gen yang menekan atau menstimulasi kontraksi sel. Berdasarkan data yang ada, aktivitas miometrium dipengaruhi oleh regulasi dari contraction associated protein (CAPs). Protein ini termasuk didalamnya channel yang berhubungan dengan eksitasi dan kontraksi sel otot polos, komponen gap junctions, dan reseptor stimulasi atau inhibisi. Gap junctions miometrium. Seperti sel otot lainnya, sinyal yang mengontrol kontraksi dan relaksasi miometrium dapat secara efektif diteruskan antar sel dengan channel junctions interseluler. Communication is established betwwn myometrial cells by gap junctions that facilitate the passage of electrical or ionic couling currents as well as metabolite coupling. The transmembrane channel that make up the gap junctions consist of two protein hemi channels, termed connexons. Each connexon is hexameric assemblage of a type of protein called a connexin. These pairs of connexon establish a conduit for the exchange of small molecules and ions between cells. The physiological importance of optimal numbers (area) of functional permeable gap junctions between myometrial cells is believed to be the establishment of electrical synchrony in the myometrium, which effects coordination of contractions and thereby greater force during labor. As discussed below, the regulated expression of gap junction proteins is one way to regulate uterine quiescence. Cell surface receptors as regulators of myometrium. Myometrial cells have developed a unique system of regulatory pathways that rely not only on estrogen and progesterone receptors but also on a varety of cell surface receptors that can directly regulate the contractile state of the cell. The three major classes of cell surface receptors are the Gprotein-linked, ion channel-linked, and enzyme-linked. Multiple examples of each class of receptors have been identified in human myometrium, and examples of each class appear to be modified during the phases of parturition. Most of these heptahelical receptors are associated with activation of adenylyl cyclase.

Anda mungkin juga menyukai