Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKHIR KLIMATOLOGI ANALISIS KEPEKAAN BEBERAPA METODE PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

Di Susun Oleh : HERA MEILANI S. HILMIYATI ANGGA SATRIA SANI RAMANDA AGRIBISNIS / 111

FAKULTAS PERIKANAN, PERTANIAN, DAN BIOLOGI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG BALUN IJUK, 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Esa atas terselesaikan tugas makalah tentang Pembentukan Kepribadian. Kami juga bersyukur karena selama membuat tugas makalah ini, tidak mengalami kendala yang sangat sulit. Dalam arti kendala itu tidak bersifat serius dan masih bisa di atasi. Apakah seorang individu ingin mempunyai Kepribadian yang baik ? dan jawabannya pasti iya. Karena tidak ada seorang individu yang ingin kepribadiannya hancur. Makalah yang saya buat ini berjudul PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN yang banyak berisi tentang : Bagaimana seorang individu membentuk kepribadiannya, Hal-hal yang harus dilakukan dalam pembentukan kepribadian. Maka makalah yang kami buat sangat tepat untuk seorang individu yang bingung tentang pembentukan kepribadiannya. Dengan membaca makalah ini, pasti seorang individu akan menyadari bahwa teman terdekat juga bisa jadi tempat untuk membentuk kepribadian.Dalam hal ini teman terdekat sangat penting bagi seorang individu. Makalah kami juga mengandung arti yang sangat penting dalam diri seorang individu dalam membentuk kepribadiannya serta bisa mengetahui macam-macam media untuk membentuk kepribadian. Selanjutnya kami juga tidak lupa mengucapkan terimaksih kepada bapak

HERMIANTO atas bimbingannya dalam membuat tugas makalah ini. Dan juga
teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan tugas makalah ini.

PENDAHULUAN BAB I. LATAR BELAKANG


Kepribadian sangat penting bagi seorang individu karena dimanapun dan kapanpun kepribadian seorang individu sangat di butuhkan pada waktu seorang individu ingin melamar pekerjaan dan melakukan sesuatu. Orang lain pasti melihat kepribadian seorang individu. Apakah kepribadiannya baik atau sebaliknya ? Kalau kepribadian seorang individu itu tidak baik, maka akan sangat tidak baik untuk perusahaan itu dan bisa menghancurkan reputasi perusahaan tersebut. Maka berlomba-lombalah untuk membentuk kepribadian yanng baik dan

pembentukan kepribadian juga harus dibantu dengan diri sendiri. Dalam hal ini, filosofi dan filsafat mengandung unsur moral yang sangat kental. Seorang individu yang digugat filosof itu merupakan cermin individu yang terbius dan terhegemoni olehpesona duniawi,tarikan kenikmatan hedonisme, atau terseret dalam arus kehidupan serba materi, memberhalakan kesenangan dan perubahan gaya hidup. Bagi seorang individu , moral itu tidak lebih dari penghalang dan bahkan pecundang, yang hanya bisa melarang dan memerintahkan serta tidak memberikan kebebasan atau liberalitas kehidupan. Filosof itu bermaksud mengkritik jalan salah ayng ditempuh seorang individu, agar kembali menghidupkan Tuhan didalam diri, dalam berinteraksi, bernegoisasi, dan bersosialisasi.

Tuhan adalah sandaran tunggal yang menjadi garansi yang membuat keberlanjutan kehidupan tetap terjaga atau sejarah peradaban manusia tetap berjalan normal dan sakral. Anehnya, Individu sekarang layak dikritik dengan menggunakan ungkapan filosof itu. Pasalnya, Dalam realitas empiriknya, anak-anak sekarang gampang terseret dan larut dalam pergaulan bebas dan pesona budaya yang semakin jauh pada norma agama. Para remaja hanya bisa membuat gaya liberalisme yang tentu saja dapat magnet utama meruntuhkan ketahanan emosi dan revolusi norma serta moral seorang individu baik remaja maupun anak-anak Sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan oleh American Psichological Association

(APA) mengungkapkan bahwa prilaku seseorang dapat mempengaruhi seseorang


untuk berprilaku baik maupu buruk. Tergantung bagaimana seorang individu menempatkan dirinya dan bisa memilih mana norma dan moral yang baik untuk diikuti dan mana moral dan norma yang tidak baik untuk diikuti karena semua itu sangat mempengaruhi kehidupan bersosialisasi maupun dalam membentuk kepribadiannya.

BAB II TUJUAN

Tujuan kami membuat makalah ini, agar setiap individu bisa belajar membentuk kepribadian dan mendapatkan kepribadian yang lebih baik dari sebelumnya. Dan juga seorang individu bisa menyadari bahwa teman terdekat, keluarga, sekolah dan media massa bisa menjadi tempat dalam pembentukan kepribadian.

BAB III PEMBAHASAN

1. Sosialisasi dalam kehidupan masyarakat


Sebenarnya pembentukan kepribadian bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan cara kita sering bersosialisasi dengan orang banyak, itu bisa dilakukan di dalam keluarga,sekolah, dan tempat yang terdapat banyak orang yang bisa membuat kita bisa bertukar pikiran dengan orang lain. Bersosialisasi itu sebenarnya luas maknanya, bukan hanya ikut bercampur dengan orang lain tetapi juga mengeluarkan pendapat. Dalam hal ini bersosialisasi maksudnya adalah proses pembelajaran seorang individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam diri kita dan orang sekitar sebagai persiapan untuk menjadi bagian dari masyarakat itu sendri. Sosialisasi juga mngacu kepada pembelanjaran-pembelanjaran bagaimana seoarng individu bisa bermasyarakat. Maka sosialisasi sebagai penghubung individu dengan orang lain dalam pembentukan kepribadian seseorang.

2. Media Sosialisasi
Sebetulnya proses sosialisasi sudah dimulai dari dalam keluarga. Keluarga mengajarkan nilai-nilai yang kemudian dimiliki oleh individu dan berbagai norma yang harus dilakukan. Bruce J. Cohen (1992) mengemukakan bahwa keluarga merupakan media palinng efektif untuk bersosialisasi bagi individu. Nilai dan norma juga dipelajari individu dari lembaga pendidikan tempat belajar atau bertukar pikiran.

Sosialisasi juga bisa berlangsung melalui media massa. Kita yang bisa menilainya, mana yang pantas ditiru kita dan mana yang tidak tidak pantas untuk ditiru. Selain keluarga, sekolah, dan media massa, media yang ini juga bisa dilakukan. Yaitu teman sepermainan. Setelah di lakukan penelitian, ternyata teman

sepermainan juga bisa jadi tempat bersosialisasi yang menyenangkan. Yang di maksud dengan teman sepermainan adalah teman yang sebaya dan sering berinteraksi secara intensif. Sering kali setiap individu menirukan tingkah laku teman bermainnya. Atau sering kita dengar salah pergaulan Yang menunjuk kepada sikap-sikap yang tidak

diharapkan untuk ditiru yang membuat pribadi individu sulit untuk membentuk kepribadiannya.

3. Nilai, Etika dan Norma yang harus ada dalam sosialisasi A. Nilai kepribadian
Secara sederhana nilai ini bisa diartikan sebagai sesuatu yang baik dan sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Secara ilmu, nilai sangat mengandung unsur filsafat yang sangat berguna bagi diri kita dan orang lain. Di masyarakat, nilai tidak di bicarakan tapi dikembangkan agar seseorang lebih mengetahui arti penting ilmu dalam filsafat untuk pembentukan kepribadian seseorang. Jadi nilai menjadi acuan bagi setiap induvidu untuk melakukan tindakan. Kita bisa melihat dari lingkungan sekitar , seperti jika seseorang sering menjunjung tinggi nilai kejujuran maka seseorang tersebut akan terus berlaku jujur dimana pun dan kapan pun.

Menurut para ahli (1981) mengatakan bahwa nilai kepribadian sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang tapi itu juga tergantung seseorang yang membawanya kearah yang mana ( yang baik atau buruk). Kalau dia membawa kepribadiannya ke arah yang baik maka sampai seterusnya kepribadianya akan terus baik dan jika dia membawa kepribadianya ke arah yang buruk, maka kepribadianya akan menjadi buruk, asalkan seseorang segera mengubah cara berfikirnya. Mungkin itu sedikit bisa mengubah kepribadiannya yang dulu. Sementara itu menurut Notonegoro membagi nilai menjadi 3 : a. Nilai material, Meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani mnusia. b. Nilai Vital, Meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktifitas. c. Nilai Kerohanian, Meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia seperti :

Nilai Kebenaran, yaitu nilai yang bersumber pada akal manusia (cipta). Nilai Keindahan, yaitu nilai yang bersumber pada perasaan (estetika). Nilai Moral, yaitu nilaiyang bersumber pada unsur kehendak (karsa). Nilai Keagamaan, (religiusitas)yaitu nilai yang bersumber pada relevasi

(wahyu) dari Tuhan Yang Maha Esa.

B. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos, ethos yang artinya adat, kebiasaan, parktek. Secara umum, etika menekankan pada apa yang dipandang baik atau buruk. Etika juga membicarakan arti susila (moral dan tidak bermoral), dan predikat nilai-nilai (betul dan salah).

Pada umumnya, pembicaraan mengenai etika mendasarkan diri pada prinsip-prinsip pembenaran yang acap kali sangat berbeda. Ada yang mendasarkan diri pada alasan kemanfaatan, ada juga alasan yang menghindari keburukan dan sebagainya. Sementara itu, menurut Maqbul Halim (2004), etika adalah pembahasan mengenai baik (good), buruk (bad), semestinya (ougghtto), benar (right), dan salah (wrong). Hal yang paling menonjol adalah tentang baik atau good dan teori tentang kewajiban (obligation). Keduanya bertalian dengan hati nurani. Bernaung di bawah filsafat moral. Etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu dengan argumen bahwa kalau suatu saat tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana atau keburukan bagi manusia. Pada tataran praktis, etika sering dipadankan dengan istilah etiket. Padahal keduanya memiliki perbedaan yang cukup substansial. Etika berarti moral sedangkan Etiket berarti sopan santun. Namun meskipun begitu berbeda, ada persamaan yang dimiliki keduanya, yaitu : Keduanya menyangkut perilaku manusia Etiket dan Etika mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya smember norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Sedangkan perbedaannya menyangkut : Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkanserta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut pilihan, yaitu apakah perbuatan boleh dilakukan atau tidak.

Etiket hanya berlaku dalam pergalan. Bila tidak ada sanksi mata, maka etiket tidak berlaku.

Etika selalu berlaku meskipun tidak ada sanksi mata, tidak tergantung pada ada dan tidaknya seseorang.

Etiket bersifat relatif, yang artinya dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.

Etika jauh lebih absolut, prinsip-prinsip tidak dapat ditawar lagi. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja. Etika menyangkut manusia dari segi dalam. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

B. Norma
Norma harus dipahami sebagai aturan yang berlaku dalam masyarakat yang disertai dengan sanksi bagi individu atau kelompok yang melanggar aturan yang telah di buat. Sanksi ini dapat berupa denda, pengucilan, teguran, atau hukuman fisik yang berlaku. Individu wajib mematuhi norma tersebut sebagai mana seorang individu mematuhi peraturan Undang-Undang yang telah ditetapkan. Norma hampir sama dengan hukum yang sama-sama bersifat memaksa atau menekan seorang individu agar taat pada norma yang telah di tetapkan. Norma sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kepribadian seseorang. Kepribadian dapat dicapai dengan selalu bersikap sopan kepada siapapun, menjaga kehormatan orang lain dan diri sendiri, dan tidak merendahkan harga diri sesama nya.

C. Fungsi Norma
Norma berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi kehidupan manusia dalam proses sosialisasi. Norma yang telah dipelajari setiap manusia dalam proses

sosialisasi menentukan tingkah laku seorang individu sebagai pendukung nilai-nilai norma tersebut. Para Sosiolog memahami norma sebagai suatupatokan tingkah laku yang berbentuk kode-kode. Kode itu berupa Peraturan-peraturan yang mengandung sanksi atau hukuman. Kode atau peraturan tersebut dapat bersifat memaksa. Contoh : Kode kehakiman yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Semua itu, mengandung hukuman denda dan penjara. Menurut Hassan Shadily (1993), Ada 3 kode sosial: 1. Kode Etik

Kode ini merupakan bagaimana cara seorang individu bersikap dimanapun berada maksudnya Bagaimana seorang individu meletakkan sikap yang sewajarnya. 2. Kode Moral

Berbeda dengan kode etik, kode moral berupa tata cara prilaku yang baik dengan sanksi berupa hukuman ganti rugi, denda atau penjara. Pelanggaran terhadap kode moral akan merugikan orang lain. 3. Kode Agama

Kode agama mengatur tata cara prilaku yang baik sesuai dengan petunjuk agama. Individu yang mematuhinya akan mendapatkan pahala yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun bagi pelanggar nya akan dikenakan sanksi berupa dosa. Jika kode agama dipatuhi, kehidupan damai akan tercipta. Baik damai dalam hati maupun damai dalam kehidupan.

D. Pembentukan Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Kepribadin dapat diartikan sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dengan orang atau bangsa lain. Dengan kata lain Kepribadian merupakan sifat-sifat khas yang dimiliki oleh setiap individu. Sementara menurut Koentjaningrat mengatakan bahwa kepribadian merupakan beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah laku individu sehingga individu tersebut memiliki identitas khusus dengan individu lain.

2. Faktor Pembentuk Kepribadian


Pada dasarnya pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Paling tidak faktor tersebut meliputi:

a. Warisan Biologis
Tentang warisan biologis, mungkin akan sangat tampak pada intelegensia dan ciriciri ataupun kematangan fisik. Namun demikian banyak ilmuwan yang membantah pendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis lebih dipengaruhi oleh pengalaman sosial seseorang.

b. Lingkungan Alam
Ternyata kondisi alam juga menentukan kepribadian seseorang. Misalnya jika seseorang berada di daerah yang jauh dari keramaian maka ia akan selamanya menjadi orang yang suka menyendiri atau dengan kata lain tidak suka dengan

keramaian. Secara umumnya orang-orang yang tinggal di tiap-tiap tempat yang berbeda akan mempunyai watak dan kepribadian yang berbeda.

c. Lingkungan sosial
Sementara itu, lingkungan sosial sebagai faktor ketiga, juga mempunyai pengaruh tersendiri terhadap pembentukan kepribadian seorang individu. Walhasil, faktor yang mempengaruhi pembentuka kepribadian individu tidaklah tunggal. Ia dipengaruhi oleh bakat, juga dipengaruhi oleh lingkungan alam serta sosial.

3. Pengaruh Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian


Masa kanak-kanak seorang individu mulai diajari ini dan itu. Seorang Individu juga akan di perkenalkan caranya berhubungan dengan orang lain. Disini norma norma dan nilai mulai ditanamkan. Seorang individu juga harus mengerti bagaimana berjalan di depan orang yang lebih tua sekaligus menghormati orang yang lebih muda maupun yang lebih tua. Proses sosialisasi juga akan berlangsung setiap kali seorang individu memasuki lingkungan baru. Hubungan sosialisasi dengan pembentukan kepribadian terletak pada berbagai adaptasi yang dilakukan. Setiap kali orang memasuki lingkungan baru, ia harus melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap tata nilai dan norma yang ada. Dalam kaitannya dengan sosialisasi, tindakan-tindakan penyesuaian itulah yang mempengaruhi proses pembentukan kepribadian.

BAB IV. KESIMPULAN DAN PENUTUP


Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kepribadian sangat penting bagi seseorang karena semua itu memepengaruhi kehidupan seorang individu. Maka dari itu, berlomba-lomba lah untuk membuat kepribadian seorang individu menjadi lebih baik.

BAB V. DAFTAR PUSTAKA


1. Kleiser,Grenville. Membina Kepribadian.2007.CV. PIONIR JAYA : BANDUNG. 2. Ibrahim.Memahami Ilmu Secara Filosofis.2008. UBB PRESS : BANGKA BELITUNG 3. http://www.si.its.ac.id/kurikulum/materi/iptek/etika.html #2.2.

Anda mungkin juga menyukai