PKN Tugas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Kasus korupsi

Saksi Kasus Suap Hakim Diuber Buruh


Besar Kecil Normal TEMPO.CO, Jakarta - Persidangan terdakwa hakim kepailitan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat non-aktif, Syarifuddin Umar, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi diwarnai kericuhan. Kurator, Khairil Poloan, yang bersaksi di persidangan dikejar-kejar oleh buruh seusai memberi keterangan di persidangan. Khairil bersaksi pada kasus suap terhadap Syarifuddin yang ada kaitannya dengan perkara kepailitan PT Skycamping Indonesia. Seusai memberi kesaksian sekitar pukul 18.30 WIB, ia keluar ruang sidang. Mendadak sekitar delapan orang buruh langsung mengejarnya. "Maling, dimana uang karyawan," buruh itu berteriak di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta 29 November 2011. Dalam kesaksiannya Khairil mengatakan telah menjual dua aset tanah Skycamping kepada Otto Hasibuan pada 2010 di Gunung Putri Bogor dan di Bekasi pada 2011 seharga Rp 16,5 miliar. Dari hasil penjualan itu, tiga orang kurator masing-masing mendapat Rp 250 juta. Pada kasus suap ini KPK menetapkan dua tersangka, Syarifuddin dan kurator Puguh Wirawan. Puguh telah divonis bersalah oleh Majelis Hakim dengan hukuman 3,5 tahun penjara. Adapun Syarifuddin didakwa dengan lima dakwaan karena menerima suap sebesar Rp 250 juta Puguh. Jaksa menyebut uang Rp 250 juta itu diberikan Puguh agar Syarifuddin selaku hakim pengawas memberikan persetujuan perubahan atas aset boedel pailit PT Skycamping berupa tanah SHGB 7251 di Bekasi atas nama PT Tanata Cempaka Saputra, menjadi aset non-boedel pailit tanpa penetapan pengadilan.

Kasus pelanggaran HAM

JAKARTA - Penganiyaan sadis yang dilakukan warga Arab Saudi terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Sumiati Binti Salam Mustafa tergolong pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menegaskan hal ini usai melakukan pelepasan relawan untuk korban Merapi, di kantornya, Rabu (17/11), siang ini. "Di dunia ini, penganiayaan seperti itu tergolong pelanggaran HAM berat," tegas Patrialis. Pemerintah, menurutnya, telah bertemu pihak keduataan besar Arab Saudi di Indonesia. Mereka berjanji menindaklanjuti kasus tersebut dan akan memproses majikan Sumiati sesuai hukum yang berlaku. "Kita sudah ketemu dengan Dubes Arab Saudi di sini. Dubes Arab Saudi mengutuk habis perbuatan kejam dan zalim itu. Kita bersyukur pemerintah Arab Saudi berjanji akan menindaklanjuti proses hukum," papar Patrialis. Sebagaimana diberitakan, TKI asal Dompu, Nusa Tenggara Barat itu dibawa ke RS King Fahad pada 8 November 2010 setelah mengalami penyiksaan oleh majikannya. Kondisi TKI malang tersebut sangat memprihatinkan dan sangat lemah. Seorang petugas rumah sakit itu mengungkapkan, kedua kaki Sumiati nyaris lumpuh, kulit tubuh dan kepalanya terkelupas, jari tengah retak, alis matanya rusak. Yang lebih parah, bibir bagian atasnya hilang. Diduga majikan wanita Sumiati kerap kali melakukan kekerasan terhadapnya, sebab terdapat banyak luka di sekujur tubuhnya. Antara lain luka bekas setrika panas. Sumiati diketahui tidak bisa berbahasa Arab maupun Inggris.

Kasus HAM

Pada 2006, Darsem binti Daud Tawar diberangkatkan ke Arab Saudi sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) penata laksana rumah tangga oleh PT Titian Hidup Langgeng, Jakarta. Ia bekerja pada keluarga Ibrahim Sholeh Ahmad Al-Mubariki yang beralamat di Distrik Al-Uraija, di selatan kota Riyadh. Desember 2007, Darsem diberitakan membunuh seorang warganegara Yaman, Walid, yang sedang bertandang ke rumah majikannya. Dalam pengakuan kepada staf KBRI yang menemui di penjara Al Malaaz pada 6 Februari 2008, Darsem mengaku membunuh lantaran membela kehormatannya karena hendak diperkosa oleh teman majikannya. Diawali saat korban masuk ke kamarnya membawa sebilah pisau dan berupaya memperkosa disertai ancaman sambil menindih tubuhnya. Darsem meronta kemudian lari ke dapur namun tetap dikejar korban. Di dapur, Darsem menemukan martil, lalu dipukulkan berkali-kali ke bagian tubuh korban hingga menemui ajal, mayat korban pun diletakkan Darsem di tempat penampungan air. Pada 6 Mei 2009, pada sidang di pengadilan yang sama, Darsem yang didampingi penasihat hukum KBRI ditetapkan dengan vonis mati (pancung). Pada 7 Januari 2011, KBRI menerima pemberitahuan dari kantor Gubernur Riyadh bahwa pihak ahli waris telah memberi pemaafan dengan imbalan uang diyat sebesar 2 juta riyal Saudi dan atas tercapainya damai ini pengadilan di Riyadh memberi batas waktu enam bulan dilaksanakannya pembayaran diyat dalam kasus Darsem. Kasus HAM

BEKASI (wartamerdeka.com) - Keluarga almarhumah Ibu Ruyati binti Satubi (54), warga Kampung Srengseng Jaya, Rt 001/003, Desa Suka Darma, Kecematan Sukatani, menyisahkan kekecewaan yang mendalam. Pasalnya, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI tidak

transparan terhadap eksekusi (hukuman) pacung yang dilakukan pihak pemerintah Arab Saudi, pada Sabtu (18/06), pukul 01.00 dini hari. Padahal, informasi sebelumnya, almarhumah akan menjalani sidang lanjutan kasus pembunuhan Ibu majikan korban pada Juni 2011. Seperti diketahui, Ruyati binti Satubi dituduh melakukan kasus Ibu dari majikannya bernama Ipat asal Arab Saudi, Mekkah, pada Januari 2009. Ruyati menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi sejak Agustus 2008 lalu, diberangkatkan dari tempat penampungan PT Dasa Graha Utama yang berlokasi di wilayah Pondok Gede, Bekasi. Kemudian, pengiriman TKI itu langsung dari PT Dasa Graha Utama yang berada di Gambir, Jakarta Pusat. Ruyati sudah tiga kali menjadi TKI untuk memenuhi kebutuhan keluarganya setelah bercerai dari suaminya. Kasus korupsi

Pengusaha Dharnawati mengungkap uang Rp 1,5 miliar yang disita KPK dalam kasus yang menjeratnya merupakan uang lebaran untuk Menteri tenaga kerja dan transmigrasi (Mennakertrans) Muhaimin Iskandar. Uang itu, menurut Dharnawati, bersifat pinjaman. Sebelumnya diberitakan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita Rp 1,5 miliar dalam penangkapan terhadap dua pejabat Kemennakertrans dan satu pengusaha bernama Dharnawati, Kamis lalu. Uang sebesar itu ternyata dana untuk operasional lebaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertrans) Muhaimin Iskandar. Ihwal itu terungkap dari surat penahanan KPK terhadap ketiganya. Surat itu lalu ditujukan KPK kepada keluarga ketiganya. "Ditulis disana, sedang melakukan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka Dharnawati bersama-sama dengan I Nyoman Suisnaya dan Dadong Irberalawan untuk memberikan hadiah kepada Muhaimin Iskandar selaku Menteri tenaga kerja dan transmigrasi," ujar penasihat hukum Dharnawati, Farhat Abbas mengutip surat penahanan terhadap kliennya

Kasus korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nampaknya serius mendalami kasus dugaan korupsi proyek pembangunan gedung dan sarana olahraga di Hambalang, Bogor senilai Rp1,2 triliun. Semua nama yang diduga terlibat dalam proyek tersebut akan dipanggil untuk pemeriksaan lebih lanjut, termasuk Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum. Kasus Hambalang sendiri sudah masuk tahap penyelidikan. Seperti diketahui nama Anas Urbaningrum beberapa kali disebut Nazaruddin sebagai dalang dalam proyek Hambalang. Hal itu diperkuat dengan pernyataan Ketua Badan Legislasi, Ignatius Mulyono yang mengaku pernah diminta tolong Anas untuk melakukan lobby pada Ketua BPN untuk membebaskan lahan Hambalang. Kasus HAM

Belum lepas dari ingatan kita, memar lebam dan pilu Siti Hajar, seorang TKI yang dihajar sampai masuk rumah sakit oleh majikan perempuan yang menunda gaji Siti hingga 34 bulan. Darah, air mata, diperkosa sampai hamil, bahkan terbujur dalam peti mati kerap menimpa pahlawan devisa kita. Michel, yang menyiksanya selama tiga tahun bekerja di Kuala Lumpur, Malaysia . Kontributor Tempo di Malaysia yang menemui Siti Hajar di kamar 6U lantai 6 Universiti Malaya Medical Centre (UMMC) melihat banyak perkembangan positif pada proses pengobatan Siti Hajar. Selain luka di muka yang berangsur sembuh, kini tinggal dua perban lagi yang masih menempel dianggota janda dengan dua anak itu. Luka itu ada di bagian leher dan pahanya. Siti hajar sering Ditinju, dipukul dengan kayu atau terkadang dengan rotan, ditendang, jari tangan saya ditarik kebelakang mau dipatahkan (Siti Hajar menunjukkan jari-jari tangannya yang tidak bias

diluruskan), disiram dengan air panas, punggung saya diiris dengan pisau, sampai paha saya diiris dengan gunting (Siti juga menunjukkan luka di kedua pahanya bekas gunting yang sebagian masih diperban). Kasus korupsi

Aulia Pohan Hadapi Tuntutan Kasus Korupsi


JAKARTA - Jaksa penunut umum akan membacakan tuntutan terhadap mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Aulia Pohan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Selasa i(2/6) ini. Aulia bersama tiga mantan Deputi Gubernur lainnya diduga telah mengambil dan menggunakan dana BI yang berada pada Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia. Besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu disidangkan bersama dengan mantan Deputi Gubernur BI lainnya, yaitu Maman H Somantri, Bun Bunan EJ Hutapea dan Aslim Tadjuddin. Keempat mantan pejabat BI itu didakwa melanggar pasal 2 ayat 1 Undang-undang Tindak Pidana Korupsi. Ancamannya, hukuman pidana seumur hidup atau maksimal 20 tahun penjara.

Kasus korupsi

Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Urip di rumah Artalyta karena diduga menerima suap US$ 660 ribu. Saat Urip ditangkap, KPK memang tidak bermaksud menangkap Artalyta selaku pemberi suap. Sehingga yang ditangkap dan dibawa ke KPK hanya Urip. KPK terbukti tidak berniat menangkap Artalyta.

Jamintel Wisnu Subroto mendapat laporan bahwa ada jaksa yang ditangkap karena menerima suap, tetapi pelaku suap yang berada di lokasi yang sama dengan TKP penangkapan Urip tidak ikut ditangkap.

Wisnu Subroto menghubungi Muhammad Sidik Latuconsina (Jaksa Fungsional di Intelijen Kejagung) agar segera dibentuk tim intelijen yang cekatan, gesit, punya integritas tinggi dan mudah bergerak agar merapat ke Pidsus Kejagung, sebab ada jaksa yang tertangkap KPK karena kasus suap. Tetapi pelaku atau pemberi suap tidak ditangkap oleh KPK, sehingga Kejagung yang akan menangkap. Muhammad Sidik Latuconsina menghubungi Ketua KPK Antasari Azhar untuk berkoordinasi bahwa Kejagung akan menangkap pelaku suap yaitu Artalyta. Muhammad Sidik Latuconsina yang sedang berada di BSD, langsung menuju arah Tol Kebon Jeruk menuju Kejaksaan Agung. Sidik menghubungi 4 intelijen Kejagung agar semua menuju ke Gedung Bundar. Muhammad Sidik Latuconsina menghubungi lagi Ketua KPK Antasari Azhar untuk melakukan pembicaraan kedua. Antasari mempersilahkan Kejagung menangkap Artalyta.

Tim Kejagung berjumlah 11 orang tiba di rumah Artalyta. Namun Artalyta ternyata sudah diambil oleh penyidik KPK. Barulah terungkap bahwa ternyata KPK sebenarnya memang tidak bermaksud menangkap Artalyta karena ada rentang waktu 5 jam antara penangkapan Urip dengan Artalyta. 3 Maret 2008 Artalyta dilepas KPK. 5 Maret 2008 Artalyta ditangkap lagi oleh penyidik KPK dan dijadikan tersangka. Kasus HAM

Di kota-kota besar, banyak terdapat suami istri yang bekerja, sehingga mereka terpaksa harus menyerahkan anaknya kepada orang lain. Ada yang kepada orang tuanya (entah mereka masih tinggal dengan orang tuanya, atau mendatangkan orang tuanya dari daerahnya), kepada kakak / adik / saudara yang tidak bekerja, atau kepada pengasuh bayi / anak dari yayasan.

Terlepas dari siapa pun yang mengasuh, saya ingin menekankan di sini kepada derajat kekerasan yang diterima sang anak, mulai dari tingkatan ringan -membentak dengan keras -- hingga tingkatan berat -- seperti menyiksa anak dan menyekapnya di kamar gelap berjam-jam. Sungguh sangat miris melihat anak harapan bangsa harus mendapat kekerasan semacam ini. Anak adalah pengganti generasi kita selanjutnya. Apa jadinya sang anak nantinya bila seumur hidupnya senantiasa mengalami perlakuan kekerasan baik fisik maupun mental yang berlebihan? Dan jangan hanya menghitung dengan jari. Sungguh banyak keluarga di Indonesia ini. Katakanlah bila ada 1 anak untuk sejuta keluarga, maka dalam waktu tertentu akan ada 1 juta remaja / dewasa nantinya yang berlatar belakang kekerasan. Sungguh mengkhawatirkan! Tentu saja hal ini tidak boleh dibiarkan. Dengan Anda berada di sini, patut saya acungkan topi saya kepada Anda (eh.. apakah saya punya topi ya?), karena Anda telah memberikan perhatian kepada satu masalah ini, yang menurut saya salah satu dampak bagi root-cause / akar permasalahan yang lain : bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri dan orang lain, baik kepada anak-anak maupun dewasa.

Anda mungkin juga menyukai