Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK PERTAMBANGAN PASIR TERHADAP DAYA DUKUNG LINGKUNGAN Mutia Saraswati, 1006659344 Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri

sendiri karena interaksi pengaruh luar disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan antara tempat satu dengan tempat yang lain berbeda. Komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya turut menetapkan nilai daya dukung. Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya. Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya. Sepanjang belum ada gangguan paksa maka apapun yang terjadi, lingkungan itu sendiri tetap bereaksi secara seimbang. Perlu ditetapkan daya dukung lingkungan untuk mengetahui kemampuan lingkungan menetralisasi parameter perubahan lingkungan dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan seperti semula. Apabila perubahan lingkungan terjadi terus menerus, sehingga lingkungan tidak punya kemampuan alami untuk menetralisasinya yang mengakibatkan perubahan kualitas. Pokok permasalahannya adalah sejauhmana perubahan ini diperkenankan. Ada saatnya makhluk tertentu dalam lingkungan punya kemampuan yang luar biasa beradaptasi dengan lingkungan lain, tapi ada kalanya menjadi pasif terhadap faktor luar. Jadi faktor daya dukung tergantung pada parameter perubahan dan makhluk yang ada dalam lingkungan. Pengaruh pencemar lingkungan diukur dengan perubahan kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan ditetapkan pada suatu periode dan tempat tertentu. Kualitas adalah suatu numerik yang ditetapkan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi lingkungan. Kualitas lingkungan mengalami perubahan pada suatu periode tertentu sesuai dengan interaksi komponen lingkungan. Dengan adanya kegiatan baru dalam lingkungan timbul interaksi baru antara satu kegiatan atau lebih dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Interaksi tersebut menyebabkan saling pengaruh mempengaruhi, dan pada gilirannya akan menimbulkan dampak positif maupun negatif. Perlunya penetapan kualitas lingkungan adalah salah satu upaya untuk memantau kondisi lingkungan dan perubahannya akibat suatu kegiatan baru. Salah satu contoh kasus dampak perubahan terhadap daya dukung lingkungan adalah kegiatan penambangan. Penambangan pasir di Magelang dan Klaten semakin menggila. Tidak hanya dilakukan secara manua, tetapi sebagian besar dilakukan dengan back hoe(alat berat) di lahan-lahan perkebunan yang disewakan warga untuk ditambang. Padahal menurut Jaringan Advokasi Tambang, dalam praktiknya tidak ada aktivitas pertambangan yang tidak merusak, termasuk penambangan pasir. Dalam banyak kasus menunjukkan, kerusakan akibat penambangan pasir meliputi perubahan kondisi alam, hilangnya kesuburan tanah dan perubahan tata air. Pasca penambangan, kondisi alam berubah dan meninggalkan kerusakan dengan pemandangan yang buruk. Bersamaan dengan berubahnya kondisi alam, permukaan tanah

yang merupakan lapisan tanah paling subur yang memiliki kandungan humus akan hilang disebabkan penggalian atau pengerukan pasir. Akibatnya tanah di sekitar lokasi penambangan pasir rata-rata merupakan areal perbukitan gundul dan tanah gersang. Di Merapi, beralihnya aktivitas penambangan ke cara modern dengan menggunakan back hoe memberikan tekanan besar bagi perubahan kondisi alam di kawasan ini. Berbeda dari aktivitas penambangan yang hanya mengandalkan tenaga manusia, yang relatif lambat, mengunakan peralatan seadanya dan memanfaatkan sebagian besar material letusan Merapi, maka penambangan dengan menggunakan back hoe lebih cepat mengeruk, menggali dan mengubah bentang alam. Sekarang kondisi alam di kawasan Merapi berubah dengan cepat. Kini telah berubah menjadi lubang-lubang penambangan pasir yang setiap hari dipenuhi para penambang, back hoe dan truk pengangkut pasir. Cerita soal berlimpahnya air di Merapi, mulai berganti dengan cerita kelangkaan dan kesulitan akses. Riset BPPTK Yogyakarta pun menunjukkan bahwa di Srumbung (Magelang), akibat tingginya penambangan aktivitas penambangan pasir, sumur-sumur masyarakat sejak tahun 2004-2005 mengalami penurunan ketinggian permukaan air rata-rata 1-2 meter. Sekarang ketika lingkungan semakin rusak dan kerugian atas rusaknya lingkungan semakin besar, untuk apa aktivitas penambangan itu terus diijinkan tanpa kendali? Masyarakat dan pemerintah di empat kabupaten yang termasuk dalam kawasan Merapi seharusnya melarang aktivitas penambangan yang merusak dan secara tegas melakukan beberapa pembatasan terkait pembatasan ijin penambangan, pembatasan lokasi tambang dan terutama pembatasan volume penambangan pasir berdasarkan daya dukung erupsi Merapi. Upaya-upaya untuk memulihkan kembali kondisi alam Merapi sebagai wilayah tangkapan air juga harus segera dilakukan. Upaya pemulihan ini secara bijaksana harus juga mampu menjamin hak-hak kehidupan masyarakat lokal dalam kawasan itu.

Referensi : Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan Normal. http://usupress.usu.ac.id/files/Analisa%20Pencemaran%20dan%20Pengendalian%20 Lingkungan_Normal_bab%201.pdf (diakses tanggal 21 Oktober 2011)
Penambangan Pasir di Merapi : Semakin Merusak, Semakin Merugikan. http://walhijogja.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=25&Itemid=3 (diakses tanggal 25 Oktober 2011)

Anda mungkin juga menyukai