Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda membentuk grup terbesar dan paling beragam dari moluska.

Tubuh secara khas dibagi menjadi dua bagian; bagian kaki-kepala ventral dan massa visceral dorsal. Massa visceral biasanya ditutupi oleh sebuah cangkang terpilin, tetapi bentuk cangkang sangat bervariasi dan absen pada beberapa grup seperti lintah bulan dan ophistobranchia. Selain itu, massa visceral membelit 180o ke bagian kaki-kepala, cirri khas terpenting dari skema tubuh gastropoda disebut torsi. Sebagian besar gastropoda terlindung dalam cangkang tunggal berbentuk spiral tempat hewan itu dapat masuk menarik diri ketika ada ancaman. Cangkang tersebut sering kali berbentuk kerucut, tetapi abalone dan limpet memiliki cangkang yang agak pipih. Banyak gastropoda memiliki kepala dan mata yang jelas pada ujung tentakel. Gastropoda merangkak setapak demi setapak dengan perlahan dengan gerakan seperti riak dari kaki yang memanjang. Gastropoda beradaptasi pada berbagai lingkungan, seperti substrat lunak dan keras, kehidupan pelagis, habitat air payau, habitat air tawar dan habitat teresterial.

1.2 Tujuan

Untuk mempelajari kemelimpahan gastropoda di kawasan pantai Sawarna.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut odum (1971) Komunitas adalah kumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan. Hal tersebut merupakan satuan terorganisir sedemikian bahwa komunitas itu mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen-komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui transformasi metabolic yang bergandengan. Komunitas hewan dapat dikatakan merupakan kumpulan berbagai populasi hewan dari jenis yang berbeda-beda. Pengertian komunitas hewan tidak hanya berarti kumpulan populasi hewan, tetapi mencakup juga segala proses yang terjadi diantara kumpulan populasi-populasi tersebut, proses itu merupakan sifat tambahan dari suatu komunitas, misalnya adanya interaksi antar komponen komunitas. Suatu komunitas hewan memiliki karakteristik tertentu, menurut Soetjipta (1993) karakteristik komunitas hewan meliputia. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman jenis dari seluruh jumlah jenis di dalam komponen trofik atau di dalam suatu komunitas secara keseluruhan ditentukan oleh jenis yang jarang, jenis yang domunan atau umum (odum, 1971) Dalam komunitas keanekaragaman jenis dinyatakan dengan menggunakan indeks keanekaragaman jenis. Indeks keanekaragaman jenis merupakan nisbah

antara jumlah jenis dan nilai-nilai penting (jumlah, biomassa, produktivitas dan lain sebagainya) (Odum, 1971). Indeks tersebut dapat digunakan untuk mendeskripsikan apakah suatu komunitas memang beranekaragam atau kurang beranekaragam atau tidak beranekaragam. Indeks yang biasa dipergunakan untuk menentukan keragaman suatu komunitas adalah Indeks Shannon-Wienner yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : H = Indeks Keanekaragaman Pi = ni/N ni = Nilai penting tiap spesies (cacah individu, biomassa, produktivitas dan lain sebagainya) N = Jumlah nilai kepentingan Berdasarkan pada persamaan di atas dapat dikatakan bahwa indeks keragaman dalam satu komunitas ditentukan oleh jumlah spesies, nisbah nilai penting tiap spesies. Artinya jika nisbah antara nilai penting dan jumlah nilai penting itu rendah maka indeks keragaman akan semakin besar dan berarti komunitas semakin beranekaragam. Kemudian jika nisbah antara nilai penting dan jumlah nilai penting besar maka indeks keragaman akan semakin kecil, artinya komunitas kurang beranekaragam.

b. Bentuk dan Struktur Pertumbuhan

Dalam suatu komunitas tidak hanya memiliki karakteristik jenis yang beranekaragam, tetapi bentuk pertumbuhan juga merupakan suatu karakter yang menandakan tipe komunitas.

c. Dominansi

Dominansi terkait dengan spesies yang menguasai atau merajai, spesies yang menguasai atau merajai dikenal spesies dominan. Menurut Soetjipta (1993) spesies dominan meupakan spesies yang secara ekologis sangat berhasil dan yang mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Rasidin (2000) mengemukakan bahwa spesies yang dominan memilki cirri yaitu: 1. Spesies tersebut telah menguasai komunitas di suatu habitat, karena

memenangkan persaingan dengan jenis yang lain. 2. 3. Spesies tersebut pada umumnya memiliki toleransi yang luas. Spesies terssebut telah beradaptasi terhadap lingkungan tempat

hidupnya.

d. Kemelimpahan Nisbi

Komunitas memiliki karakteristik yang lain yaitu kelimpahan, penentuan kemelimpahan suatu spesies dalam komunitas dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penentuan kemelimpahan secara kualitatif adalah memberikan penilaian kelimpahan bagi setiap spesies dalam suatu komunitas dengan mempergunakan tanda (Rasidin, 2000). Berdasarkan tanda tersebut kemudian hasil yang diperoleh diberi peringkat menurut kelas tertentu. Teknik penentuan kelimpahansecara kuantitatif melalui penentuan sejumlah sampel, lalu kemudian dipergunakan parameter tertentu, seperti frekuensi dan kerapatan.
e. Struktur Trofik

Struktur trofik dapat diukur berdasarkan ukuran biomassa per satuan luas, jumlah produsen dan konsumen atau melalui pengukuran jumlag energy yang disimpan setiap satuan luas tertentu dan dalam waktu tertentu (Rasidin, 2000). Jika hasil pengukuran struktur trofik didapatkan maka kemudian struktur trofik dapat dideskripsikan dengan mempergunakan piramida ekologi.

Kelas filum Molluska yang terbesar Gastropoda memiliki lebih dari 40.000 spesies yang hidup. Sebagian besar gastropoda adalah hewan laut, tetapi banyak juga spesies air

tawar. Tubuh gastropoda secara khas dibagi menjadi dua bagian; bagian kaki-kepala ventral dan massa visceral dorsal. Massa visceral biasanya ditutupi oleh sebuah cangkang terpilin, tetapi bentuk cangkang sangat bervariasi dan absen pada beberapa grup seperti lintah bulan dan ophistobranchia. Selain itu, massa visceral membelit 180o ke bagian kaki-kepala, cirri khas terpenting dari skema tubuh gastropoda disebut torsi. Sebagian besar gastropoda terlindung dalam cangkang tunggal berbentuk spiral tempat hewan itu dapat masuk menarik diri ketika ada ancaman. Cangkang tersebut sering kali berbentuk kerucut, tetapi abalone dan limpet memiliki cangkang yang agak pipih. Banyak gastropoda memiliki kepala dan mata yang jelas pada ujung tentakel. Gastropoda merangkak setapak demi setapak dengan perlahan dengan gerakan seperti riak dari kaki yang memanjang. Gastropoda beradaptasi pada berbagai lingkungan, seperti substrat lunak dan keras, kehidupan pelagis, habitat air payau, habitat air tawar dan habitat teresterial. Famili Cerithiidae (keong Seritium) Memiliki karakteristik cangkang kecil sampai besar, membulat telur sampai bulat menggelondong bentunya. Tingkap tebal, membulat telur dengan sifon yang jelas. Operculum menanduk, coklat tua dan multispiral. Kebanyakan jenis-jenis ini hidup di atas dasar keras atau lunak di daerah pasang surut dan perairan dangkal, bebrapa jenis hidup di atas tanaman laut. Contohnya Pseudovertagus aluco dan Cerithium punctatum.

Famili Strombidae (Konka Asli) Memiliki karakteristik cangkang tubuh agak kecil sampai besar, dengan pusaran tubuh relatif besar, bibir luar melebar dan menebal dengan sebuah sinus yang terletak di bagian anterior (takik stromboid). Semua anggota dari famili ini adalah penghuni pasir dan hidup di daerah pasang surut sampai perairan dangkal. Contoh Strombus (Conomurex) luhuanus.

Famili Columbellidae (Keong Merpati) Memiliki karakteristik cangkang agak kecil, menggelondong, licin, atau berskulptur lemah dengan rusuk-rusuk sumbu dan spiral, tingkap sempit dan berbentuk celah. Beberapa

jenis dari famili ini hidup di atas tanaman laut dan lainnya penghuni pasir. Contohnya Pyrene testudinaria.

Famili Costellaridae (Keong Mitra) Memiliki karakteristik cangkang kecil sampai besar, menggelondong dengan skulptur sumbu dan spiral yang jelas. Tingkap sempit, dengan beberapa lipatan kolumela menyerong dan takik sifon. Semuanya penghuni pasir. Contohnya Vexillum vulpeculum.

BAB III METODE EKSPERIMEN

3.1 Alat Dan Bahan adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan kemelimpahan gastropoda adalah: 1. Larutan Formalin 4 % 2. pH meter atau Kertas Lakmus 3. Termometer 4. Tali rapia 50 meter 5. Botol selai 6. Kertas label

3.2 Cara Kerja


1. Melakukan penelitian dengan metode survey 2. Melakukan penentuan stasiun secara purposive random sampling berdasarkan

kondisi perairan di daerah Sawarna.

3. Mengambil sampel dengan metode transek kuadrat. 4. Membentangkan transek tegak lurus terhadap garis pantai dimulai dari mulut

pantai.
5. Membuat 3 transek pada masing-masing stasiun dengan jarak masing-masing

transek 10 meter. dalam satu transek dibuat 3 plot utama dengan ukuran 5x5 m dengan jarak 0-10 m, 10-20 m dan 20-30 m. 6. Mencatat faktor klimatik seperti suhu air, suhu udara, dan pH air. 7. Mengambil gastropoda dan mengidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi. jika tidak teridentifikasi di tempat, sampel dimasukkan ke dalam larutan formalin 4 %. 8. Melakukan identifikasi spesies lanjutan di laboratorium. 9. Menganalisis data dengan menggunakan indeks keanekaragaman ShannonWienner.

Anda mungkin juga menyukai