Anda di halaman 1dari 8

Booklet Dawah

.: Jumat, 02 Jamadil Tsani 1432 / 06 Mei 2011 1

Be rilmu Se be lu m Be rk a ta & Be ra ma l

REVOLUSI !! :
Revolusi di Tunisia (yang disebut dengan Revolusi Melati) dimulai ketika seorang pemuda Tunisia melakukan protes bunuh diri dengan membakar dirinya di depan gedung pemerintahan daerah setempat. Aksi pemuda ini dipicu karena ketidaktersediaan lapangan kerja di Tunisia, yang membuat lulusan perguruan tinggi ini tidak memiliki jalan lain kecuali berdagang sayur dan buah, namun kemudian oleh pemerintah disita gerobaknya, karena dianggap tidak memiliki ijin usaha. Aksi pemuda ini memicu gelombang protes di negara yang terletak di tepi laut Mediterania ini. Para profesional, dosen, ahli hukum, polisi, buruh semua turun ke jalan, menuntut mundurnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali yang dianggap korup dan otoriter. Ben Ali lalu berhasil dilengserkan pada 14 Januari 2011. Keberhasilan penggulingan Ben Ali menyalakan api perlawanan rakyat di negara-negara Arab dan sebagian Afrika lainnya seperti Mesir, Libya, Bahrain, dan Yaman,. Di Mesir, terjadi unjuk rasa besar-besaran menuntut mundur Presiden Husni Mubarok yang telah berkuasa selama 30 tahun. Situasi politik dan keamanan menjadi tidak menentu, penjarahan terjadi dimana-mana. Saking kacaunya, Presiden Yudhoyono memerintahkan untuk mengevakuasi semua WNI yang berada di Mesir. Setelah unjuk rasa besar-besaran yang berlangsung selama 17 hari yang berpusat di Lapangan Tahrir Kairo, pada 11 Februari 2011 rakyat yang menamakan aksinya dengan Jumat Kemarahan berhasil menurunkan Husni
Jangan dibaca saat Adzan berkumandang atau Khatib sedang Khutbah!

Booklet Dawah Mubarok sebagai Presiden Mesir, yang lalu menyerahkan pemerintahan sementara kepada militer. Gerakan perlawanan terus menjalar di dunia Arab dan sebagian Afrika. Setelah keberhasilan di Tunisia dan Mesir, kini sebagian rakyat Yaman juga menggelorakan semangat pembangkangan sipil terhadap rezim Presiden Ali Abdullah Saleh. Ribuan orang turun ke jalan di kota Aden, menuntut pemisahan Yaman Selatan dari Yaman Utara. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990. Wilayah selatan memiliki sebagian besar minyak Yaman. Rakyat Yaman Selatan berpendapat bahwa orang-orang Yaman Utara memanfaatkan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam. Diilhami oleh perlawanan yang menggulingkan Presiden Tunisia dan Mesir, demonstran Yaman juga menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh. Di Libya situasi ikut memanas. Ribuan orang telah kehilangan nyawa sejak demonstrasi besar-besaran dimulai pada 15 Februari 2011. Di sisi lain, Presiden Muammar Khadafi yang telah berkuasa selama 42 tahun tetap bertahan. Pengunjuk rasa anti pemerintah mengklaim telah menguasai kota terbesar kedua di Libya, Benghazi. Demonstrasi besar-besaran menuntut penguasa turun juga terjadi di negara pulau di Teluk Persia, Bahrain. Bahrain adalah negara seluas Jakarta dengan penduduk sekitar 1,2 juta. Negeri ini diperintah oleh Muslim Sunni, namun dua pertiga penduduknya adalah Syiah. Kaum muda Syiah melancarkan protes atas pengangguran dan korupsi. Mereka menuntut mundur Perdana Menteri Khalifa bin Sulman alKhalifa yang telah berkuasa selama 40 tahun. Di Indonesia, demonstrasi menuntut turunnya Presiden Yudhoyono terjadi hampir setiap hari, walau tidak sebesar gelombang protes di negara-negara Arab dan Afrika diatas.
2

***************** Pembaca yang dirahmati Allah , beberapa usaha penggulingan kekuasaan yang terjadi belakangan ini memiliki beberapa motif. Yang sering terjadi biasanya bermotif

Booklet Dawah 3 ekonomi, seperti harga-harga yang naik, tidaktersedianya komoditas pokok, hingga banyaknya pengangguran. Ada juga yang memiliki motif ideologi, agama, atau konsep bernegara.
Pertama, marilah kita meninjau apabila usaha penggulingan itu bermotif agama. Kondisi keislaman di Indonesia, Mesir, Yaman, dan negara-negara diatas secara umum baik. Meski bukan negara yang secara resmi menjalankan syariat Islam, alhamdulillah kita bebas untuk menjalankan syariat Islam. Bebas beribadah, bebas mengadakan pengajian, dan wanitanya bebas untuk berhijab. Adzan berkumandang ke seantero negeri ketika waktu sholat tiba. Dan dakwah Islam pun bebas untuk disebarkan. Bahkan, pemerintah kita mendukung dan memberikan fasilitas dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan seperti ibadah haji, tim ru`yah hilal, pembentukan Departemen Agama, dan penyelenggaraan pernikahan secara Islam. Alhamdulillah, ini merupakan nikmat yang sangat besar. Timbul pertanyaaan, Lho? Bukankah rezim Ben Ali di Tunisia itu melarang jilbab dan menutup masjid? Di mana kebaikannya untuk kaum muslimin? Pembaca yang dirahmati Allah , kebingungan seperti ini akan terjawab bila kita bercermin pada kisah Nabi Musa . Beliau menghadapi suatu rezim, dimana penguasa rezim tersebut, yakni Firaun, mengaku sebagai Rabb, sebagai Tuhan, yang akan menghabisi siapa saja yang tidak mengagungkannya. Firaun merupakan sejelek-jelek penguasa yang pernah ada di muka bumi. Menghadapi ini, Nabi Musa menasehati umatnya untuk tetap bersabar dan memperbaiki akidah mereka. Beliau tidak mengumpulkan massa dan melakukan kudeta. Dan apa buah kesabaran umat Nabi Musa itu ? Allah berfirman,

Booklet Dawah Dan Kami wariskan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri timur dan barat, yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Rabbmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. [Q.S. Al-Araf:137] Merupakan prinsip dasar aqidah kaum muslimin untuk tetap bersabar dibawah pemerintahan yang sezalim apapun, selama dia masih muslim. Dengan para pemimpin seperti Ben Ali dan Husni Mubarok yang masih mengaku sebagai muslim, apakah rezim mereka lebih buruk dibanding Firaun? Prinsip aqidah untuk tetap taat pada penguasa dalam hal kebaikan, dan tidak melakukan kudeta karena hal jelek yang dilakukannya selama penguasa ini masih muslim, bukanlah sesuatu yang bisa ditawar. Dia bukanlah ranah fiqh yang dalam kondisi darurat bisa merubah sesuatu yang haram menjadi halal. Sehingga, tidak ada rukhsah, tidak ada keringanan untuk mengabaikannya. Rasulullah bersabda :
4

.
Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah , untuk mendengar dan taat walaupun yang memerintah kalian itu seorang budak. Karena sungguh (kelak) orang yang masih hidup. Di antara kalian akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang dengan Sunnahku dan sunnah Al-Khulafa Ar-Rasyidun Al-Mahdiyyun sepeninggalku. [H.R. Abu Dawud & Tirmidzi dishahihkan oleh Syaikh al-Albani] Bahkan, dalam hadits Hudzaifah , Rasulullah bersabda kepadanya :

Booklet Dawah 5 Engkau mendengar dan menaati penguasa. Sekalipun dipukul punggungmu dan diambil hartamu maka tetap mendengarlah dan taatlah. (HR. Muslim) Lalu, apakah berarti Islam mengajarkan kita bertindak pasif? Tidak melakukan koreksi, memberikan nasehat kepada pemerintah? Hanya bersabar menunggu datangnya pertolongan Allah ? Alhamdulillah tidak. Syariat yang mulia ini telah mengaturnya. Rasulullah mengajarkan :


Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa pada suatu perkara maka janganlah dia tampakkan kepadanya secara terang-terangan, melainkan hendaklah dia pegang tangannya dan menyendiri dengannya, kalau dia (penguasa) menerima maka itu bagus, dan kalau tidak maka dia telah menunaikan kewajibannya memberikan nasehat. (HR. Ahmad & Ibnu Abi Ashim, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani) Apabila kita tidak bisa menyampaikan nasehat secara langsung, maka bisa dengan cara menulis surat atau melalui orang yang dapat menyampaikan nasehat dengan cara yang baik, tanpa mengakibatkan hilangnya kewibawaan pemerintah, sebab hilangnya kewibawaannya akan mengakibatkan kerugian dan kerusakan yang lebih besar. Mungkin masih banyak diantara kita yang hingga saat ini masih belum merasa mantap. Apakah hanya dengan kesabaran? Tidak melakukan perlawanan sama sekali? Pembaca yang budiman, cara-cara menyelesaikan masalah telah diatur oleh Allah melalui Al Quran dan As Sunnah. Karena Dialah yang paling mengetahui maslahat bagi manusia. Dalam Islam, kebenaran tidak ditentukan dengan hasil yang didapatkan, akan tetapi dengan cara penyelesaiannya. Terkadang hasil yang didapatkan dengan kesabaran itu justru tidak sesuai keinginan kita. Hasil ini kembali menjadi ujian bagi kita apakah kita masih bisa bersabar atasnya. Kisah umat Nabi Musa diatas telah

menjadi contoh bagaimana Allah kepada hamba-Nya yang bersabar. Setelah kita meninjau revolusi dari motif agama atau ideologi, selanjutnya kita meninjau apabila revolusi tersebut bermotif ekonomi. Apabila ini menjadi motif utama untuk menggulingkan pemerintahan, maka sudah selayaknya kita bercermin pada generasi terbaik umat ini. Pada tahun 18 Hijriah, terjadi musim kemarau panjang yang mengakibatkan banyak orang dan binatang yang mati. Peristiwa ini kemudian dalam sejarah disebut sebagai Krisis Tahun Ramadah. Orang-orang banyak yang menggali lubang tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnyasaking langkanya makanan. Apakah kita, kaum muslimin sekarang, terutama di Indonesia pernah merasakan kepedihan seperti itu? Alhamdulillah tidak. Namun dengan kondisi separah itu, dengan penuh kesabaran, kaum muslimin saat itu tetap taat dan patuh pada sang Khalifah, Umar bin Khattab , Tidak memberontak kepada Sang Khalifah atau menyalahkannya. Sudah seharusnya kita meniru mereka, generasi terbaik umat ini.

Booklet Dawah memberikan nikmat


Manusia yang paling baik adalah generasiku, kemudian yang setelahnya dan yang setelahnya. [Muttafaq Alaihi] Sekarang di Tunis, para petingginya berebut kekuasaan, kaum intelektual bingung. Tidak siap. Baik ideologi, konsep bernegara, apalagi tindakan nyata. Inna lillahi wa inna ilaihi roojiun. Inilah akibat dari diabaikannya prinsip ketaatan kepada penguasa. Prinsip ketaatan terhadap penguasa ini bukan dalam rangka melanggengkan praktik kezaliman atau membenarkannya. Akan tetapi dalam rangka memilih mudharot (keburukan) yang lebih ringan diantara dua mudharot yang telah terjadi dan akan terjadi. Dan sejarah membuktikan bahwa gerakan kudeta senantiasa mengakibatkan kerugian dan kerusakan yang lebih parah. Bersabar memang berat, menahan emosi tidak semua orang

Booklet Dawah 7 bisa, namun Allah menjanjikan ganjaran yang amat besar. Allah berfirman :


Sifat-sifat yang baik itu tidak akan diberikan kepada siapapun, selain dari orang-orang yang berhati sabar dan tidak pula diberikan melainkan kepada orang yang mempunyai keberuntungan besar. (QS. Fushilat 35)

Nasehat Para Ulama


Fudhail bin Iyyadh berkata: Kalaulah sekiranya aku diberi doa yang terkabul, maka aku tidak berdoa kecuali untuk kebaikan penguasa. Lalu ada yang bertanya kepada Fudhail: Jelaskan kepada kami hal ini? Berkata Fudhail: Jika aku peruntukkan bagi diriku, maka tidak akan melampaui diriku sendiri. Namun jika kuperuntukkan bagi penguasa, maka penguasa akan menjadi baik, maka kebaikannya akan mendatangkan kemaslahatan bagi para hamba dan negara. Imam Barbahari berkata: Jika engkau melihat seseorang mendoakan kejelekan atas penguasa maka ketahuilah bahwa dia pengikut hawa nafsu, dan jika engkau melihat seseorang mendoakan kebaikan bagi penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah Ahlus Sunnah Insya Allah. Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: Jika penguasa memerintahkan dengan suatu perintah, maka tidak terlepas dari tiga keadaan: 1. Bahwa itu termasuk yang Allah perintahkan, maka wajib bagi kita mematuhinya, karena adanya perintah Allah terhadapnya, dan perintah mereka pula. Maka jika mereka mengatakan: tegakkanlah sholat, maka wajib atas kita menegakkannya karena mematuhi perintah Allah dan mematuhi perintah mereka. Allah berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya dan ulil amri diantara kalian.(QS.An-Nisaa: 59).

Booklet Dawah 2. Mereka memerintahkan dengan sesuatu yang Allah melarangnya, maka dalam keadaan ini kita mengatakan: kami mendengar dan taat kepada Allah dan kami menyelisihi kalian, sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Kholiq, seperti kalau mereka mengatakan: janganlah kalian sholat jamaah di masjid-masjid, maka kita menjawab: tidak boleh mendengar dan mentaatinya. 3. Mereka memerintahkan dengan sesuatu yang tidak terdapat perintah Allah dan Rasul-Nya, dan tidak terdapat pula larangan dari Allah dan Rasul-Nya: maka kita wajib mendengar dan taat. Kita tidak mentaati mereka karena mereka adalah si-ini dan si-itu, namun karena Allah yang memerintahkan kita untuk taat kepadanya, dan Rasulullah memerintahkan hal itu kepada kita. Dimana beliau bersabda: Dengar dan taatlah, walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu. (Hadits ini dari Hudzaifah , dishohihkan Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits As- Shohihah, jilid: 6, no:2739)
8

Sumber: 1. Situs Majalah Tashfiyah ( http://tashfiyah.net/?p=572 ) 2. Disari dari artikel Kedudukan Sunnah Dalam Menyikapi Penguasa Negeri karya Syaikh Abu Umar Ahmad bin Umar Bazemul dari E-Book Situs www.darussalaf.or.id


Diterbitkan oleh: Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Kendari Jl. Kijang (Perumnas Poasia) Kelurahan Rahandouna. Web Site: http://minhajussunnah.co.nr, http://salafykendari.com Penasihat: Al-Ustadz Hasan bin Rosyid, Lc Redaksi: Al-Ustadz Abu Jundi, Al Akh Abul Husain Abdullah Kritik dan saran hubungi: 085241855585

Harap disimpan di tempat yang layak, karena di dalamnya terdapat ayat Al-Quran dan Hadits!!

Anda mungkin juga menyukai