Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Tan Malaka Lahir dan berasal dari Sumatera Barat (Minang Kabau) tepatnya di Payakumbuh Tak banyak orang mengenal secara dekat ataupun bertatap muka secara pirbadi dengan Tan Malaka. Namanya tidak bisa di pungkiri keberadaanya dari arena percaturan politik Indonesia terutama pada masa kolonial belanda, masa revolusi dan sesudahnya pada tahun 1949 di mana tahun ini tepatnya pada tanggal 19 Februari ia gugur saat mengahadapi perang kemerdekaan yang keduanya. Sumbangan terhadap kemerdekaan sama dengan tokoh pergerakan rakyat Filipina terkenal yaitu Yose rizal. Dalam sejarah perjuangan selama 28 Tahun, hanya 2 Tahun mempunyai kesempatan untuk berjuang secara terang-terangan di tengah bangsanya, masa dua tahun berjuang itu pun tidak penuh tertutup ketika ia di tangkap dan di masukkan kedalam penjara, 23 Februari. Dan setelah ia keluar kemudian di tangkap lagi pada
masa Kabinet Syahrir II karena di tuduh melakukan oposisi menolak diplomasi dengan agresor Belanda.

Tuduhan itu tidak sampai disana kemudian Tan Malaka dikatakan telah menculik PM Syahrir pada tangal 3 Juli 1946 di penjara lagi seperti itulah kehidupan Tan Malaka hidup dari penjara ke penjara. Menurut pendapat Benidic Anderson pendapat tersebut tidak beralasan, para pemimpin Republik Indonesia tahu betul bahwa Tan Malaka tidak bersalah, barangkali kerena itu ia tidak berani mengahadapkan kesidang pengadilan tapi karena alasan kepentingan nasional maka di perlukan seorang kambing hitam yang tidak berdaya dan Tan Malaka paling cocok untuk peran ini. Akhirnya pengadilan Negeri Solo melalui kepala pengadilanya Mr. Suripto mengeluarkan Surat keputusan
1

No.643. 15 September 1948 yang

mengatakan bahwa Tan Malaka tidak bersalah dan kemudian atas keputusan Presiden R.I. No.53. tanggal 23 maret 1963. Tan Malaka di angkat sebagai pahlawan kemerdekaan nasional karena di nilai berjasa dalam prjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejarah telah memaafkan kita dengan memberi kehormatan kepada Bapak Republik Indonesia dan pahlawan kemerdekaan Nasional kepadanya. Tetapi gelar sebagai pahlawan nasional hanya sepintas gelar tinggal diatas kertas saja dan di simpan di tempat laci. Namnaya di sembunyikan oleh kebanyakan rakyat Indonesia dan tidak mau mengambil gagasan Tan Malaka bagaimana ia memperjuangkan Rakyat miskin, dan tidak mau kompromi dengan penghisapan dan penjajahan kaum kapitalis, dan namanya Tan Malaka banyak yang disembunyikan kepada anak didik dan generasi muda, sudah saatnya kita jujur menerima dan mengakuinya atas diri kita sebagai bangsa. 1.2. TUJUAN PENULISAN. Adapun tujuan penukisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Teori politik dan Pemikiran Politik Indonesia 2. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai Pemikiran- pemikiran

Nasionalisme Tan Malaka.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sejarah Tan Malaka menjadi Pahlawan Nasional Pada masa kolonial Belanda, Tan Malaka dikenal sebagai pedagog, pemikir, hingga petualang politik yang menjadi ancaman serius bagi politik kolonialisme. Tan Malaka pun diburu oleh agen-agen spionase di dalam dan luar negeri. Dan hingga selepas masa revolusi, sekalipun Tan Malaka telah tiada, jati dirinya malah tenggelam (baca juga: ditenggelamkan) dalam masa pemerintahan Orde Lama (Orla) hingga Orde Baru (Orba). Fakta-fakta seputar avonturisasi pemikiran dan politiknya sejak masa pergerakan nasional hingga masa revolusi menguap dalam buku-buku pelajaran sejarah. Wajar, nama Tan Malaka pun menjadi tabu dibaca apalagi untuk lebih diketahui. Selibat pengalaman pribadi yang pernah bersentuhan dengan dunia penyuntingan naskah-naskah pelajaran sejarah, hanya sedikit saja nama Tan Malaka didapati dalam materi pergerakan nasional Indonesia; itupun paling hanya di seputar hubungannya dengan ISDV, PKI, dan peristiwa pemberontakan 1926. Pada materi pendudukan Jepang hingga kemerdekaan, namanya langka/nyaris tak banyak ditemukan. Padahal hingga 1949 (tahun Tan dieksekusi), perannya dalam upaya menggapai kemerdekaan hingga jejaknya dalam masa revolusi sangatlah penting. Hingga masa reformasi pun tabu itu masih hidup. Buktinya saja warta belakangan ini seputar pelarangan Opera Tan Malaka yang diputar di stasiun televisi lokal (di Batu, Kediri, dan Sumenep) yang mana disarankan untuk tidak ditonton. Agaknya alasan klise: Tan komunis. Premisnya, jika ia dibaca dan ditonton, dicemaskan ideologi kiri itu kembali berkembang di Indonesia. Kenyataan yang sebetulnya kontras dengan pemikiran anti-dogmatis Tan Malaka terhadap ideologi apapun itu. Pemikirannya inilah yang menjadi asas ideal Tan Malaka mengonsepsi kebangsaan Indonesia sebagaimana terbaca dalam karya-karyanya. Wajar jika Muhammad Yamin (1990) menjulukinya sebagai: Bapak Republik Indonesia.

Hal menarik dari Tan Malaka adalah tidak taklidnya ia terhadap nilai suatu ideologi tertentu sebagai sarananya untuk menggapai kemerdekaan yang dicitacitakannya. Gelagat mental dan pemikirannya boleh dikatakan terbangun dari alam pikiran akan nilai dan tradisi Islam masa kecilnya. Maka itu, menginjak usia 50 tahun dengan pengetahuan isi kepalanya yang makin memejal, pandangan kritis Tan Malaka atas ideologi perjuangannya tersirat dalam Islam dalam Tinjauan Madilog (2000 [1948]). Tan Malaka mengatakan : Menjadi realistis jika membaca pandangan Tan atas Pan-Islamisme yang menyeruak di dunia Islam yang menurutnya suatu kesempatan untuk dikolaborasikan dengan komunisme melawan kezaliman dan kelaliman kolonialisme Malaka Pejuang Revolusioner yang Kesepian. Meski lebih sebagai seorang berwatak soliter, aktivitasnya yang berupaya menggabungkan komunis dengan Islam tetap menjadi ancaman serius bagi pemerintah Hindia Belanda yang lalu menangkap dan mengasingkannya ke Belanda pada 1922. Sejak itulah petualangan politik Tan Malaka dimulai di Eropa. Kecakapan Tan berideologi dan berpolitik teruji dengan nyarisnya ia menjadi calon kuat anggota parlemen Partai Komunis Belanda. Tan Malaka bahkan juga ditunjuk sebagai wakil Komunis Internasional (Komintern) untuk kawasan Asia Timur. Sejak 1923 1925 Tan berpindah ke Kanton dan di sana ia menuntaskan bukunya Naar Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia, 1924). Posisinya yang penting di Komintern dimanfaatkan benar oleh Tan Malaka dalam kongres Komunis Internasional untuk memberikan advis bagi para peserta kongres akan pentingnya kerjasama komunisme dengan Islam dalam menghadapi kapitalisme kolonial. Meski mendapat aplaus meriah, namun gagasannya tak didukung kongres. Sama halnya dengan reaksi rekan-rekan komunisnya di Indonesia tatkala Tan Malaka tidak sejalan dengan rencana gerakan tahun 1926; tahun yang bertepatan tatkala Tan Malaka yang tengah
4

berada di Singapura menulis buku Massa Actie. Dalam perhitungan politik Tan Malaka , gerakan itu belumlah memadai jika baru sebatas berlandas pada situasi revolusioner, soliditas kepemimpinan PKI dan massa yang mendukungnya, serta program-program revolusi. Tan Melaka mengatakan gerakan itu sebagai tindakan abortif yang diramalkan berbuah kegagalan, sebagaiman dalam Massa Actie (Aksi Massa [2000])-TAN Malaka mengatakan :
selama orang percaya bahwa kemerdekaan akan tercapai dengan jalan putch atau anarkisme, hal itu hanyalah impian seorang yang lagi demam. Dan pengembangan keyakinan itu di antara rakyat merupakan satu perbuatan yang menyesatkan, sengaja atau tidak.

2.2. Pemikiran- pemikiran Tan Malaka Riwayat perjuangan Tan Malaka memiliki ciri Khusus tersendiri dan bagi masyarakat Internasional memiki warna tersendiri, mandiri, tegas dan gagah berani dan tidak ikut-ikutan jadi Beo jadi Klise atau trompet yang sedang berkuasa. Tan Malaka ia tidak sama dengan tokoh lain, lebih memilih untuk berunding ketimbang melakukan gerakan seperatis untuk mempercepat proses Revolusi maka ia mengatakan kepada PKI jangan kita melakukan revolusi, ia akan muncul dengan sendirinya, kita belum matang, tapi akhirnya Tan malaka di buang. Tan Malaka mendukung Pan Islame (perjuangn melawan imprealismekolonialisme namun ini tidak mendapat tangapan dan respon yang baik dari masyarakat Indonesia, dan malahan yang terjadi adalah; sikapnya menentang Stalin dan inilah yang ia di tuduh Tan Malaka penganut Troskyisme dan Pki ikut-ikutan megeroyok dan memusuhi Tan Malaka dengan cara melakukan pemberontakan pada Tahun 1926. Catatan dan tangapan pokok pokok pemikiran Tan Malaka ( 2 juni hingga 19 Februari 1949) ini diangkat dari karya-karyanya tulisan pidato almarhum berdasarkan objetifitas terhadap karya-karya tersebut. setiap karyanya di tujukan untuk kepentingan sewaktu perjuangan Indonesia dengan pandangan yang jauh mengarah kedepan.

Di bidang filsafat karya Tan malaka adalah buku Madilog pada tahun 1942 dan pandangan hidup pada tahun 1948. Dari kedua tulisan tersebut Tan Malaka seorang ahli dalam bidang pengetahuan, Tan malaka sependapat dengan Engels bahwa kaum filsafat pada umumnya terbagi pada dua blok yang bertentangan kaum idealis dan kaum materialisme. Kemudian memandang kepada filosofi idealis yang terbesar yaitu Hegel, Tan Malaka bahwa Hegel pun tidak selalu melayang pemikiranya di dunia pemikiran saja (etopia), materialisme Marx berpangkalan kepada kebendaan. Demikian dengan Tan Malaka pernah menyatakan dirinya diantara dua blok tersebut dan cendrung untuk memutuskan ilmu pengetahuan yang terilhami oleh sebuah dialetika sebagai cara berfikir dan dialetika (tesis, anti tesis, sintesis) sebagai hukum gerak, gagasan Malaka tentang Medilog sebagai alat untuk menghalangi dan memerangi mistik timur yang sangat mengahambat kemajuan kebudayaan. alam brosur politiknya (1945) Tan Malaka mengemukakan pendapatnya tentang kemerdekaan, hakikit dari kemerdekaan adalah kedaulatan yang mnegandung makna yang luas dan kemakmuran. Kemerdekaan menurut Tan Malaka yang di uraikanya bahwa kemerdekaan bukanlah kemauan tunggal akan tetapi kemauan terikat. Pandangan Tan Malaka tentang revolusi, timbulnya sebuah revolusi pada umumnya menurut Tan Malaka adalah pada suatu krisis,ekonomi yang berubah sedikit demi sedikit bergeser menjadi sebuah konflik. Pemikiran Tan Malaka tentang revolusi akan terjadi dengan sendiri sebagai hasil dari berbagai keadilan, tumbuh secara alami tidak di paksa.

Ridwan, HR. ( 2006 ) mengatakan : reformasi hukum adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan di bidang hukum dalam suatu masyarakat atau negara. Sedangkan menurut Menteri Kehakiman Muladi, reformasi hukum adalah proses demokratisasi dalam pembuatan, pemegakkan, dan kesadaran hokum. Dalam hal pembuatan hukukm bukan aspirasi penguasa saja yang ditonjolkan melainkan juga harus mendengarkan aspirasi dari siapa saja yangberkepentingandenganpemerintahan. Reformasi hukum mempunyai arti penting guna membangun desain kelembagaan bagi pembentukan negara hukum yang dicita-citakan. Untuk kepentingan itu dalam sistem politik yang demokratis, hukum harus memberi kerangka struktur organisasi formal bagi bekerjanya lembaga-lembaga negara, menumbuhkan akuntabilitas normatif dan akuntabilitas publik dalam proses pengambilan keputusan politik, serta dapat meningkatkan kapasitasnya sebagai sarana penyelesaian konflik politik. 2.1.1.Cakupan Reformasi Hukum. Di luar pengertian reformasi hukum, hal yang juga penting ditetapkan adalah cakupan dari reformasi hukum tersebut. Idealnya, cakupan reformasi hukum harus meliputi reformasi pada unsur-unsur pokok dari suatu sistem hukum, yang meliputi unsur materi/substansi hukumnya, aparatur hukum, sarana dan prasarananya, maupun falsafah dan budaya hukumnya. Dari segi materi/substansi hukumnya pembenahan perlu dilakukan
7

tidak hanya mencakup kemungkinan mengadopsi pranata-pranata hukum baru yang muncul dalam kerangka globalisasi ekonomi yang dapat memunculkan kecenderungan terjadinya globalisasi hukum (misal: ketentuan-ketentuan hukum menyangkut e-commerce, e-transaction, esignature, kontrak-kontrak internasional, perdagangan barang dan jasa, perlindungan hak kekayaan intelektual, komersialisasi antariksa dll) namun juga adaptasi terhadap paradigma baru dalam sistem pemerintahan khususnya berkaitan dengan otonomi daerah, misalnya kemungkinan berlakunya ketentuan-ketentuan hukum adat setempat bagi hubunganhubungan hukum atau peristiwa-peristiwa hukum tertentu. Pembenahan materi/substansi hukum tersebut bisa dilaksanakan melalui alternatif,yaitu:

3 (tiga)

Merumuskan dan menetapkan ketentuan-ketentuan hukum baru untuk halhal yang sama sekali belum diatur, Melakukan transformasi dari ketentuan-ketentuan hukum internasional menjadi ketentuan hukum nasional melalui instrumen pengesahan/ratifikasi perjanjian-perjanjian internasional terkait,

Memodifikasi ketentuan-ketentuan hukum yang sudah ada untuk mengikuti perkembangan kesadaran dan kebutuhan hukum yang berkembang dalam masyarakat.

2.1.2.Misi dan tujuan reformasi hukum Misi yang diemban dalam rangka reformasi hukum adalah terciptanya hukum yang tertib dan berkeadilan namun tetap senantiasa mampu mendorong pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tujuan utama yang hendak dicapai dalam kerangka reformasi hukum adalah tegaknya supremasi hukum dalam masyarakat. Melalui tegaknya supremasi hukum, maka hukum akan benar-benar berfungsi sebagai rambu-rambu dan sekaligus pedoman bagi semua pihak, baik penyelenggara negara dan pemerintahan, penegak

hukum, pelaku usaha dan masyarakat umum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.2.Reforma sHukum di Indonesia Kondisi Hukum Indonesia saat ini belum dijalankan secara adil. Hukum di itu yang menang yang mempunya i kekuasaan, yang mempunyai uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar . Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil langsun g ditangka p dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat Negara yang melakukan korupsi uang milyaran Negara dapat berkeli arandengan bebasnya. Dunia hukum di Indonesia tengah mendapat sorotan yang amat tajam dari seluruh lapisan masyarakat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri . Dar i sekian banyak bidang hukum, dapat dikatakan bahwa hukum pidana menempati peringkat pertama yang bukan saja mendapat sorotan tetapi juga celaan yang luar biasa dibandingkan dengan bidang hokum lainnya .Bidang hokum pidana merupakan bidang hukum yang paling mudah untuk dijadikan indikator apakah reformasi hukum yang dijalanka n di Indonesia sudah berjalan dengan baik atau belum. Hukum pidana bukan hanya berbicara tentang putusan pengadilan atas penanganan perkara pidana, tetapi juga meliputi semua proses dan sistem peradilan pidana. Proses peradilan berawal dari penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian dan berpuncak pada penjatuhan pidana dan selanjutnya diakhir dengan pelaksanaan hukuman itu sendiri oleh lembaga pemasyarakatan. Keprihatinanyang mendalam tentunya melihat reformasi hukum yang masih berjalan lambat dan belum memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pada dasarnya apa yang terjadi akhir-akhir ini merupakan ketiadaan keadilan yang dipersepsi masyarakat(theabsenceofjustice). Ketiadaan keadilan ini merupakan akibat dari pengabaian hukum (diregardling the law), ketidakhormatan pada hukum (disrespecting the law), ketidakpercayaan pada hukum (distrusting the law) serta adanya penyalahgunaan hukum (misuse of the law). Sejumlah masalah yang layak dicatat berkenaan dengan bidang hukum antara lain: milik

Sistem

peradilan

yang

dipandang

kurang

independen

dan

imparsial

Belum memadainya perangkat hukum yang mencerminkan keadilan social

Inkonsistensi dalam penegakan hukum Masih adanya intervensi terhadap hukum Lemahnya perlindungan hukum terhadap masyarakat Rendahnya kontrol secara komprhensif terhadap penegakan hukum Belum meratanya tingkat keprofesionalan para penegak hukum Proses pembentukan hukum yang lebih merupakan power game yang mengacu pada kepentingan the powerfull daripada the needy, selain lembaga-lembaga yang telah disebut di atas masih ada lembaga lain yang terkait dengan penegakan hukum di Indonesia dibahas dalam 3 (tiga masalah yaitu masalah hukum, masalah pencabutan Perundang - undangan yang tidak demokratik, dan masalah imputy dalam kaitannya dengan Amandememen Kedua UUD 1945 Pasal 1 Masalah dijalankan pelaksanaan hukum Law enforcement di Indonesia tidak

sehingga

keadilan belum bisa diwujudkan . Fakta - fakta

pendukung

antara lain adalah lambatnya penanganan kasus pelanggaran hukum serius, khususnya kejahatan kemanusiaan Bermacam- macam kasus KKN Suharto (kasus korups Jamsostek yang diloloskan Suharto saat masih berkuasa.). Penanganan kasus korupsi Suharto yang terkesan diperlambat karena masalah kesehatan. Pada masa Orba disebabkan karena rezim Suharto mendominasi semua lembaga negara termasuk lembaga penega k hukum dan tidak berlakunya rule of law. Di era reformasi disebabkan Pelaksanaan masih ada kekuatan Orba buktinya makin banyak KKN yang merajalela di pemerintahan. Masalah pencabutan perundangan - undangan yang tidak demokratik Rezim Orba telah berhasil menetapkan berbagai aturan hukum yang bertentangan dengan nilainilai demokrasi, HAM dan keadilan. Salah satunya adalah pencabutan TAP MPR no .XXV/1966 yang diusulkan oleh Abudrahman Wahid yang saat itu menjabat presiden. Selain itu dalam UUD 4 5 amandemen I pasal 6 ayat (1) yang menyebutkan bahwa presiden ialah orang asli Indonesia. Karena belum ada undangundang yang menetapkan
10

kriteria orang Indonesia asli. Sehingga pasal tersebut perlu diamandemen karena bersifat diskriminatif dan bertentangan dengan nila i - nilai demokrasi. Masalah impunity dalam kaitannya dengan Amandemen Kedua UUD 45 Pasal 28 I ayat (1) Bahwasanya seseorang tidak dapat dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. Itulah sedikit petikan bunyi pasal 28 UUD 19 45 amandemen kedua. Dalam ilmu hukum dinamakan prinsip hukum non - retroaktif. Prinsip tersebut bersumber dari azas legalitas von Feuerbach : tidak ada tindak pidana, tanpa adanya peraturan yang mengancam pidana lebi h dulu seperti yang tercantum dalam pasal 1 KUHP. 2.3. Strategi dan Pelaksanaan Reformasi Hukum Suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan reformasi hukum adalah merumuskan strategi yang tepat yang tidak hanya mampu menjangkau kebutuhan hukum saat ini, tetapi juga mampu menjangkau (mengantisipasi) kebutuhan hukum masa depan yang meliputi suatu rentang waktu yang cukup panjang Dalam merumuskan strategi tersebut, pertama t reformasi, baik dari asek materi hukum, aparatur hukum, sarana dan prasarana hukum serta budaya hukumnya. Setelah itu, perlu dilakukan penetapan prioritas tentang unsur unsur yang harus didahulukan. Dikaitkan dengan keadaan yang kita hadapi saat ini, yaitu lemahnya penegakan hukum, baik menyangkut masalah KKN, pelanggaran HAM, tingginya tingkat kriminalitas, praktek penggunaan kekerasan dan pengerahan massa dalam berdemokrasi, praktek penjarahan, penyerobotan hak -hak orang lain, dan lain-lain, dalam jangka pendek adalah tepat untuk memberi prioritas pada proses penegakan hukum law enforement) yang dilakukan melalu i pembenahan sistem peradilan kita yang mencakup: badan peradilan, kepolisian, kejaksaan, pengacara dan konsultan, pengelola lembaga pemasyarakatan, peningkatan etika moral dan kemampuan profesi hukum, penggunaan Bahasa Indonesia yang jelas dan tepat. Secara paralel, dalam upaya menunjang pelaksanaan reformasi struktural di bidang perekonomian sebagai langkah menuju recovery di bidang perekonomian, perlu kemungkinan melakukan reformasi, baik dari aspek pranata hokum (legal proces ) nya yang berdasarkan ekonomi pasar (misal: menentukan standar - standar hukum, penegakan dan pelaksanaan standar-standar hukum, merumuskan acuan dalam

11

penyelesaian sengketa serta mengontrol kekuasaan negara dalam hubungannya dengan sector sector swasta) maupun menyangkut substansi/materi hukumnya yang meliputi aspek perundang - undangan, hokum kebiasaan dan yurisprudensi.).

Materi - materi hukum tertentu yang kiranya juga perlu diproritaskan mencakup, antara lain: 1. Penyempurnaan UU Kepailitan 2. Penyempurnaan peraturan-peraturan mengenai Penyehatan Perbankan,
3. Penananaman Modal, Pasar Modal, Perdagangan Berjangka Komoditas,

Telematika, peivatisasi.
4. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Enerji dan Sumber Daya Mineral,

Kelautan, Kehutanan, Rea Estat, Ketenagakerjaan, Pertanahan, Perpajakan dll. Melalui penyempurnaan mater hukum tersebut diharapkan akan mampu menciptakan penyelenggara aturan negara main yang jelas dan transparan baik masyarakat dan dalam menunjang kegiatan mereka sehar - hari.

Pembenahan dari segi materi hukum tersebut juga perlu dilengkap i dengan peningkatan sarana dan prasarana hukum serta peningkatan kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat dan penyelenggara negara sehingga mampu membentuk suatu budaya hukum yang sehat. Apabila hal ini dapat dicapai maka otomatis akan tercipta tidak hanya suatu pemerintahan yang efektif (good governance), namun juga masyarakat yang menghormati dan mentaati hukum (law abiding people), yang pada akhirnya akan menciptakan ketertiban dan keamanan serta kenyamanan dalam masyarakat, situasi mana sanga t kondusif bagi iklim penanaman modal yang akan mempercepat pemulihan dan bahkan mendorong pertumbuhan ekonomi. 2.4. Konsep Reformasi Hukum Jika melihat kondisi hukum yang terpuruk, maka tidak ada kata lain selain terus mengedepankan reformasi hukum yang telah digagas oleh bangsa ini. Kegiatan

12

reformasi hukum perlu dilakukan dalam rangka mencapai supremasi hukum yang berkeadilan. Beberapa konsep yang perlu diwujudkan antara lain: a. Penggunaan hukum yang berkeadilan sebagai landasan pengambilan keputusan oleh aparatur negara. b. d. e. g. Adanya lembaga pengadilan yang independen, bebas dan tidak memihak. Penegakan hukum yang berdasarkan prinsip keadilan Pemajuan dan perlindungan HAM Mekanisme kontrolyang efektif.
c. Aparatur penegak hukum yang professional

f. . Partisipasi public

Pada dasarnya reformasi hukum harus menyentuh tiga komponen hukum yang disampaikan oleh Lawrence Friedman ayng meliputi 1. Struktur hukum Struktur Hukum merupakan pranata hukum yang menopang sistem hukum itu sendiri, yang terdiri atas bentuk hukum, lembaga-lembaga hukum, perangkat hukum, dan proses serta kinerja mereka.
2. Substansi Hukum

Substandi hukum merupakan isi dari hukum itu sendiri, artinya isi hukum tersebut harus merupakan sesuatu yang bertujuan untuk menciptakan keadilan dan dapat diterapkan dalam masyarakat. 3. Budaya Hukum Budaya hukum ini terkait dengan profesionalisme para penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, dan tentunya kesadaran masyarakat dalam menaati hukum itu sendiri. Kiranya dalam rangka melakukan reformasi hukum tersebut adabeberapa hal yang harus dilakukan antara lain:

13

a. Penataan kembali struktur dan lembaga - lembaga hukum yang ada termasuk

umber daya manusianya yang berkualitas b. Perumusan kembali hukum yang berkeadilan c. Peningkatan penegakkan hukum dengan menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hukum d. e. f. Pengikutsertaan rakyat dalam penegakkan hukum Pendidikan publik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap hukum Penerapan konsep Good Governance.

14

BAB. III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Di Indonesia, gerakan reformasi dimulai pada tahun 1998 Tujuan utamanya adalah membentuk pemerintahan demokrasi Indonesia baru Untuk merealisasikan tujuan tersebut, reformasi bidang hukum menjadi prioritas dan dilakukan secara bertahap menurut urutan prioritasnya, sebab tidak mungkin untuk melakukannya semua secara simultan, mengingat reformasi pada hakekatnya bukan revolusi.4 Menurut Paulus Lotulung, langkah awal yang harus dilakukan adalah perbaikan system melalui perubahan dan penyempurnaan peraturan-peraturan yang mendasari penegakan hukum. Dari sinilah titik tolak kebijakan dan politik penegakan hukum harus dilakukan.5 Salah satu reformasi hukum di bidang penegakan hukum yang signifikan adalah mengacu kepada Ketetapan MPR Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformas Pembangunan dalam Rangka Menyelamatkan dan Normalisasi Kehidupa Nasional sebagai Haluan Negara.6 Atas dasar ini, dilakukan pengkajian kembali mengenai fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif, sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia. Tahap awal yang dilakukan adalah mengamandemen UUD 1945 sebagai dasar utama bagi konstitusi Negara RI. Secara prinsipil, amandemen merupakan sebuah keniscayaan. Mengingat, tidak mungkin melakukan reformasi politik dan ekonomi tanpa melakukan reformasi
15

hukum. Reformasi hukum pun tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan konstitusi (constitutional reform). Dalam pandangan Abraham Amos, proses amandemen konstitusi bukan sesuatu yang bersifat keramat (tabu), melainkan bertujuan untuk memperbaiki hal-hal substansial yang belum termuat dalam konstitusi.8 Karena pada awal pembentukannya, UUD 1945 adalah konstitusi yang bersifat sementara. Soekarno menyebutnya sebagai UUD revolutiegrondwet.9 Dalam kaitan tersebut, Peradilan Agama sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman kemungkinan mendapat pengaruh reformasi. Karena itu, bagaimana sesungguhnya posisi Peradilan Agama sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman sebelum dan sesudah reformasi. Segi dan aspek apa saja perubahan yang terjadi pada Peradilan Agama di era reformasi Inilah diantara permasalahan yang dibahas dalam disertasi ini. Hukum Tata Negara dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan sejarah (historical approach) 10 secara ilmu dan kualitatif secara metodologis mewarnai dalam pembahasannya serta content analysis dan SWOT, menjadi alat analisisnya. UU dan peraturan lainnya serta dokumen terkait, menjadi sumber datanya. Di era reformasi. Peradilan Agama sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, secara konstitusional posisinya sudah semakin kuat. Ia, tidak hanya diakui dalam konstitusi UUD 1945, akan tetapi juga diakui penuh dalam UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Melalui UU tersebut, Peradilan Agama ditempatkan pada tempat yang pas secara hukum, yakni berada satu atap di bawah Mahkamah Agung sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman tertinggi. Meskipun pengalihan dari posisi sebelumnya di Departemen Agama menuai protes; pro dan kontra, namun akhirnya Peradilan Agama tetap disatu atapkan bersama badan peradilan lainnya di bawah Mahkamah Agung, dengan tetap memperhatikan Departemen Agama dan Majelis Ulama Indonesia dalam hal pembinaannya. 3.2.SARAN-SARAN

Untuk meminimalisir perubahan hukum di Indonesia, maka diharapkan


membentuk pemerintahan demokrasi Indonesia baru Untuk merealisasikan tujuan
16

tersebut, reformasi bidang hukum menjadi prioritas dan dilakukan secara bertahap menurut urutan prioritasnya, sebab tidak mungkin untuk melakukannya semua secara simultan.

DAFTAR PUSTAKA

Ridwan HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=7479 http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=VVwFVgFVVAdd http://matanews.com/2008/08/04/presiden-reformasi-hukum-mengalami-kemajuan/ http://ppsdms.org/reformasi-hukum-indonesia.htm http://www-errol273ganteng.blogspot.com/2006/06/reformasi-hukum-di-indonesia.htm

17

Anda mungkin juga menyukai