Anda di halaman 1dari 30

A.

PENGERTIAN SARA ( SUKU AGAMA RAS DAN ANTAR GOLONGAN ) Sara adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Dalam pengertian lain SARA dapat di sebut Diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.

SARA Dapat Digolongkan Dalam Tiga Katagori :

1. Kategori pertama yaitu Individual : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Termasuk di dalam katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun golongan. 2. Kategori kedua yaitu Institusional : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh suatu institusi, termasuk negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya. 3. Kategori ke tiga yaitu Kultural : merupakan penyebaran mitos tradisi dan ide-ide diskriminatif melalui struktur budaya masyarakat. B. TINDAKAN TINDAKAN SARA Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tidakan SARA. Tindakan ini melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi. Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.

Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

C. CONTOH MASALAH SARA SECARA UMUM DI INDONESIA SARA akhir-akhir ini muncul sebagai masalah yang dianggap menjadi salah satu sebab terjadinya berbagai gejolak sosial di negara kita. Perkelahian antara suku Madura dan suku Dayak di Kalimantan Barat, perkelahian antara suku Makasar dan penduduk asli Timor yang kemudian berkembang menjadi pergesekan antaragama Katolik dan Islam, merupakan contoh peristiwa SARA (suku, agama, ras, antargolongan) di negara kita. Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan suku bangsa, maka masalah SARA merupakan hal biasa.

Dalam masalah SARA ada beberapa hal yang perlu dicermati adalah :

Pertama, hubungan antara suku pribumi dan nonpribumi sampai saat ini belum dapat dipecahkan, dan tetap menjadi pemicu potensial timbulnya konflik sosial. Kedua, SARA muncul kembali sebagai faktor pendorong timbulnya "nasionalisme daerah" berupa upaya memisahkan suatu wilayah dari wilayah Republik Indonesia, meskipun masalah ini secara historis seharusnya sudah selesai ketika bangsa ini memproklamasikan Sumpah Pemuda 1928.

Ketiga, ada gejala bergesernya sebab pemicu: timbulnya gejolak sosial dari masalah SARA ke masalah yang bersifat struktural. Keempat, seimbang antara suku dalam akses mereka pada sumber alam. Kelima, pada tingkat makro lain seperti belum terciptanya birokrasi yang secara politis netral.

Perspektif seperti ini akan melihat masalah sebenarnya yang kini dihadapi bangsa ini, karena SARA hanya merupakan limbah masalah dasar itu serta wahana mobilisasi masyarakat guna menarik perhatian pemerintah untuk menyelesaikan masalah dasar tersebut. Indonesia memang perlu perubahan apabila ingin memasuki abad ke-21 dengan utuh sebagai suatu bangsa. SARA tak akan mampu memicu terjadinya suatu ketegangan

apabila tak terkait dengan faktor struktural yang ada dalam masyarakat. Singapura dan Malaysia adalah negara multietnik dan multibudaya, namun hubungan antaretnik relatif harmonis. Hipotesis saya, karena Pemerintah Malaysia dan Singapura -berserta aparaturnya- termasuk pemerintahan yang bersih, baik dari segi ekonomi maupun politik. Karena aparatur kedua pemerintahan itu bersih, maka keadilan pun terjamin. Masih sulit untuk mengatakan bahwa kita telah memiliki suatu pemerintahan yang bersih. Akibatnya, keadilan sulit dicapai.Sekelompok etnik tertentu, yang bekerja sama dengan aparatur negara yang tak bersih, mampu lebih cepat memanfaatkan kesempatan yang diciptakan pemerintah. Hal ini kemudian menimbulkan masalah SARA atau sikap anti terhadap suku tertentu. Tapi kita perlu memahami bahwa masalah tersebut muncul karena kelompok etnik itu mengalami political insecurity dalam masyarakat, sehingga mereka perlu mencari security melalui aliansi dengan aparatur pemerintah yang mengalami economic insecurity. Gejala menarik yang terjadi di negara kita, adanya satu birokrasi yang merupakan bagian suatu organisasi sosial politik (orsospol). Ketidaknetralan birokrasi itu dapat memancing ketegangan sosial yang manifestasinya adalah pada tindakan SARA. Contohnya, beberapa gejolak sosial pada Pemilu 1997, seperti terjadi di Pekalongan. Dalam hal ini, kita dapat mendeteksi adanya political insecurity di kalangan aparatur, yakni takut kehilangan jabatan apabila orsospol tertentu kalah. Political insecurity itu sering dimanifestasikan dalam tingkah laku yang bersifat overakting, yang dapat menimbulkan reaksi keras dari orsospol lain, yang pada akhirnya menimbulkan tindakan SARA. Bagaimanapun, SARA adalah bagian dari bangsa dan negara Indonesia. Kita tak dapat menghindar dari masalah ini.

D. KASUS KONFLIK DI INDONESIA Berikut ini akan diuraikan pola pola konflik yang dapat dikatagorikan sebagai konfik yang bernuansa SARA. Sejak runtuhnya pemerintahan Soeharto beberapa daerah di Indonesia, serta di Maluku, NTT, NTB, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah, dilanda konflik yang bernuansa SARA. Dalam penjelasan ini akan dipaparkan secara ringkas tiga peristiwa konflik SARA yang terjadi di Kupang Nusa Tenggara Timur, di Mataram Nusa Tenggara Barat, dan Sambas di Kalimantan Barat. Tiga peristiwa konflik ini merupakan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi berkerjasama denga LIPI ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ).

1. KERUSUHAN DI KUPANG NTT Kerusuhan di Kupang NTT terjadi pada tanggal 30 Nopember 1998. Konflik ini disebabkan oleh masalah tergesernya sumber ekonomi penduduk lokal oleh para pendatang, yang juga dipengaruhi konflik agama dan politik. Pergeseran ini juga menimbulkan masalah lain antara penduduk asli dan pendatang. Stereotip sering muncul dan menimbulkan kebencian. percepatan perkembangan perekonomian dan perkembangan agama islam. Hal ini menimbulkan masalah baru yaitu adanya kesenjangan sosial antara penduduk asli dan pendatang. Penduduk lokal yang mayoritas yang beragama Kristen Protestan lebih menyukai sektor birokrasi dibanding bergerak dibidang swasta. Akibatnya tingkat kesejahteraan ekonomi mengikuti dan tergntung pada kenaikan gaji dari pemerinth. Selain itu umumnya banyak y tani dan lain sebaginya. Akibat ini semua terjadi perbandingan tebalik antara pola penguasaan ekonomi dan perbandingan jumlah penduduk. Sumber masalah tersebut pada kenyataannya tidak berdiri sendiri, karena didalam masyarakat terdapat sejumlah sumber lain yang berfungsi sebagai pemercepatan ketegangan yaitu memori sosial antar etnik dan suku serta agama dalam konflik histories diantara mereka di masa lalu. Agama dan suku juga menjadi basis konflik dalam perebutan kekuasaan dan birokrasi di Kupang. selain itu kondisi sosial antar suku agama, ras, dan golongan yang longgar dan rapuh juga ikut mendorong ketegangan.

2. KERUSUHAN DI SAMBAS KALIMANTAN BARAT Konfik antar etnik seolah olah tidak dapat dilepaskan dari realitas sosial sepanjang sejarah Kalimantan Barat. Ini disebabkan Kalimantan Barat merupakan daerah yang heterogen. kerusuhan etnik yang berlangsung di Kalimantan Barat bersumber dari adanya rivalitas antar etnik yang berlangsung sejak lama. Kerusuhan antar etnik ini sudah berlangsung semenjak tahun 1950-an, kususnya pertikaian antara suku Madura melawan suku Dayak yang nyaris tiada henti. Hubungan antar suku di wilayah Kalimantan Barat pada umumnya tidak dapat berlangsung dengan baik dan harmonis, khususnya antara suku pendatang Madura dan penduduk asli Dayak dan Melayu. Selama berpuluh puluh tahun

hubungan antara suku suku yang berkonflik lebih mengemukakan dibanding kerjasama, dan integrasi gkerjasama, dan integrasi gagal terwujud. Antara suku suku yang bertikai jarang ada kerjasama dalam berbagi aktivitas sosial seperti gotongroyong dan sebagainya. Integrasi dan kerjasama tidak terwujud karena adanya konflik kultural maupun pola pemukiman yang tersegregasi secara eksklusif. kondisi ini diperparah oleh daya dukung lingkungan yang semakin menurun akibat kerusakan lingkungan dan aparat keamanan tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai aparat penegak hokum.

3. KERUSUHAN DI MATARAM NTB Sumber masalah kerusuhan di Mataram dan sekitarnya pada tanggal 17 januari 2000, di sebabkan oleh provokasi dari para elit politik tertentu yang menyebabkan terjadinya kerusuhan di wilayah tersebut. Kerusuhan di Mataram juga sebagai dampak dari fanatisme agama pemeluknya (terutama Islam di Mataram) berhadapan dengan agresifitas penyebaran agama Kristen, yang sering memicu konflik berdimensi agama terjadi antara pemeluk Islam dan Hindu, tetapi dalam kehidupan sehari-hari di Mataram pemeluk Hindu mampu mengemas pola penyebaran agamanya secara rapi dan tidak menrcolok, sehingga tidak menimbulkan reaksi dari pihak mayoritas. Sementara penyebaran agama Kristen dianggap sangat agresif, dengan penonjolan pembangunan rumah ibadah di pusat kota, yang menimbulkan kebencian mayoritas Islam terhadapnya. Apalagi hal itu juga diikuti oleh konflik yang terjadi di Ambon antara Islam dan Kristen, membuat hubungan antara Islam dan Kristen di Mataram menjadi tegang. Kondisi ini diperparah oleh adanya kesenjangan ekonomi antara penduduk lokal yang umumnya muslim dan kaum pendatang yang umumnya nasrani. Konflik ini juga turut dipercepat oleh ketidak siapan aparat keamanan dalaam mengamankan acara Tabliq Akbar tanggal 17 Januari 2000. Di samping akar masalah dan faktor pemercepat tersebut, kerusuhan Mataram juga dipicu atau disulut oleh seorang penceramah yang memprovokasi masa pada acara Tabliq Akbar tersebut.

E. CARA MENCEGAH TERJADINYA SARA

1. Dalam membangun perekonomian harus secara tegas ditempuh pendekatan affirmative action, yakni memberi kesempatan sebesar-besarnya kepada penduduk pribumi untuk berkembang. 2. Pemerintah harus menciptakan aparatur pemerintah yang netral dari segi politis. Korpri harus dianggap sebagai organisasi profesional pegawai negeri sipil, bukan mesin perolehan suara dalam pemilu. 3. Terciptanya suatu organisasi bagi kelompok etnik Cina yang dapat memberikan perlindungan politis bagi mereka, sehingga tak perlu mencari perlindungan kepada birokrasi. 4. Menciptakan pemerintahan yang bersih dari segala jenis kecurangan.

F. LATAR BELAKANG INDONESIA 1. Identifikasi Republik Indonesia, negara keempat terpadat di dunia, memiliki 203 juta orang yang hidup di hampir seribu pulau menetap secara permanen. Banyak kelompok etnis dengan bahasa mereka sendiri dan berbagai dialek dalam populasi dari Jawa (sekitar 70 juta) dan Sunda (sekitar 30 juta) di Jawa, untuk masyarakat penomoran dalam ribuan pulau-pulau terpencil. Budaya nasional adalah yang paling mudah diamati di kota-kota, tetapi aspek sekarang mencapai ke pedesaan juga. Perbatasan Indonesia adalah orang-orang dari Hindia Belanda, yang sepenuhnya terbentuk pada awal abad kedua puluh, meskipun imperialisme Belanda dimulai pada awal abad ketujuh belas. Budaya Indonesia memiliki akar sejarah, lembaga, adat istiadat, nilai-nilai, dan keyakinan bahwa banyak saham rakyatnya, tetapi juga bekerja di sebuah kemajuan yang menjalani menekankan khususnya pada awal abad kedua puluh satu. Nama Indonesia, yang berarti Kepulauan India, diciptakan oleh seorang Inggris, JR Logan, di Malaya pada tahun 1850. Berasal dari bahasa Yunani, Indo (India) dan nesos (pulau), memiliki paralel di Melanesia, "hitam pulau", Mikronesia, "pulau-pulau kecil", dan Polinesia, "banyak pulau. Kebanyakan pulau multietnis, dengan kelompok besar dan kecil membentuk kantong-kantong geografis. Kota dalam kantong-kantong tersebut termasuk kelompok etnis yang dominan dan beberapa anggota kelompok imigran. Kota-

kota besar dapat terdiri dari banyak kelompok etnis, beberapa kota memiliki mayoritas yang dominan. Daerah, seperti Sumatera Barat atau Sulawesi Selatan, telah dikembangkan selama berabad-abad melalui interaksi geografi (seperti sungai, pelabuhan, dataran, dan pegunungan), interaksi sejarah masyarakat, dan politik-administratif kebijakan. Beberapa, seperti Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur adalah etnis campuran untuk berbagai derajat, lainnya seperti Sumatera Barat, Bali, dan Aceh lebih homogen. Beberapa daerah, seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan, berbagi jangka panjang Melayu-Islam mempengaruhi pesisir yang memberi mereka fitur budaya yang sama, dari seni dan gaun untuk stratifikasi politik dan kelas agama. Masyarakat dataran tinggi atau hulu di wilayah ini memiliki orientasi sosial, budaya, dan agama yang berbeda, tetapi mungkin merasa diri atau terpaksa menjadi bagian dari wilayah itu. Banyak daerah-daerah seperti telah menjadi provinsi pemerintah, seperti halnya tiga yang terakhir di atas. Lainnya, seperti Bali, belum.

2. Lokasi dan Geografi Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, terletak mengangkang garis katulistiwa di daerah tropis lembab dan meluas sekitar 2.300 mil (3.700 kilometer) timur-barat, hampir sama dengan Amerika Serikat berdekatan. Hal ini dikelilingi oleh samudera, laut, dan selat kecuali jika saham perbatasan pulau dengan Malaysia Timur dan Brunei di Kalimantan dengan Papua Nugini di New Guinea, dan dengan Timor Loro Sae di Timor. Malaysia Barat terletak di Selat Malaka, Filipina terletak timur laut, dan Australia terletak di selatan. Lokasi kepulauan telah memainkan peran besar dalam perkembangan ekonomi, politik, budaya, dan agama di sana. Selama lebih dari dua ribu tahun, kapal dagang berlayar antara peradaban besar India dan Cina melalui perairan dan pulau-pulau Hindia. Pulau-pulau juga menyediakan rempah-rempah dan produk hutan untuk perdagangan tersebut. Bagian timur dan monsun barat bolak angin membuat Hindia titik singgah bagi para pedagang dan lainlain dari negara-negara beragam yang membawa bahasa mereka, ide-ide tentang tatanan politik, dan seni dan agama mereka. Kerajaan kecil dan kemudian tumbuh besar sebagai akibat dari, dan sebagai bagian dari, bahwa perdagangan yang besar. Kapal uap diubah beberapa pola perdagangan, tetapi lokasi strategis wilayah antara Timur dan Asia Selatan dan Timur Tengah tetap. Indonesia terdiri dari semua atau bagian dari beberapa terbesar di

dunia pulau-Sumatera, Jawa, sebagian Kalimantan (Borneo), Sulawesi (Celebes), Halmahera, dan setengah barat New Guinea (Papua) dan pulau-pulau kecil banyak, bali (di timur Jawa) paling dikenal. Pulau-pulau ditambah beberapa orang lain memiliki puncak gunung 9.000 kaki (2.700 meter) atau lebih, dan ada sekitar empat ratus gunung berapi, yang seratus aktif. Antara 1973 dan 1990, misalnya, ada dua puluh sembilan letusan direkam, beberapa dengan konsekuensi yang tragis. Lava dan abu vulkanik memberikan kontribusi terhadap tanah yang kaya di Sumatera dataran tinggi dan seluruh Jawa dan Bali, yang telah dipelihara budidaya padi selama beberapa ribu tahun. Pulau-pulau batin Jawa, Madura, dan Bali membentuk pusat geografis dan penduduk nusantara. Jawa, salah satu tempat dunia yang paling padat diselesaikan (dengan 2.108 orang per mil persegi [814 per kilometer persegi] pada tahun 1990), menempati 78 persen dari wilayah negara, tetapi menyumbang sekitar 60 persen dari penduduk Indonesia. (Kira-kira seukuran negara bagian New York, penduduk Jawa setara dengan 40 persen dari Amerika Serikat.) Pulaupulau terluar, yang merupakan barat busur, utara, dan timur yang dalam, memiliki sekitar 90 persen dari lahan wilayah negara, tetapi hanya sekitar 42 persen dari populasi. Budaya dari pulau-pulau bagian dalam lebih homogen, dengan hanya empat kelompok budaya utama: Sunda (Jawa Barat), orang Jawa (Tengah dan Jawa Timur), Madura (di Madura dan Jawa Timur), dan Bali ( di Bali). Pulau-pulau terluar memiliki ratusan kelompok ethnolinguistic. Hutan pulau batin, begitu banyak, sekarang sebagian besar hilang. Kalimantan, Papua Barat, dan Sumatra masih memiliki hutan yang kaya, meskipun ini terancam oleh ekspansi populasi dan eksploitasi oleh penebang kayu untuk penggunaan domestik dan ekspor. Tanah di bawah hutan tidak subur. Beberapa pulau-pulau bagian timur, seperti Sulawesi dan Sunda Kecil (rantai pulau timur Bali), juga telah kehilangan hutan. Dua jenis pertanian yang dominan di Indonesia: permanen sawah pertanian (sawah) dan ladang pertanian beras, jagung, dan tanaman lainnya.

3. Demografi Penduduk Indonesia meningkat dari 119.208.000 pada tahun 1971 menjadi 147.500.000 pada tahun 1980, untuk 179.300.000 pada tahun 1990, dan 203.456.000 pada tahun 2000. Sementara itu tingkat kesuburan menurun dari 4,6 per seribu wanita untuk 3,3; angka kematian mentah turun pada tingkat 2,3 persen per tahun, dan kematian bayi menurun dari 90,3 per

seribu kelahiran hidup menjadi 58. Tingkat kesuburan diproyeksikan jatuh ke 2,1 persen dalam satu dekade lain, tetapi jumlah penduduk diperkirakan mencapai 253.700.000 pada tahun 2020. Sampai dengan pertengahan abad kedua puluh, penduduk Indonesia sebagian besar pedesaan, tetapi pada awal abad kedua puluh satu, sekitar 20 persen tinggal di kotakota dan kota-kota dan tiga dari lima orang pertanian. Kota-kota di pulau baik dalam dan luar telah tumbuh pesat, dan sekarang ada dua puluh enam kota dengan populasi lebih dari 200.000. Seperti di banyak negara berkembang, penduduk Indonesia masih satu muda. Pola-pola di atas nasional, tetapi ada variasi etnis dan regional. Penduduk telah berkembang pada tingkat yang berbeda di daerah yang berbeda karena faktor-faktor seperti kondisi ekonomi dan standar hidup, ketersediaan gizi, dan efektivitas program kesehatan masyarakat dan keluarga berencana, dan nilai-nilai budaya dan praktek. Migrasi juga memainkan bagian dalam fluktuasi populasi. Peningkatan migrasi permanen atau musiman ke kota-kota disertai pembangunan ekonomi selama tahun 1980 dan 1990, tetapi ada juga migrasi yang signifikan antara daerah pedesaan sebagai orang meninggalkan tempattempat seperti Sulawesi Selatan untuk bekerja lebih produktif atau peluang pertanian di Sumatera Tengah atau Kalimantan Timur.

4. Simbolisme Motto nasional, Bhinneka Tunggal Ika, adalah ungkapan Jawa kuno biasanya diterjemahkan sebagai "kesatuan dalam keragaman." Ideologi resmi bangsa ini, pertama kali dirumuskan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1945, adalah Pancasila, atau Lima Prinsip: kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa; kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia; kedaulatan rakyat diatur oleh kebijakan yang bijaksana tiba di melalui musyawarah dan representasi; dan sosial keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia didefinisikan dari awal sebagai pewaris dari Hindia Belanda. Meskipun Papua Barat tetap berada di bawah Belanda sampai tahun 1962, Indonesia melakukan kampanye internasional yang sukses untuk mengamankan itu. Pendudukan Indonesia di Timor Portugis Timor pada tahun 1975, tidak pernah diakui oleh PBB, bertentangan dengan gagasan pendiri bangsa. Setelah dua dekade perjuangan pahit ada, Indonesia mengundurkan diri. Sejak tahun 1950 lagu kebangsaan dan lagu-lagu lainnya telah dinyanyikan oleh anak-anak di seluruh negeri untuk memulai hari sekolah; oleh pegawai

negeri di upacara pengibaran bendera; melalui radio untuk memulai dan menutup penyiaran; di bioskop dan televisi, dan pada hari nasional perayaan. Radio dan televisi, milik pemerintah dan dikendalikan untuk sebagian besar paruh kedua abad kedua puluh, diproduksi program nasionalisasi yang beragam seperti pelajaran bahasa Indonesia, tarian daerah dan etnis dan lagu, dan memainkan pada tema nasional. Resmi diakui "pahlawan nasional" dari daerah beragam dihormati dalam teks-teks sekolah, dan biografi dan dengan patung bagi perjuangan mereka melawan Belanda, beberapa daerah mengabadikan pahlawan lokal mereka sendiri.

5. Sejarah dan Hubungan Etnis A. Munculnya Bangsa Meskipun Republik Indonesia hanya lima puluh tahun, masyarakat Indonesia memiliki sejarah panjang selama budaya lokal dan lebih luas dibentuk. Sekitar 200 M, negara-negara kecil yang sangat dipengaruhi oleh peradaban India mulai berkembang di Asia Tenggara, terutama di muara sungai besar. Para 500-1000 tahun ke depan melihat negara besar muncul dengan arsitektur yang megah. Hinduisme dan Buddhisme, sistem penulisan, gagasan tentang kerajaan ilahi, dan sistem hukum dari India disesuaikan dengan adegan lokal. Istilah Sansekerta masuk banyak bahasa Indonesia. Dipengaruhi budaya Hindu di seluruh Asia Tenggara, tetapi hanya satu orang Hindu, orang Bali. Indianized negara menurun sekitar 1400 Masehi dengan kedatangan pedagang Muslim dan guru dari India, Yaman, dan Persia, dan kemudian Eropa dari Portugal, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Semua datang untuk bergabung dengan perdagangan besar dengan India dan Cina. Selama dua abad berikutnya princedoms lokal diperdagangkan, bersekutu, dan berkelahi dengan Eropa, dan Belanda Perusahaan India Timur menjadi sebuah negara kecil terlibat dalam pertempuran lokal dan aliansi untuk mengamankan perdagangan. Belanda East India Company yang kuat sampai 1799 ketika perusahaan bangkrut. Pada abad kesembilan belas Belanda membentuk pemerintah Hindia Belanda, yang dikembangkan aliansi dengan penguasa di nusantara. Hanya pada awal abad kedua puluh itu pemerintah Hindia Belanda memperluas kekuasaannya dengan cara militer untuk seluruh Indonesia hadir. Pemberontakan sporadis abad kesembilan belas terhadap praktek-praktek Belanda terjadi

terutama di Jawa, tapi itu di awal abad kedua puluh bahwa para pemimpin Indonesia intelektual dan agama mulai mencari kemerdekaan nasional. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Hindia, mengalahkan tentara kolonial dan memenjarakan Belanda dalam kondisi yang keras. Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, kaum nasionalis Indonesia yang dipimpin oleh Sukarno dan Mohammad Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Belanda tidak menerima dan selama lima tahun berjuang republik baru, terutama di Jawa. Kemerdekaan Indonesia didirikan pada tahun 1950.

B. Identitas Nasional Ukuran Indonesia Dan keragaman etnis telah membuat identitas nasional bermasalah dan diperdebatkan. Identitas didefinisikan di berbagai tingkatan: dengan kewarganegaraan Indonesia; oleh pengakuan bendera, lagu kebangsaan, dan lagu-lagu tertentu lainnya; dengan pengakuan hari libur nasional, dan oleh pendidikan tentang sejarah Indonesia dan Pancasila yang didasarkan bangsa. Sebagian besar ini ditanamkan melalui sekolah dan media, baik yang telah diatur secara ketat oleh pemerintah selama sebagian besar tahun-tahun kemerdekaan. Sejarah bangsa telah berfokus pada perlawanan terhadap kolonialisme dan komunisme oleh pahlawan nasional dan pemimpin yang diabadikan dalam nama jalan. Kejayaan dari peradaban masa lalu diakui, meskipun tetap arkeologi terutama dari kerajaan Jawa.

C. Hubungan Etnis Hubungan etnis di Nusantara telah lama menjadi perhatian. Pemimpin Indonesia mengakui kemungkinan separatisme etnis dan regional dari awal republik. Perang dilancarkan oleh pemerintah pusat terhadap separatisme di Aceh, bagian lain dari Sumatera, dan Sulawesi pada tahun 1950 dan awal 1960-an, dan bangsa diselenggarakan bersama oleh kekuatan militer. Hubungan antara pribumi dan Cina di luar negeri telah sangat dipengaruhi oleh kebijakan Belanda dan pemerintah Indonesia. Jumlah Cina sekitar empat sampai enam juta, atau 3 persen dari populasi, tetapi dikatakan dapat mengontrol sebanyak 60 persen dari kekayaan bangsa. Orang Cina diperdagangkan dan tinggal di pulau-pulau selama berabad-

abad, tetapi dalam abad kesembilan belas Belanda membawa lebih banyak dari mereka untuk bekerja di perkebunan atau di tambang. Belanda juga mendirikan suatu sistem stratifikasi sosial, ekonomi, dan hukum yang memisahkan Eropa, Asiatics asing dan IndoEropa, dan Indonesia asli, sebagian untuk melindungi pribumi sehingga tanah mereka tidak bisa hilang bagi orang luar. Orang Cina memiliki sedikit insentif untuk berasimilasi dengan masyarakat lokal, yang pada gilirannya tidak berminat menerima mereka. Bahkan naturalisasi warga negara Cina menghadapi peraturan ketat, meskipun hubungan bisnis yang erat antara pemimpin Cina dan pejabat Indonesia dan birokrat. Kekerasan periodik diarahkan orang Cina dan properti juga terjadi. Dalam sistem sosial kolonial, perkawinan campuran antara laki-laki Cina dan perempuan pribumi menghasilkan setengah-kasta (peranakan), yang memiliki organisasi mereka sendiri, pakaian, dan bentuk-bentuk seni, dan bahkan koran. Hal yang sama benar untuk orang-orang campuran keturunan IndonesiaEropa (disebut Indo, untuk pendek). Kelompok ethnolinguistic berada terutama di daerah yang ditetapkan di mana kebanyakan orang berbagi banyak budaya dan bahasa yang sama, terutama di daerah pedesaan. Pengecualian ditemukan di sepanjang perbatasan antara kelompok-kelompok, di tempat-tempat kelompok lain telah pindah secara sukarela atau sebagai bagian dari program transmigrasi, dan di kota-kota. Daerah seperti sedikit di Jawa, misalnya, tetapi lebih umum di bagian Sumatera. Perbedaan agama dan etnis mungkin terkait. Indonesia memiliki penduduk Muslim terbesar negara manapun di dunia, dan kelompok etnis banyak yang eksklusif Muslim. Kebijakan Belanda diperbolehkan proselitisasi oleh Protestan dan Katolik antara kelompok-kelompok terpisah yang mengikuti agama-agama tradisional, dengan demikian saat ini banyak kelompok etnis yang eksklusif Protestan atau Katolik Roma. Mereka sangat diwakili antara masyarakat hulu atau dataran tinggi di Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil Timur, meskipun banyak orang Kristen juga ditemukan di Jawa dan di antara Cina. Ketegangan muncul ketika kelompok satu agama bermigrasi ke tempat dengan agama yang mapan yang berbeda. Kekuasaan politik dan ekonomi menjadi terkait dengan baik etnisitas dan agama sebagai kelompok mendukung sanak saudara mereka sendiri dan pasangan etnik untuk pekerjaan dan manfaat lainnya.

6. Urbanisme, Arsitektur, dan Penggunaan Ruang Raja Jawa lama digunakan monumen dan arsitektur untuk memperbesar kemuliaan mereka, memberikan fokus fisik untuk kerajaan duniawi mereka, dan menghubungkan diri dengan supranatural. Dalam tujuh belas melalui abad kesembilan belas Belanda memperkuat posisi pangeran adat melalui siapa mereka diperintah dengan membangun istana megah mereka. Istana arsitektur dari waktu ke waktu digabungkan Hindu, elemenelemen Islam, adat, dan Eropa dan simbol dalam berbagai derajat tergantung pada situasi lokal, yang masih dapat dilihat dalam istana di Yogyakarta dan Surakarta di Jawa atau di Medan, Sumatera Utara. Arsitektur kolonial Belanda gabungan unsur-unsur kekaisaran Romawi dengan adaptasi terhadap cuaca tropis dan arsitektur pribumi. Benteng Belanda dan bangunan awal Jakarta telah dipulihkan. Di bawah Presiden Sukarno serangkaian patung dibangun di sekitar Jakarta, terutama memuliakan orang-orang, kemudian, Monumen Nasional, Pembebasan Irian Barat (Papua) Monumen, dan Masjid Istiqlal yang besar didirikan untuk mengungkapkan link ke masa lalu Hindu, puncak dari kemerdekaan Indonesia, dan tempat Islam di negara ini. Patung pahlawan nasional untuk ditemukan di kota-kota daerah. Arsitektur rumah tinggal untuk berbagai kelompok sosial ekonomi perkotaan dibangun pada model yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial dan digunakan di seluruh Hindia. Ini gabungan unsur-unsur Belanda (atap genteng highpitched) dengan teras-teras, dapur terbuka, dan pelayan perempat cocok untuk sistem iklim dan sosial. Kayu didominasi dalam arsitektur perkotaan awal, tetapi batu menjadi dominan pada abad kedua puluh. Daerah pemukiman tua di Jakarta, seperti Menteng di dekat Hotel Indonesia, mencerminkan arsitektur perkotaan yang berkembang pada 1920-an dan 1930an. Setelah tahun 1950, daerah pemukiman baru terus berkembang ke selatan kota, banyak dengan rumah-rumah yang rumit dan pusat perbelanjaan. Mayoritas orang di banyak kota tinggal di batu kecil dan rumah kayu atau bambu di kelurahan ramai atau senyawa dengan akses miskin ke air bersih dan pembuangan limbah yang memadai. Rumah sering erat diperas bersama-sama, terutama di kota-kota besar Jawa. Kota yang memiliki tekanan kurang dari migran pedesaan, seperti di Sumatera Barat Padang dan Manado di Sulawesi Utara, telah mampu mengelola pertumbuhan mereka. Rumah-rumah tradisional, yang dibangun dalam gaya tunggal sesuai dengan kanon adat kelompok-kelompok etnis tertentu, telah penanda etnis. Rumah-rumah seperti ada di berbagai tingkat kemurnian di daerah

pedesaan, dan beberapa aspek dari mereka yang digunakan dalam arsitektur perkotaan seperti gedung-gedung pemerintah, bank, pasar dan rumah. Rumah tradisional di desa-desa banyak yang menurun dalam jumlah. Pemerintah Belanda dan Indonesia mendorong orang untuk membangun "modern" rumah-rumah, struktur persegi panjang dengan jendela. Di beberapa daerah pedesaan, namun, seperti Sumatera Barat, dikembalikan atau rumahrumah tradisional yang baru dibangun oleh para migran kota yang berhasil untuk menampilkan keberhasilan mereka. Di daerah pedesaan orang lain menampilkan status dengan membangun rumah-rumah modern dari batu dan genteng, dengan jendela kaca yang berharga. Di kota-kota, rumah-rumah kolonial tua yang direnovasi oleh pemilik baru yang makmur yang menempatkan kontemporer bergaya front di rumah. Kolom romawi disukai di gedung-gedung publik Belanda yang sekarang populer untuk rumah pribadi.

7. Makanan dan ekonomi a) Makanan di Kehidupan Sehari-hari Masakan Indonesia mencerminkan daerah, etnis, Cina, Timur Tengah, India, dan pengaruh Barat, dan kualitas makanan sehari-hari, kuantitas, Perempuan membawa keranjang buah menjulang di atas kepala mereka untuk festival kuil di Bali.dan keragaman sangat bervariasi berdasarkan kelas sosial ekonomi, musim, dan kondisi ekologi. Beras merupakan elemen pokok dalam masakan regional paling dan pusat dari masakan Indonesia secara umum. (Karyawan menerima jatah beras Pemerintah bulanan selain gaji.) Side piring daging, ikan, telur, dan sayuran dan berbagai bumbu dan saus menggunakan cabai dan bumbu lainnya menemani beras. Masakan Jawa dan Bali memiliki berbagai terbesar, sedangkan yang dari Batak telah jauh lebih sedikit, bahkan di rumah makmur, dan ditandai dengan lebih banyak beras dan lauk sedikit. Dan beras tidak pokok di mana-mana: di Maluku dan Sulawesi bagian itu adalah sagu, dan di Timor Barat itu adalah jagung (jagung), dengan beras yang dikonsumsi hanya untuk acara-acara seremonial. Diantara Rotinese, telapak gula merupakan dasar untuk diet. Indonesia adalah negara kepulauan, tetapi ikan memainkan bagian yang relatif kecil dalam diet banyak orang yang tinggal di pegunungan interior, meskipun transportasi ditingkatkan membuat ikan asin lebih tersedia bagi mereka. Pendinginan masih jarang, pasar harian mendominasi, dan ketersediaan

pangan mungkin tergantung terutama pada produk lokal. Indonesia kaya buah tropis, tapi banyak daerah telah beberapa pohon buah-buahan dan kapasitas kecil untuk transportasi tepat waktu buah. Kota terbesar menyediakan berbagai makanan dan jenis pasar, termasuk supermarket modern, daerah pedesaan jauh lebih sedikit. Di kota-kota, orang-orang makmur memiliki akses ke berbagai besar sementara orang miskin memiliki pola makan yang sangat terbatas, dengan nasi dan daging biasa dominan. Beberapa daerah pedesaan yang miskin mengalami apa yang orang sebut "kelaparan biasa" setiap tahun sebelum panen jagung dan padi.

b) Makanan Pabean di Acara Upacara Acara seremonial yang paling mencolok adalah bulan puasa Muslim, Ramadhan. Bahkan kurang-jeli Muslim cepat serius dari matahari terbit sampai matahari terbenam meskipun panas tropis. Setiap malam selama bulan Ramadan, makan baik perayaan diadakan. Bulan berakhir dengan Idul Fitri, hari libur nasional ketika keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja mengunjungi rumah masing-masing untuk berbagi memperlakukan makanan (termasuk kunjungan oleh non-Muslim ke rumah-rumah Muslim). Dalam ritual tradisional, makanan khusus disajikan kepada roh-roh atau meninggal dan dimakan oleh peserta. Ritual Jawa di mana-mana, selamatan, ditandai dengan makan antara peraya dan diadakan di segala macam peristiwa, dari kehidupan-siklus ritual pada berkat hal-hal baru yang memasuki sebuah desa. Siklus-hidup acara, terutama pernikahan dan pemakaman, adalah kesempatan utama untuk upacara di daerah pedesaan maupun perkotaan, dan masingmasing memiliki aspek religius dan sekuler. Pelayanan makanan rumit dan simbolisme fitur peristiwa tersebut, namun isinya sangat bervariasi dalam kelompok-kelompok etnis yang berbeda. Di antara Meto Timor, misalnya, peristiwa tersebut harus memiliki daging dan beras (Sisi-Maka '), dengan laki-laki memasak dan perempuan mantan yang terakhir. Pemakaman yang rumit melibatkan minum campuran lemak babi dan darah yang bukan merupakan bagian dari makanan sehari-hari dan yang mungkin tidak menggugah selera untuk banyaknya peserta yang tetap mengikuti tradisi. Pada acara tersebut, tamu-tamu Muslim diberi makan di dapur terpisah dan meja. Di sebagian besar wilayah Indonesia kemampuan untuk melayani makanan yang rumit untuk banyak tamu adalah tanda

perhotelan, kemampuan, sumber daya, dan status keluarga atau klan apakah untuk kurban kerbau dataran tinggi Toraja di pemakaman atau untuk resepsi pernikahan Jawa pada lima hotel bintang di Jakarta. Diantara beberapa orang, seperti Batak dan Toraja, bagian dari hewan yang disembelih untuk acara tersebut adalah hadiah penting bagi mereka yang hadir, dan bagian dari hewan yang dipilih secara simbolis menandai status penerima.

c) Ekonomi Dasar Sekitar 60 persen penduduk adalah petani yang memproduksi subsisten dan berorientasi pasar tanaman seperti padi, sayuran, buah, teh, kopi, gula, dan rempah-rempah. Perkebunan besar yang dikhususkan untuk kelapa sawit, karet, gula, dan sisel untuk penggunaan domestik dan ekspor, meskipun di beberapa daerah pohon-pohon karet dimiliki dan disadap oleh petani. Hewan ternak umum adalah sapi, kerbau, kuda, ayam, dan, di daerah non-Muslim, babi. Baik air tawar dan memancing laut yang penting bagi desa dan ekonomi nasional. Kayu dan kayu olahan, khususnya di Kalimantan dan Sumatera, yang penting bagi kedua konsumsi domestik dan ekspor, sementara minyak, gas alam, timah, tembaga, aluminium, dan emas dieksploitasi terutama untuk ekspor. Pada zaman kolonial, Indonesia ditandai sebagai memiliki "ekonomi ganda." Satu bagian adalah berorientasi pada pertanian dan kerajinan kecil untuk konsumsi domestik dan sebagian besar dilakukan oleh orang Indonesia asli, bagian lain adalah perkebunan berorientasi ekspor pertanian dan pertambangan (dan industri jasa mendukung mereka), dan didominasi oleh Belanda dan Eropa lainnya dan oleh Cina. Meskipun Indonesia kini penting baik dalam aspek ekonomi dan peran Belanda / Eropa tidak lagi begitu langsung, banyak fitur dari bahwa perekonomian ganda tetap, dan bersamaan dengan itu terus ketidakpuasan etnis dan sosial yang timbul dari itu. Salah satu aspek penting dari perubahan selama "Orde Baru" rezim Suharto (1968-1998) adalah urbanisasi yang cepat dan produksi industri di Jawa, di mana produksi barang untuk keperluan rumah tangga dan ekspor berkembang pesat. Ketidakseimbangan sebelumnya di produksi antara Jawa dan Kepulauan Luar berubah, dan pulau sekarang memainkan peran ekonomi di negara ini lebih dalam proporsi populasinya. Meskipun pembangunan ekonomi antara 1968 dan 1997 dibantu kebanyakan orang, perbedaan antara kaya dan miskin dan antara daerah perkotaan dan pedesaan

melebar, lagi terutama di Jawa. Krisis ekonomi yang parah di negara dan daerah setelah tahun 1997, dan ketidakstabilan politik dengan jatuhnya Soeharto, investasi asing di Indonesia berkurang drastis, dan kelas bawah dan menengah, khususnya di kota-kota, paling menderita dari resesi ini.

d) Penguasaan Tanah dan Properti Pemerintah kolonial mengakui hak-hak tradisional masyarakat adat dengan tanah dan properti dan mendirikan semicodified "hukum adat" untuk tujuan ini. Di banyak daerah di Indonesia hak atas tanah yang lama dipegang oleh kelompok-kelompok seperti klan, komunitas, atau kelompok kerabat. Individu dan keluarga yang menggunakan tetapi tidak memiliki tanah. Batas-batas tanah komunal dapat diadakan cairan, dan konflik atas penggunaan biasanya diselesaikan oleh aparat desa, meskipun beberapa perselisihan dapat mencapai pejabat pemerintah atau pengadilan. Di kota-kota dan beberapa daerah pedesaan Jawa, kepemilikan hukum Eropa didirikan. Sejak kemerdekaan Indonesia berbagai macam "reformasi tanah" telah dipanggil untuk dan telah bertemu perlawanan politik. Selama rezim Suharto, kelompok ekonomi dan politik yang kuat dan individu yang diperoleh lahan oleh kuasi-hukum sarana dan melalui beberapa kekuatan atas nama "pembangunan," tetapi melayani kepentingan monied mereka di tanah untuk kayu, agro-bisnis, dan peternakan; lokasi bisnis , hotel, dan resor, dan perumahan dan perluasan pabrik. Tanah tersebut sering diperoleh dengan kompensasi minimal untuk pemilik sebelumnya atau penghuni yang memiliki sedikit jalur hukum. Hal yang sama dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan publik untuk proyek-proyek besar seperti bendungan dan waduk, taman industri, dan jalan raya. Terutama rentan adalah masyarakat terpencil (dan hewan) di daerah berhutan di mana konsesi kayu ekspor diberikan kepada individu yang berkuasa.

e) Kegiatan Komersial Selama Berabad-abad Commerce telah dilakukan antara banyak pulau dan di luar perbatasan nasional saat ini oleh para pedagang untuk berbagai kelompok etnis lokal dan asing. Beberapa masyarakat adat seperti Minangkabau, Bugis, dan Makasar terkenal pedagang, seperti Cina. Kapal

berlayar Bugis, yang dibangun seluruhnya dengan tangan dan berbagai ukuran 30-150 ton (27-136 metrik ton), masih membawa barang ke banyak bagian bangsa. Perdagangan antara dataran rendah dan dataran tinggi dan pantai dan daerah pedalaman ditangani oleh dan pedagang kecil lainnya dalam sistem pasar yang kompleks Perempuan membawa kayu bakar di Flores. Di Indonesia, pria dan wanita berbagi banyak aspek pertanian desa. melibatkan ratusan ribu laki-laki dan perempuan pedagang dan berbagai bentuk transportasi, dari bahu manusia, kuda, gerobak, dan sepeda, untuk minivan, truk, bus, dan perahu. Islam menyebar di sepanjang jaringan pasar tersebut, dan pedagang Muslim yang menonjol dalam perdagangan skala kecil di mana-mana. Pada abad kesembilan belas dan kedua puluh Belanda menggunakan Cina untuk link peternakan pedesaan dan perkebunan Indonesia asli kota kecil pasar dan ini untuk kota-kota besar dan kota-kota di mana dikendalikan Cina dan Belanda perusahaan komersial besar, bank, dan transportasi. Indonesia Jadi Cina menjadi kekuatan utama dalam perekonomian, mengendalikan hari ini diperkirakan 60 persen kekayaan bangsa meskipun merupakan hanya sekitar 4 persen dari penduduknya. Sejak kemerdekaan, ini telah menyebabkan penekanan etnis Tionghoa, bahasa, pendidikan, dan upacara oleh pemerintah dan kelas dua kewarganegaraan bagi mereka yang memilih untuk menjadi warga negara Indonesia. Periodik wabah kekerasan terhadap orang Cina telah terjadi, khususnya di Jawa. Pedagang kecil Muslim, yang merasa terasing di zaman kolonial dan menyambut perubahan dengan kemerdekaan, telah frustrasi sebagai Orde Baru Bahasa Indonesia bisnis, pemerintah, dan elit militer aliansi ditempa dengan Cina dalam nama "pembangunan" dan untuk keuntungan finansial mereka.

f) Industri Utama Industri-industri besar di Indonesia melibatkan agro-bisnis, ekstraksi sumberdaya dan ekspor, konstruksi, dan pariwisata, tapi sektor industri kecil menengah telah dikembangkan sejak 1970-an, terutama di Jawa. Ini melayani permintaan domestik untuk barang-barang (dari gelas rumah tangga dan sikat gigi untuk mobil), dan menghasilkan berbagai macam barang berlisensi untuk perusahaan multinasional. Agro-bisnis dan ekstraksi sumber daya, yang masih memasok Indonesia dengan banyak devisa dan dana operasi domestik, terutama di luar pulau, terutama Sumatera (perkebunan, minyak, gas, dan tambang),

Kalimantan (kayu), dan Papua Barat (pertambangan). Sektor industri telah tumbuh di Jawa, khususnya di sekitar Jakarta dan Surabaya dan beberapa kota kecil di pantai utara.

8. Statifikasi Sosial a) Kelas dan Kasta Negara aristokrat dan chiefdoms hierarkis-memerintahkan adalah fitur banyak masyarakat Indonesia untuk milenium terakhir. Masyarakat tanpa sistem politik seperti ada, meskipun sebagian besar memiliki prinsip hierarki. Hindu menyatakan yang kemudian masuk Islam telah aristokrasi di bagian atas dan petani dan budak di bagian bawah masyarakat. Pangeran di ibukota mereka terkonsentrasi kekuatan sekuler dan spiritual dan ritual dilakukan untuk pemerintah-pemerintah mereka, dan mereka berperang untuk mata pelajaran, rampasan dan tanah, dan kontrol perdagangan laut. Belanda Perusahaan India Timur menjadi negara berperang dengan benteng sendiri, militer, dan angkatan laut, dan bersekutu dengan negara-negara pribumi dan berjuang. Pemerintah Hindia Belanda berhasil perusahaan, dan Belanda memerintah beberapa daerah langsung dan daerah lainnya secara tidak langsung melalui pangeran asli. Di beberapa daerah mereka ditambah kekuatan pangeran adat dan melebar kesenjangan antara bangsawan dan petani. Di Jawa, Belanda ditambah kemegahan pangeran sementara membatasi tanggung jawab otoritas mereka, dan di daerah lain, seperti Sumatra Timur, pemerintah-pemerintah Belanda dan menciptakan garis pangeran untuk kepentingan ekonomi dan politik. Secara umum, pangeran memerintah atas wilayah kelompok etnis mereka sendiri, meskipun beberapa daerah multietnis dalam karakter, terutama yang lebih besar di Jawa atau kerajaan-kerajaan pelabuhan di Sumatera dan Kalimantan. Pada yang terakhir, pangeran Melayu memerintah atas daerah yang terdiri dari berbagai kelompok etnis. Kerajaan bertingkat dan chiefdoms yang tertanam di sebagian besar Jawa, Sunda Kecil Barat dan bagian Timur Lesser Sunda, Sulawesi Selatan, Maluku bagian, bagian-bagian Kalimantan, dan timur dan tenggara pantai Sumatera. Anggota kelas yang berkuasa mendapatkan kekayaan dan anak-anak dari penguasa pribumi dididik di sekolah-sekolah yang membawa mereka dalam kontak dengan rekan-rekan mereka dari bagian lain Nusantara. Tidak semua masyarakat Indonesia adalah sebagai sosial bertingkat seperti yang Jawa. Masyarakat Minangkabau dipengaruhi oleh

pola politik kerajaan, tetapi berkembang menjadi sebuah sistem politik yang lebih egaliter di tanah air nya Sumatera Barat. Batak Sumatera Utara mengembangkan sebuah tatanan politik egaliter dan etos menggabungkan loyalitas klan sengit dengan individualitas. Masyarakat dataran tinggi atau hulu di Sulawesi dan Kalimantan juga mengembangkan tatanan sosial yang lebih egaliter, meskipun mereka dapat dikaitkan dengan dunia luar melalui penghargaan kepada pangeran pesisir. b) Simbol Stratifikasi Sosial Budaya aristokrat Jawa dan Melayu-kerajaan pesisir dipengaruhi ditandai dengan isolasi seremonial dari para pangeran dan bangsawan, upeti oleh petani dan bangsawan yang lebih rendah, menghormati otoritas oleh petani, sumptuary aturan menandai kelas, pemeliharaan oleh regalia supranatural aristokrat kuat, dan budaya pengadilan tinggi seni dan sastra. Belanda pada gilirannya dikelilingi diri dengan beberapa aura yang sama dan aturan sosial dalam interaksi mereka dengan penduduk pribumi, khususnya selama periode kolonial akhir ketika wanita Eropa datang ke Hindia dan Belanda keluarga didirikan. Di Jawa khususnya, kelas dipisahkan oleh penggunaan bahasa yang berbeda tingkat, judul, dan aturan pernikahan. Budaya pengadilan aristokrat menjadi teladan perilaku sosial disempurnakan dalam kontras dengan perilaku kasar atau kasar dari para petani atau nonJawa. Tipuan dalam komunikasi dan pengendalian diri dalam perilaku publik menjadi keunggulan dari orang halus, gagasan yang menyebar luas di masyarakat. Pengadilan juga pusat teladan untuk musik seni-, tari, teater, pedalangan, puisi, dan kerajinan tangan seperti kain batik, perak. Pengadilan utama menjadi Muslim abad ketujuh belas, tetapi beberapa praktik agama Hindu kuno filosofis dan artistik terus ada di sana atau yang dicampur dengan ajaran Islam. Pada akhir abad kedua puluh kesembilan belas dan awal masyarakat yang lebih kompleks dikembangkan di Jawa dan beberapa bagian lain dari Hindia, yang menciptakan permintaan yang lebih besar bagi orang-orang yang terlatih dalam pemerintahan dan perdagangan dari kelas aristokrat dapat memberikan, dan pendidikan agak lebih luas disediakan. Sebuah kelas pejabat pemerintah urban dan profesional dikembangkan yang sering ditiru gaya aristokrasi sebelumnya. Dalam dua dekade setelah kemerdekaan, semua kerajaan kecuali kesultanan Yogyakarta dan Surakarta dieliminasi seluruh republik. Namun demikian, perilaku dan pola pikir ditanamkan melalui generasi pangeran aturan adat untuk menghormati otoritas, tidak akuntabilitas paternalisme,

pemimpin, kekuasaan supernaturalistik, menampilkan pamer kekayaan, pemerintahan oleh individu dan dengan paksa bukan oleh hukum-terus menggunakan pengaruh mereka dalam bahasa Indonesia masyarakat.

9. PERKAWINAN, KELUARGA, dan KEKERABATAN Pernikahan Orang-orang di Indonesia memperoleh status orang dewasa penuh melalui pernikahan dan orang tua. Di Indonesia, kita tidak bertanya, "Apakah dia (atau dia) menikah,?" Tapi "Apakah dia (atau dia) belum menikah,?" Yang respon yang benar adalah, "Ya" atau "Belum." Bahkan kaum homoseksual berada di bawah tekanan keluarga besar untuk menikah. Masyarakat tertentu di Sumatera dan Indonesia timur praktik affinal aliansi, di mana pernikahan tersebut diatur antara orang-orang di suku patrilineal tertentu atau garis keturunan yang terkait sebagai dekat atau jauh silang-sepupu. Dalam masyarakat hubungan antara istri-memberi dan mengambil istri-klan atau keturunan sangat penting untuk struktur masyarakat dan melibatkan kewajiban seumur hidup untuk pertukaran barang dan jasa antara kerabat. Batak adalah contoh Sumatera menonjol dari orang-orang semacam. Clan keanggotaan dan aliansi pernikahan antara klan yang penting bagi orang Batak, apakah mereka tinggal di tanah air pegunungan mereka atau bermigrasi ke kota-kota yang jauh. Pernikahan mereka mengabadikan hubungan antara garis keturunan klan atau, meskipun keinginan individu dan cinta antara orang muda mungkin dipertimbangkan oleh keluarga dan sanak, seperti pendidikan mungkin, pekerjaan, dan kekayaan antara urban. Dalam masyarakat tanpa kelompok keturunan lineal, cinta lebih menonjol dalam memimpin orang untuk menikah, tapi sekali lagi pendidikan, pekerjaan, atau kekayaan di kota, atau kapasitas untuk bekerja keras, menjadi penyedia yang baik, dan memiliki akses ke sumber daya di desa, juga dipertimbangkan. Di antara orang Jawa atau Bugis, misalnya, semakin tinggi status sosial keluarga, orang tua lebih mungkin dan kerabat lainnya akan mengatur sebuah pernikahan (atau memveto hubungan potensial). Pada sebagian besar masyarakat Indonesia, pernikahan dipandang sebagai salah satu sarana penting untuk memajukan individu atau status sosial keluarga (atau kehilangan). Perceraian dan pernikahan kembali praktek-praktek yang beragam. Kalangan Muslim mereka diatur oleh hukum Islam dan

dapat diselesaikan di pengadilan Islam, atau sebagai dengan non-Muslim, mereka mungkin diselesaikan di pengadilan sipil pemerintah. Inisiasi perceraian dan pemukiman yang nikmat pria kalangan Muslim dan juga dalam masyarakat tradisional banyak. Perceraian dan pernikahan kembali dapat ditangani oleh sesepuh setempat atau pejabat menurut hukum adat, dan istilah untuk permukiman tersebut dapat bervariasi menurut kelompok etnis. Secara umum, masyarakat dengan kelompok-kelompok keturunan yang kuat, seperti Batak, menghindari perceraian dan sangat jarang terjadi. Masyarakat tersebut juga dapat berlatih turun ranjang (menikah atau janda saudara sepupu almarhum pasangan mereka). Dalam masyarakat tanpa kelompok keturunan, seperti Jawa, perceraian jauh lebih umum dan dapat dimulai dengan pasangan baik. Pernikahan kembali juga mudah. Jawa yang bukan anggota dari kelas atas yang dilaporkan memiliki tingkat perceraian tinggi, sementara perceraian di kalangan orang Jawa kelas atas dan kaya adalah jarang. Poligami diakui di kalangan umat Islam, beberapa orang Cina imigran, dan beberapa masyarakat tradisional, tetapi tidak oleh orang Kristen. Pernikahan tersebut mungkin sedikit jumlahnya. Pernikahan antara anggota kelompok etnis yang berbeda juga jarang, meskipun mereka mungkin akan meningkat di daerah perkotaan dan di antara yang berpendidikan lebih baik. Satuan Dalam Negeri Keluarga inti dari suami, istri, dan anak-anak adalah unit domestik paling luas, meskipun orang tua dan saudara yang belum menikah dapat ditambahkan ke dalam berbagai masyarakat dan pada berbagai waktu. Unit domestik adalah sebagai umum di kalangan masyarakat terpencil seperti di antara penduduk kota, dan juga tidak berhubungan dengan ada atau tidak adanya klan dalam masyarakat. Pengecualian adalah, pedesaan tradisional matrilineal Minangkabau, untuk siapa unit domestik masih terdiri dari perempuan coresident sekitar nenek (atau ibu) dengan anak perempuan menikah dan belum menikah dan anak di sebuah rumah tradisional yang besar. Suami datang hanya sebagai pengunjung ke perapian istri mereka dan kamar tidur di rumah. Beberapa masyarakat, seperti Karo Sumatera atau Dayak di Kalimantan, hidup di besar (atau panjang) rumah-rumah dengan beberapa tungku dan bedchambers milik terkait atau bahkan tidak terkait unit keluarga inti.

Warisan Pola Warisan yang beragam bahkan dalam masyarakat tunggal. Warisan muslim laki-laki lebih dari perempuan nikmat seperti melakukan kebiasaan-kebiasaan masyarakat tradisional (pengecualian yang yang matrilineal di mana hak-hak atas tanah, misalnya, diturunkan antara perempuan). Warisan perselisihan, mirip dengan perceraian, dapat ditangani di pengadilan Muslim, pengadilan sipil, atau cara desa adat. Kustom umumnya nikmat laki-laki, tapi praktek yang sebenarnya sering memberikan warisan perempuan. Dalam banyak masyarakat, ada perbedaan antara properti yang diwariskan atau diperoleh, mantan dilewatkan di dalam garis klan atau keluarga, yang terakhir pergi ke anak-anak atau pasangan dari almarhum. Seperti pembagian juga dapat diakui pada perceraian. Di banyak daerah tanah kepemilikan komunal suatu kelompok kerabat atau lokal, sedangkan barang rumah tangga, barang-barang pribadi, atau peralatan produktif keluarga atau properti diwariskan individu. Di beberapa tempat pohon-pohon ekonomi, seperti karet, mungkin milik pribadi, sementara lahan komunal beras diadakan. Dengan perubahan kondisi ekonomi, ide-ide baru tentang properti, dan meningkatnya permintaan untuk uang, peraturan dan praktik tentang warisan berubah, yang dapat menghasilkan konflik yang sistem hukum kurang terorganisir dan para pemimpin adat lemah tidak dapat dengan mudah mengelola.

Grup Kin Banyak kelompok etnis di Indonesia memiliki kelompok kekerabatan yang kuat berdasarkan patrilineal, matrilineal, atau keturunan bilateral. Masyarakat tersebut terutama di Sumatera, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur Lesser. Keturunan patrilineal yang paling umum, meskipun matriliny ditemukan dalam beberapa masyarakat, seperti Minangkabau Sumatera Barat dan selatan Tetun dari Timor Barat. Beberapa masyarakat di Kalimantan dan Sulawesi, serta Jawa, memiliki sistem kekerabatan bilateral. Kekerabatan adalah loyalitas primordial di seluruh Indonesia. Memenuhi kewajiban kerabat dapat berat, tapi memberikan dukungan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Pemerintah atau organisasi lain tidak memberikan jaminan sosial, asuransi pengangguran, perawatan usia tua, atau bantuan hukum. Keluarga, kekerabatan diperpanjang, dan klan melakukan memberikan bantuan seperti, seperti melakukan hubungan patron-klien dan

aliansi antara rekan-rekan. Berkorelasi dengan peran-peran penting dari keluarga dan kerabat adalah praktek patrimonialisme keluarga dan etnis, kolusi, nepotisme, dan paternalisme di sektor swasta dan layanan pemerintah.

10. SOSIALISASI a. Pemeliharaan Anak dan Pendidikan Dalam sistem pendidikan pemerintah, umumnya, kuantitas telah berlaku atas kualitas. Fasilitas tetap kurang dilengkapi dan gaji tetap sangat rendah sehingga banyak guru harus mengambil pekerjaan tambahan untuk mendukung keluarga mereka. b. Pendidikan Tinggi Pemerintah kolonial pendidikan sangat terbatas dalam bahasa Belanda dan vernaculars, dan orang-orang terutama dilatih untuk pelayanan sipil dan profesi industri dan kesehatan. Pada saat kemerdekaan pada tahun 1950, republik telah beberapa sekolah atau fakultas universitas. Misa pendidikan menjadi prioritas utama pemerintah selama lima dekade berikutnya. Hari ini banyak orang Indonesia yang telah mendapatkan gelar lanjutan di luar negeri dan sebagian besar telah kembali untuk melayani negara mereka. Dalam upaya ini, pemerintah telah menerima dukungan besar dari Bank Dunia, badan-badan PBB, pemerintah asing, dan yayasan swasta. Semakin, lebih berpendidikan orang melayani di semua tingkat pemerintahan nasional dan regional, dan sektor swasta telah sangat diuntungkan dari upaya-upaya pendidikan. Swasta sekolah dasar dan menengah Muslim dan Kristen, universitas dan lembaga, yang ditemukan di kota-kota besar dan pedesaan, menggabungkan mata pelajaran sekuler dan pendidikan agama. Pendidikan tinggi telah menderita dari sistem kuliah berbasis, laboratorium miskin, kekurangan buku yang memadai di Indonesia, dan buruknya tingkat kemahiran bahasa Inggris, yang membuat banyak mahasiswa dari menggunakan buku asing seperti yang tersedia. Penelitian di universitas adalah terbatas dan terutama melayani proyek-proyek pemerintah atau perusahaan swasta dan memungkinkan peneliti untuk menambah gaji mereka. Dari akhir 1970-an melalui l990s, sekolah dan universitas swasta meningkat dalam jumlah dan kualitas dan melayani siswa beragam (termasuk Indonesia Tionghoa yang tidak diterima di

universitas pemerintah). Banyak program lembaga-lembaga 'diajarkan di sore dan malam hari oleh anggota fakultas dari universitas pemerintah yang baik dibayar untuk usaha mereka. Pendidikan pemerintah kolonial terbatas pada jumlah yang dibutuhkan untuk mengisi posisi-posisi dalam layanan sipil dan masyarakat saat itu. Bahasa Indonesia massa pendidikan, dengan filosofi yang berbeda, memiliki efek menghasilkan lulusan lebih dari ada pekerjaan yang tersedia, bahkan di saat ekonomi yang kuat. Kerusuhan telah terjadi di kalangan massa dari pelamar kerja yang berusaha untuk tetap di kota-kota tetapi tidak menemukan posisi sepadan dengan pandangan mereka tentang diri mereka sebagai lulusan. Mahasiswa telah aktivis politik dari tahun 1920 hingga saat ini. Rezim Orde Baru melakukan usaha besar untuk memperluas kesempatan pendidikan sementara juga mempengaruhi kurikulum, mengendalikan kegiatan siswa, dan menunjuk anggota fakultas lentur untuk posisi administrasi. Kampus baru dari Universitas Indonesia dekat Jakarta, dan Universitas Hasanuddin dekat Makassar, misalnya, dibangun jauh dari lokasi mereka sebelumnya di pusat kota ini, untuk mengekang mobilisasi dan berbaris.

11. Agama I. Keyakinan Agama Indonesia memiliki penduduk Muslim terbesar di negara mana pun, dan pada tahun 1990 penduduk dilaporkan 87 persen Muslim. Ada minoritas Kristen terdidik dan berpengaruh (sekitar 9,6 persen dari populasi pada 1990), dengan sekitar dua kali lebih banyak Protestan Katolik. Orang Bali masih mengikuti bentuk Hindu. Kultus Mistik mapan di kalangan elit Jawa dan kelas menengah, dan anggota kelompok etnis masih mengikuti sistem kepercayaan tradisional. Resmi pemerintah mengakui agama (agama) untuk menyertakan Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha, sementara sistem kepercayaan lain yang disebut hanya itu, keyakinan (kepercayaan). Mereka yang memegang keyakinan tunduk pada konversi; pengikut agama tidak. Kepercayaan pada roh leluhur, roh yang beragam tempat, dan relik kuat ditemukan antara kedua petani dan orang-orang berpendidikan dan di antara banyak pengikut dari agama-agama dunia; ilmu sihir dan ilmu sihir juga memiliki percaya mereka dan praktisi. Rezim kolonial memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan Islam, sebagaimana pemerintah Indonesia. Yang pertama dari Pancasila memuji Allah (tuhan),

tetapi tidak dengan nama Allah. Pembangkang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Muslim, tetapi mereka tidak menang. Jawa adalah mayoritas Muslim, meskipun banyak yang Katolik atau Protestan, dan banyak orang Cina di Jawa dan tempat lain beragama Kristen, terutama Protestan. Orang Jawa terkenal akan sebuah kepatuhan yang kurang ketat untuk Islam dan orientasi yang lebih besar untuk agama Jawa, campuran Islam dan Hindu dan keyakinan animis sebelumnya. Orang Sunda Jawa Barat, sebaliknya, yang rajin Muslim. Lain mencatat orang-orang Muslim adalah Aceh Sumatera Utara, orang Indonesia pertama yang menjadi Muslim, orang Minangkabau, meskipun matriliny mereka, sedangkan Banjar Kalimantan Selatan, orang Bugis dan Makassar Sulawesi Selatan, yang Sumbawans dari Kepulauan Sunda Kecil, dan orang-orang Ternate dan Tidor di Maluku. Belanda berusaha untuk menghindari bergaya Eropa konflik antara Protestan dan Katolik dengan menetapkan daerah-daerah tertentu untuk konversi oleh masing-masing dari mereka. Jadi hari ini Batak Sumatera, Dayak Kalimantan, Toraja dan Menado di Sulawesi, dan Ambon Maluku adalah Protestan, orang-orang Flores dan Timor Barat Tetun adalah Katolik.

12. Seni dan Humaniora Dukungan Untuk Seni Di masa lalu di Jawa dan Bali, kerajaan atau orang-orang kaya menjadi pendukung utama dari seni. Mereka melanjutkan dukungan mereka, tetapi lembaga lain bergabung dengan mereka. Belanda mendirikan Masyarakat Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan pada tahun 1778, yang mendirikan Museum Nasional yang terus menampilkan artefak dari kebudayaan nasional. Nasional Belanda didirikan Archive berusaha untuk melestarikan warisan sastra, meskipun dana miskin dan bahaya cuaca tropis dan serangga. Selama beberapa dekade terakhir, museum budaya regional dibangun menggunakan dana pemerintah nasional dan provinsi dan beberapa bantuan asing. Pelestarian tradisi seni dan kerajinan dan benda-benda, seperti rumah arsitektur, batik dan tie-dye tenun, ukiran kayu, perak dan emas bekerja, patung, wayang, dan keranjang, berada di bawah ancaman dari seni internasional dan pasar kerajinan, tuntutan lokal untuk uang tunai, dan mengubah nilai-nilai asli. Sebuah perguruan tinggi untuk guru seni, didirikan pada tahun 1947,

didirikan pada tahun 1951 menjadi Institut Teknologi Bandung; Academy of Fine Arts didirikan di Yogyakarta pada tahun 1950, dan Institut Kesenian Jakarta Pendidikan dimulai pada tahun 1968. Akademi telah sejak didirikan di tempat lain, seni adalah bagian dari berbagai universitas dan lembaga pelatihan guru, dan sekolah swasta untuk musik dan tari telah didirikan. Galeri pribadi untuk pelukis dan desainer batik banyak sekali di Yogyakarta dan Jakarta. Akademi dan institut seni tradisional mempertahankan serta mengembangkan bentuk-bentuk baru teater, musik, dan tari. Warisan sastra Sastra. Indonesia yang mencakup berabad-abad kelapa, bambu, dan manuskrip serat lainnya dari masyarakat melek beberapa, seperti Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Rejang, dan Batak. Para Nagarakrtagama abad keempat belas adalah puisi panjang memuji Raja Hayam Wuruk dan menggambarkan struktur sosial dari kehidupan dan kerajaan-Nya, Majapahit. I La Galigo dari Bugis, yang menelusuri petualangan pahlawan budaya mereka, Sawerigading, adalah salah satu puisi terpanjang di dunia epik. Pada zaman kolonial beberapa literatur diterbitkan dalam bahasa daerah, yang paling berada di Jawa, tapi ini dihentikan setelah kemerdekaan Indonesia. Pejabat rumah untuk penerbitan paling awal sastra Indonesia adalah Balai Pustaka, didirikan di Batavia pada tahun 1917. Kebudayaan nasional dinyatakan dan, dalam beberapa hal dibentuk, melalui berbicara Melayu-Indonesia (yang dipahami oleh banyak orang) dan surat kabar, pamflet, puisi, novel, dan cerita pendek bagi mereka yang bisa membaca. Pada saat kemerdekaan, produksi sastra tidak besar, tetapi telah berkembang jauh sejak 1950-an. Tradisi sastra sekarang kaya, tetapi harus dicatat bahwa membaca untuk kesenangan atau pencerahan adalah belum menjadi bagian dari budaya Indonesia rata-rata perkotaan dan memainkan sedikit jika ada bagian dalam kehidupan orang desa. Indonesia telah melek huruf dan pendidikan dasar luas upaya besar bangsa, namun di wilayah pedesaan banyak keaksaraan fungsional negara terbatas. Untuk siswa untuk memiliki banyak buku yang tidak umum, universitas masih berorientasi pada catatan kuliah daripada membaca siswa; dan perpustakaan yang kurang lengkap. Dalam konflik antara politik kiri dan sayap kanan dari 1950-an dan awal 1960-an, organisasi penulis ditarik ke dalam keributan. Dalam antikomunis pembersihan dari akhir 1960-an, beberapa penulis yang telah berpartisipasi dalam organisasi-organisasi sayap kiri dipenjara. Yang paling terkenal adalah Pramoedya Ananta Toer, seorang nasionalis yang juga telah dipenjarakan oleh Belanda 1947-1949. Dia terdiri buku sebagai cerita-cerita untuk sesama

tahanan di pengasingan di Pulau Buru 1965-1979. Ia dibebaskan dari Buru dan menetap di Jakarta, tetapi tetap di bawah tahanan kota. Empat dari novel nya, Tetralogi Buru, yang diterbitkan antara 1980 dan 1988 di Indonesia, adalah film dokumenter kaya kehidupan di turn-of-abad-kolonial Jawa. Mereka dilarang di Indonesia selama Orde Baru. Pram (karena ia umumnya dikenal, berima dengan Tom) menerima PEN Kebebasan-to-Write Award pada 1988 dan Penghargaan Magsaysay pada tahun 1995. Dalam terjemahan bahasa Inggris, Tetralogi Buru menerima pujian kritis, dan setelah berakhirnya Orde Baru pada tahun 1999, Pram membuat tur Amerika Serikat. Dia adalah satu-satunya novelis Indonesia telah menerima pengakuan seperti luar negeri.

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA SARA ( SENI, AGAMA, RAS, DAN ANTAR GOLONGAN )

KELOMPOK : 17 1. Luthfi Hianata ( 104674215 ) 2. Anindya Wayan P 3. Chindana Pratika H 4. Ismi Nafila S 5. Itsnaini Nur R ( 104674216 ) ( 104674217 ) ( 104674218 ) ( 104674219 )

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PMPKN PRODI S-1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Anda mungkin juga menyukai