Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biokimia dengan judul Penentuan

Konsentrasi Protein Total disusun oleh: Nama NIM Kelas Kelompok : Pasmawati : 101414040 :B :V

Telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten/Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima

Makassar, Desember 2011

Koordinator Asisten

Asisten

Yusnaeni Yusuf, S.Si

Yusnaeni Yusuf, S.Si

Mengetahui, DosenPenanggung Jawab

Prof. Dr. Ir. YusminahHala, M.S. NIP. 1961 1212 1968 01 2002

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dan aktivitas seharihari, energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai bahan makanan. Secara umum, bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Protein merupakan biopolymer polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Protein sangat penting dalam kehidupan, dan terdapat pada semua sel hidup, yang berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, dan bahkan pembawa sifat dari generasikegenerasi (poedjiadji, 2007). Sifat-sifat fungsional protein adalah sifat-sifat yang menentukan perilaku protein dalam makanan selama pengolahan, penyerapan dan penyajiannya yang mempengaruhi mutu makanan dan penerimaannya oleh konsumen. Protein digambarkan sebagai komponen yang paling aktif diantara komponen-komponen bahan pangan. Senyawa ini bereaksi dengan gula pereduksi, lemak dan produkproduk oksidasi, polyfenol dan komponen bahan pangan lainnya. Reaksi-reaksi menyebabkan turunnya nilai gizi (Anonim, 2011). Adanya peningkatan teknologi, industri dan ilmu pengetahuan , cara penentuan zat pada umumnya dan protein pada khususnya mengalami banyak perubahan. Peningkatan dan tercapainya akurasi yang tinggi dengan

mempergunakan alat-alat yang modern. Penentuan protein secara kuantitatif mempunyai arti penting bagi kehidupan sehari-hari. Tiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Akurasi tergantung bukan saja dari alat-alat yang tersedia di laboratorium pemeriksaan, tetapi juga dipengaruhi oleh waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan, kehigienisan bahan, alat dan kebersihan lingkungan laboratorium sebagai tempat

pengujian. Dari serangkaian penjelasan tersebut maka dilakukanlah percobaan ini. B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menetukan konsentrasi protein total pada sebuah sampel. C. Manfaat Praktikum Adapun manfaat dari paktikum ini adalah dapat memberi wawasan yang lebih luas dan keterampilan yang lebih baik kepada mahasiswa khususnya untuk mengetahui lebih dalam tentang penentuan konsentrasi protein total dari jenis asam amino, peptida dan protein.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Kata protein bersal dari protos atau proteus yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein biokatalisis. Protein dapat kita peroleh dari makanan yang berasal dari hewanatau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut pritein nabati. Beberapa makanan sumber protein yaitu: daging, telur, susu, beras, kacang, gandum, jagung dan buahbuahan (Poedjiadi, 2007). Protein terdiri atas satu atau beberapa rantai polipeptida yang mempunyai BM tinggi. Struktur dari protein sangat berpengaruh terhdap aktifitas fisiologis. Ada empat struktur dari protein yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Asam amino merupakan satuan penyusun protein. Berdasarkan rumus bangunnya asam amino dapat dipandang sebagai turunan karboksilat, yang salah satu hidrogenya diganti oleh gugus amino (-NH3). Protein dapat dipecah kembali menjadi asam amino, yaitu dengan memakai asam, basa, ataupun hidrolisis dengan enzim. Asam amino tergolong amfoter yaitu dapat bereaksi asam atau basa (Hala, 2011). Menurut Lehninger, (1982) tidak semua asam amino yang terdapat dalam molekul protein dapat dibuat dalam tubuh kita. Jadi ditinjau dari segi pembentukannya asam amino dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut : 1. Asam amino esensial ( yang tidak dapat dibentuk dalam tubuh). Asam amino yang termasuk dalam kelompok esensial adalah isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin.

2. Asam amino nonesensial (yang dapat dibentuk dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein). Asam amino yang termasuk dalam kelompok nonesensial adalah arginin, histidin, asam glutamate, asama aspartat, glutamine, prolin, asparagin, alamin, glisin, serin dan sistein. Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya (Girindra, 1993). Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hydrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residu) atau disebut juga gugs atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar (Anonima, 2011). Protein juga merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua organisme. Protein merupakan instrumen yang mengekspresikan informasi genetik. Protein mempunyai fungsi unik bagi tubuh, antara lain menyediakan bahan-bahan yang penting peranannya untuk pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh, mengatur kelangsungan proses di dalam tubuh, dan memberi tenaga jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ada yang reaktif karena asam amino penyusunnya mengandung gugus fungsi yang reaktif, seperti SH, -OH, NH2, dan COOH. Contoh protein aktif adalah enzim, hormon, antibodi, dan protein transport (Fessenden, 1986). Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun

aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air. tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut datam pelarut organik (Anonima, 2011). Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan spektrofotometer doublebeam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding singlebeam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase (Anonimb, 2011). Absorbansi merupakan banyaknya cahaya atau energi yang diserap oleh partikelpartikel dalam larutan, sedangkan transmitansi marupakan bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan. Berdasarkan penjelasan oleh Hukum Beer-Lambert yaitu proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini berlaku jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut. intensitas cahaya yang keluar setelah melewati bahan/medium (Anonimc, 2011).

BAB III METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal Waktu Tempat : Kamis/ 8 Desember 2011 : Pukul 09.00 s.d. 11.00 WITA : Laboratorium Biologi Lantai II Barat FMIPA UNM

B. Alat dan Bahan


1. Alat: a. Tabung reaksi b. Rak tabung c. Pipet tetes d. Tissue e. Gelas kimia f. Gelas ukur g. Pipet volumtrik h. Spektofotometer 2. Bahan: a. Reagen biuret b. Larutan induk protein c. Sampel X1dan X2

C. Cara Kerja
1. Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian mengisi masing-masing dengan 1 mL larutan protein standar dengan konsentrasi 0 (blanko), 2, 4, 6, dan 8 mg/L. 2. Menyiapkan pula 2 tabung reaksi yang bersih dan kering yang masingmasing diisi dengan 1 mL sampel (X1 dan X2) yang telah disiapkan oleh laboran.

3. Menambahkan 4 mL reagen biuret pada setiap tabung reaksi dan mengocok sampai bercampur merata. 4. Mendiamkan campuran pada suhu kamar selama 30 menit. 5. Membaca absorbansi masing-masing campuran pada panjang gelombang 550 nm, dari campuran yang berkonsentrasi rendah ke campuran yang berkonsentrasi lebih tinggi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Blanko konsentrasi [0] [2] [4] [6] [8] [ X1 ] [ X2 ] Absorbansi (nm) 0,334 0,278 0,388 0,440 0,480 0,588 0,376

B. Analisis Data
0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 [0] [ X2 ] [2] [4] [6] [8] [ X1 ] absorbansi

Grafik hubungan antara nilai absorbansi dengan nilai konsentrasi larutan

Persamaan garis lurus yaitu: Y = ax + b a = m

= = = 0,018 maka nilai b: y = ax + b 0,480 = 0,018 (8) + b 0,480 = 0,144 + b b = 0,480 0,144 b = 0,336 Nilai konsentrasi X1 y = ax + b 0, 588 = 0,018 (X1) + 0,336 0,588 - 0,336 = 0,018 (X1) 0,252 = 0,018 (X1) X1 = = 14 Nilai komsentrsi X2 y = ax + b 0, 376 = 0,018 (X2) + 0,336 0,376 - 0,336 = 0,018 (X2) 0,04 = 0,018 (X2) X2 = = 2,222

C. Pembahasan
Pengamatan ini bertujuan untuk menetukan konsentrasi protein dari absorbansi masing-masing larutan protein dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, dan 8 mg/l pada panjang gelombang 550 nm. Berdasarkan hasil pengmatan diperoleh hasil pengamatan yaitu larutan dengan konsentrasi 2 M memiliki nilai absorbansi 0,278 nm. Pada konsentrasi 4 M memiliki nilai absorbansi 0,388 nm. Konsentrasi 6 M memiliki nilai absorbansi 0, 440 nm. Konsentrasi 8 M memiliki nilai absorbansi 0,480 nm. Untuk sampel X1 nilai absorbansinya yaitu 0,588 nm, dan sampel X2 nilai absorbansinya 0,376 nm. Untuk sampel X1 dan X2 yang konsentrasinya belum diketahui. Percobaan penentuan konsentrasi protein dengan cara biuret yaitu dengan menggunakan alat spektrofotometer yakni alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direflesikan sebagai fungsi dari panjang gelombang) dapat ditentukan nilai absorbansi suatu larutan berdasarkan konsentrasinya. Dan dari nilai absorbansi dapat ditentukan konsentrasi protein pada sebuah sampel X1 dan X2 dengan bantuan kurva standar. Pengukuran konsentrasi dengan spektrofotometer didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yang menyatakan bahwa pengukuran intensitas cahaya yang masuk dibandingkan dengan banyaknya atom-atom dan panjang medium serapan. Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada konsentrasi 2 M terdapat kesalahan karena nilai absorbansi yang diperoleh lebih kecil (0,278 nm) dari pada nilai absorbansi pada konsentrasi 0. Sehingga, kurva yang dibuat tidak membentuk garis lurus, namun hal ini tidak sesuai dengan teori dimana semakin pekat warna larutan, maka cahaya yang diserap juga semakin meningkat. Pada penentuan sampel X1 dan X2 dapat pula dilakukan melalui kurva standar, yaitu kurva yang dibuat dengan cara mengalurkan absorbansi larutan kompleks protein tembaga dengan konsentrasi protein standar. Dari hasil absorbansi X1 dan

X2 ditarik garis lurus kekurva standar kemudian dilanjutkan kesumbu absis untuk menentukan konsentrasi dari masing-masing sampel X1 dan X2. Protein merupakan polimer dari asam amino yang berurutan dikaitkan dengan ikatan peptida, karena reaksi biuret spesifik untuk ikatan peptida maka banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk sesuai dengan massa total protein, yang secara kuantitatif dapat diketahui dari intensitas warnanya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi pula nilai absorbansinya yang diukur dengan spektrofotometer yang merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet dan penentuan konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan melalui kurva standar.

B. Saran
1. Untuk praktikan Praktikan diharapkan agar sebelum melakukan praktikum agar dapat mengetahui apa yang akan dipraktikumkan. 2. Untuk laboratorium Laboratorium diharapkan agar lebih melengkapi fasilitas yang diperlukan dalam praktikum terutama bahan yang digunakan. 3. Untuk Asisten Asisten diharapkan agar dapat membimbing lebih maksimal untuk dapat meminimalisir kesalahan

DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2011. Asam Amino Dan Protein. http://repository.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 21 November 2011. Anonimb. 2011. Absorbansi. http//www. fpmipa.upi/absorbansi edu.htm/. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011. Anonimc. 2011. Spektrofotometer. http//www.wikipedia.wiki/spektrofotometer.htm/. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011. Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Girindra, Aisjah. 1993, Biokimia 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hala, Yusminah. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Makassar : Universitas Negeri Makassar. Lehninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Poedjiadi, A. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Anda mungkin juga menyukai