Anda di halaman 1dari 8

Identifikasi dari sisa sisa Pemakaman dalam Latar Forensik

Pendahuluan Dari 1985 sampai 1989, 258 dari 3386 kasus ilmu forensik (7,62%) yang diperiksa di US oleh para antropologi diplomat adalah menggunakan teknik historic origin (Rhine 1988). Secara meningkat, kuburan diekspos dari sisi konstruksi, vandalisme, dan alami, dan tidak dilindungi oleh hukum negara. Akibatnya, tulang atau tubuh pada pemakaman bersejarah pun memiliki ruang bagi penyelidikan ilmu forensik. Pengenalan awal terhadap karakteristik yang terasosiasi/terkait dengan sisa-sisa pemakaman dapat menghemat waktu dan tenaga yang digunakan dalam proses investigasi. Pengenalan ini akan semakin membantu jika telah memahamani dasar adat/kebiasaan tentang proses penguburan dalam kebudayaan masyarakat kita, termasuk bagaimana persiapan tubuh sebelum dikubur, artefak apa saja yang ditemukan bersama dengan tubuh yang terkubur itu, dan perlengkapan atau perabotan yang terhubung/berkaitan dengan kuburan tersebut. Pembalseman mungkin merupakan metode terakhir yang dikenal dalam kebiasaan proses penguburan masyarakat kita. Berdasarkan industri perkuburan, pembalseman, yang juga meliputi penyuntikan carian kimia ke dalam sistem vascular dan visceral cavity dipraktekkan untuk penyucian dan pengawetan tubuh (Strub and Frederick, 1967). Cairan pembalseman mengawetkan jaringan dengan membekukan protein, yang akan mendehidrasi dan mengeraskan jaringan, sehingga dengan demikian mencegah pertumbuhan bakteri. Walaupun tradisi ini telah dipraktekkan selama ratusan tahun, praktik ini sendiri telah berevolusi secara signifikan seiring jaman sebagai dampak dari perkembangan inovasi teknologi sekaligus guna menjawab kebutuhan masyarakat. Pada tahun 1900-an, umumnya, bahan kimia yang digunakan dalam proses pembalseman ini meliputi: alumunium sulfate, potasium carbonate, copper sulfate, zinc clorida, arsen, bioclorida dari merkuri (Strub dan Frederick 1967, Oatfield 1956, Mendelson 1944). Awalnya proses pembalseman ini biasanya dilakukan di rumah orang yang meninggal dan biasanya melibatkan penyuntikan sederhana pada thoracic dan abdominal cavities )

dengan menggunakan trocar atau rubber bulb syringe. Kain yang dilembutkan dengan cairan pengawet biasanya diletakkan pada wajah. Lebih lanjut, tengkorak atau tempurung disuntikkan melalui foramen magnum, sudut mata, atau the nostril ( Strub dan Frederick, 1967). Hanya penggila pembalsem yang melakukan penyuntikan pada arterial, biasanya melalui sisi kanan brachial arteri, menggunakan aliran gravitasi atau penyuntik karet dan biasanya dibutuhkan pemijatan secara manual untuk menyebarkan zat kimia-kimia tersebut. Teknik semacam ini mengandung banyak masalah sebagaimana dicontohkan dalam Cardinal Donnet Pembalseman : Pohon arteri dan tubuh dengan memijat dan proses manipulatif telah dipraktekkan dari sisi ke sisi, intercrural bagian strategis telah menjadi cukup bengkak dan diasumsikan erectile karakter dalam jumlah besar. Organ terbukti sangat sulit untuk dimanipulasi lebih lanjut sehingga harus dibuat celah secara altitudinally untuk mengeluarkan cairan yang tertahan dalam tekanan (Mnrt Oatfield, 1956). Pembalseman modern menggunakan suntikan yang sudah dimotorisasi dan telah berhasil mengeliminasi banyak masalah/kendala mekanikal sehubungan dengan penyuntikan ini yang dulu sempat dihadapi pada masa-masa awal. Carotis kanan dan arteri femoral adalah bagian umum tempat penyuntikan dalam pembalseman aterial, dan the vena jugular atau femoral veins disuntikkan di tempat di mana darah dikeringkan. Arteri femoral dapat juga digunakan untuk menginfus kaki dengan mengarahkan cairan ke bawah, atau cairan dapat juga diarahkan ke atas untuk meng-inject perut. Jika terjadi trauma atau penyakit yang menghalangi/memblok sistem sirkulasi, maka kombinasi dari suntikan di beberapa tempat mungkin digunakan. Untuk membalsem rongga tubuh, trocar seukuran panjang 46 cm/18 inch dan diameter 12,7mm/ setengah inch dimasukkan ke dalam perut untuk aspirasi dada bagian atas dan viscera, ada pun jumlah yang disuntikkan antara 16 s/d 32 oz (0,47 s/d 0,95 liter) cairan cavity. Kepala biasanya dibalsem melalui arteri carotid. Sebagai hasil dari proses pembalseman dan ritual penguburan, pemakaman yang tersisa memiliki karakteristik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi asal muasal mereka. Pengenalan terhadap prediksi semacam ini diturunkan dari pengalaman pribadi penulis dan pengamatan penulis terhadap sejumlah kasus forensik dan penggalian pada pemakaman dari berbagai belahan dunia (Bass 1975, Garrow 1985). Prediksi terhadap asal muasal pemakaman meliputi: (1) karakter fisik yang tersisa; (2) kotak mayat/kerambu mayat

atau artefak yang dibalsemi yang berhasil ditemukan sehubungan dengan yang tersisa; (3) kehadiran (keberadaan) jaringan yang telah dibalsemi. Prediksi semacam ini mungkin melibatkan karateristik, secara konsisten maupun mengindikasikan penguburan pemakaman. Istilah konsisten berarti sifat nya tidak dapat digunakan untuk mengecualikan sumber asal lain bagi yang tersisa, sementara istilah indikasi mengisyaratkan peluang yang sangat besar bahwa yang tersisa berasal dari pemakaman dengan pengecualian bahwa ada sumber potensial lainnya.

Karakter Fisik yang Tersisa Perbedaan tingkat dekomposisi (pembusukan/penguraian) antara tubuh yang dibalsem dengan yang tidak telah dilaporkan oleh Bass (1988) dan Meadows (1988). Berdasarkan hasil penelitian mereka, pembalseman tidak memberi dampak pada susunan/urutan acara proses dekomposisi, tapi pembalseman ini memundurkan tingkat dan mengganti area tubuh yang terkena dampaknya. Oleh karenanya, bukti permulaan asal pemakaman dapat dilihat pada pengujian/pemeriksaan pada penampilan/tampilah fisik yang tersisa. Yang dimaksud tampilan fisik karakteristik ini meliputi tingkat penumbuhan jamur, sisa kepala dan rambut/bulu pada wajah, keretakan pada kulit, struktur pada kulit, dekomposisi pada tempat yang ditekan, serpihan cortical bone, perbedaan dekomposisi, perawatan otak, dan cibriform plate fracutre. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab pada kotak mayat/kerambu dapat memicu jamur alami tumbuh di tubuh. Lebih lanjut, lumpur atau tanah atau spora jamur lainnya mungkin muncul dari kosmetik make up yang biasanya diusapkan pada wajah dan tangan oleh si pembalsem. Kosmetik semacam itu dapat menjadi medium yang baik bagi jamur untuk tumbuh. Cairan pembalseman berfungsi untuk mengawetkan kulit sampai kulit tersebut dapat terjadi dehidrasi. Tingkatan penciutan kulit dipengaruhi dengan seluas/sejauh mana kotak/kerambu mayat melindungi tubuh. Karakteristik pengelupasan pada kulit, dengan tampilan seperti lukisan tua, merupakan hasil dari proses penciutan pada kulit yang berlangsung secara berkelanjutan, yang mana menurunkan (nilai) area permukaan. Jika kulit masih utuh, kemungkinan tubuh masih terlindungi. Cairan pembalseman mencegah

penurunan/pengurangan

nilai

kulit

yang

secara

alami

muncul

dalam

proses

dekomposisi/penguraian. Keberadaan tampilan kulit yang serupa dengan pada lukisan tua adalah konsisten dengan pemakaman yang tersisa. Sentuhan kain mungkin atau kadang kala dijumpai pada kulit bagian wajah. Bekas lipatan kain pada tutup kerambu/kotak/peti mayat bisa jadi tetap tampak/berada di hadapan wajah. Sebagai akibatnya ada kemungkinan terbentuk alur - alur pada kulit, dan kadang kala terbentuk juga pada pembungkus/sentuhan penutup pada rangkaian yang tersisa. Pada peti/kerambu mayat yang tersisa, kontak/hubungan atau tekanan tertentu pada tubuh sehubungan dengan dekomposisi/penguraian, yang akan pertama diekspos adalah lebih kepada bagian luar proyeksi tulang, misalnya bagian posterior dari tulang occipital, spinous processes of vertebrae, dan spine dari scapula. Kelembaban atau air bisa jadi terkumpul pada bagian bawah dari kotak/peti mayat dan mempercepat kerusakan pada bagian tubuh yang tenggelam. Lebih lanjut, proyeksi tulang2 ini bisa jadi menampilkan/menunjukkan erosi yang berlebihan pada bagian tulang lainnya. Perbedaan erosi pada tulang/kerangka yang berkontak dengan bagian dasar kotak/peti bisa jadi merupakan efek/akibat dari reaksi elektrokimia tulang di bawah efek lokal dari suhu dan kelembaban. Cortical tulang bisa jadi berupa serpihan dan mengelupas dari periode waktu basah dan kering. Permukaan/bagian luar dari tulang cortical menjadi basah lebih dulu dibanding bagian tulang cortical yang lebih dalam, sementara selama periode waktu kering, permukaan cortical kering lebih dulu. Perbedaan ekspansi dan kontraksi menimbulkan serpihan/penyerpihan. Serpihan pada cortical umum terjadi pada bagian tulang yang panjang, di mana sekeliling tulang lamellar menimbulkan garis alami cleavage. Dan juga, lumut pada spesimen tulang lebih lanjut memberikan sugesti atas keadaan yang gelap, keadaan yang lembab yang kesemuanya konsisten dengan peti/kotak mayat. Bagian atas tubuh kemungkinan lebih terbalsemi dan kondisinya terjaga lebih baik dari bpada bagian appendages (pelengkap) terutama kaki. Sirkulasi collateral dekat tempat penyuntikan berperan sebagai pendorong, untuk mengarahkan cairan balsem ke sepanjang jalur yang kurang tahan dan mencegahnya dari bagian remote dari sistem sirkulasi. Pada dekomposisi/penguraian alamiah, bagian atas tubuh cenderung terurai/terdekomposisi lebih dulu dari pada bagian appendages (pelengkap). Bass et all 1988 menemukan bahwa bagian

kaki dan paha dari tubuh yang dibalsemi menunjukkan/mendemonstrasikan pengrusakan aktif terhadap tubuh. Pola dekomposisi/penguraian mecerminkan dispersal (penyebaran/bubar/mencar) dari cairan pembalseman melalui jaringan jaringan pada tubuh. Metode arus aliran gravitasi digunakan dalam pembalseman arterial dulu tidak terlalu efektif untuk menginfus kaki dan membuang/menghilangakan darah yang terpengaruh gravitasi jika dibandingkan dengan pompa mekanikal yang umumnya digunakan sekarang. Namun demikian tetap saja sulit untuk membalsemi appendages daripada bagian kepala atau toraks. Otak diawetkan dalam keadaan kering, massa yang keras pada cranial vault (pembungkus otak yang misah dari tengkorang wajah kayaknya). Barring blockage (pembatas menghadang?) otak yang dibalsemi dengan penginfusan melalu arteri corotid umumnya. Cairan melindungi otak, dalam hubungannya dengan perlindungan kuburan, memberi ruang pada waktu dan setidaknya situasi/kondisi lingkungan yang kering yang cukup/dibutuhkan bagi otak untuk dehidrasi dan membentuk massa yang bulat dan kuat. Jika terjadi trauma atau disease obstruct (gangguan lah kayaknya) sirkulasi cranial, cairan bisa saja disuntikan melalui hidung menuju cranial vault melalui cribriform plate of the ethmoid bone (semuanya tulang2 di otak ko, lo pasti taulah). Trocar (yang kayak obeng kemaren) juga digunakan untuk aspirate (aspirasi) cranium (tengkorak?) dan menyuntikkan cairan. Walaupun penyuntikan melalu hidung tidak lazim dipraktekkan, keberadaan lubang2 keci pada cribriform plate adalah merupakan indikasi dari proses pembalseman. Harus benarbenar diperhatikan, jangan sampai bingung antara trauma gunshot (bekas tembakan) dan stab (tuja) dengan lubang yang dibentuk trocar pada cribriform plate.

Artifak Yang Terkait Dengan Yang Tersisa Adanya kuburan atau pemakaman yang tidak dikenal, artifak yang terhubung dengan kotak/peti mayat ataupun aktualisasi dari proses pembalseman membantu perujukan pada bukti-bukti yang lebih terpercaya tentang pemakaman yang tersisa. Diantara dari sekian banyak artifak, yang dikenal adalah pegangan peti mayat, engsel, paku, dan baut. Hiasan peti pada bagian pinggir termasuk: cap lifters, cap plates, dan baut - baut dekoratif lainnya. Paraphernalia (perlengkapan) yang dikenalkan melalui tubuh oleh si pembalsem) juga memberi petunjuk akan suatu bukti yang bersifat indikatif dari si yang tersisa. Artifak yang di

maksud antara lain seperti pada gambar: eye, mouth former, jarum bekas penyuntikan/jahit, tombol trocar, jahitan, balutan kapas, molding wax, dan pakaian. Eye caps tipis, plastic disk digunakan untuk menjaga kelopak mata tetap tertutup pada saat mengawetkan kontur dari bola mata. Cakram dipolakan untuk membentuk permukaan yang lembut dan cekung guna mengarahkan peletakkan dari bola mata itu sendiri. Permukaan yang cembung berfungsi untuk memfasilitasi saat mencengkram bagian dalam permukaan kelopak mata. Tidak semua pembalsem menggunakan eye caps, beberapa diantaranya lebih suka menggunakan lem untuk merapatkan/.mengelem/mengunci kelopak mata. The mouth former bentuk maupun fungsinya sama dengan eye cap. Terbuat dari plastik yang diberi lubang/berlubang, yang dipolakan sesuai dengan gigi, dengan permukaan bagian dalam yang lembut dan runcing/tajam pada bagian lapisan/permukaan luar. Adapun hal ini dimaksudkan untuk memfasilitasi pembentukan bibir dan mencegah mulut agar tidak terbuka. Seperti halnya dengan penggunaan eye caps, penggunaan mouth former ini tidak umum digunakan namun mengindikasikan asal mula pemakaman. Jarum suntik berupa pin dari stainless yang dilekatkan dengan kawat. Pin - pin tersebut dimasukkan/diselipkan ke dalam mandibular dan maxillary bone di bawah gum line berperan untuk mengaitkan kawat agar mulut tetap tertutup. Baut kecil juga digunakan untuk tujuan tertentu. Tombol plastik trocal digunakan untuk mengunci/mengelem lubang kiri dari trocar dalam perut setelah aspirasi dan penyuntikkan pada cavity. Tombol tersebut di jahit dan dibuatkan ke lubang trocar kiri kulit. Tombol trocar dapat juga digunakan untuk mengunci/menyambung/menutupi cacat lainnya seperti bekas tembakan atau luka akibat tusukan. Keberadaan dan lokasi material jahitan, pembungkusan kapas, dan lilin dapat juga mengindikasikan pemakaman yang tersisa. Semua tempat yang disuntik dijahit, biasanya dengan benang lilin. Pembungkus kapas dapat juga digunakan pada seluruh lubang yang ada pada tubuh. Beberapa pembalsem menggunakan kapas untuk menutup/bungkus hidung, sedangkan beberapa lainnya menggunakan kapas hanya jika trocar sudah dipasang melewati hidung untuk menyuntik otak. Oleh karenanya kapas ada kalanya ditemui dalam hubungan dengan / pada cribriform plate. Dalam kasus trauma buruk, biasanya lilin digunakan sebagai kosmetik yang dimaksudkan untuk memulihkan wajah, dan lagi lilin tahan terhadap proses dekomposisi/penguraian. Keberadaan barang - barang khusus untuk menyelimuti tubuh mayat merupakan sumber lain dari bukti. Walaupun pada prakteknya sering beragam tergantung kebiasaan dan

asal wilayah, biasanya mayat pria cenderung dikuburkan dengan setelan kerja/jas, atau setidaknya dengan jas dan dasi. Sedangkan yangwanita dikubur dengan mengenakan gaun atau pakaian casual yang bisa jadi termasuk sarung tangan. Sedangkan pakaian dalam biasanya dikenakan di tubuh, sedangan sepatu jarang. Dan lagi, pakaian bisa jadi robek/dipotong pada bagian punggung untuk mempermudah saat mau memakaikan baju pada tubuh yang telah dibalsemin. Keberadaan barang barang penunjang yang berguna bisa jadi memberi sugesti bahwa barang- barang tersebut bukanlah merupakan bagian dari pemakaman. Misalnya, uang, kunci, lighter, dan barang - barang serupa lainnya yang terasosiasi dengan orang yang hidup dan bukannya yang mati. Namun begitu, tetap saja harus diperhatikan dan diperiksa lebih lanjut karena terkadang ada juga kasus di mana mayat tersebut memang sengaja dibekali dengan beberapa alat/barang yang dirasakan oleh orang yang masih hidup, mungkin/bisa jadi penting/akan dibutuhkan oleh si mayat pada kehidupan keduanya di alam sana. Bukti dari otopsi yang lalu bisa jadi mengindikasikan bahwa mayat sudah diinvestigasi. Bukti semacam ini berupa jahitan berbentuk huruf Y untuk menutup/pada bagian perut dan dada, dan jahitan transverse goresan pada scalp. Goresan pada kulit kepala biasanya berada pada bagian posterior dari telinga dan meluas/melebar sampai ke apex of the vault. Tutup tempurung dijahit dari cranium sehingga memungkinkan pemindahan otak.

Keberadaan dari Jaringan yang Dibalsemi Indikasi bahwa kimia yang dulu digunakan dalam proses pembalseman tidak terlalu menimbulkan masalah dibandingkan dengan penggunaan alkohol baru - baru ini atau pengawetan dengan dasar aldehyde. Sejak alkhol diproduksi selama masa dekomposisi/penguraian, keberadaannya sendiri tidak merupakan bukti pembalseman. Tubuh yang dibalsemi akan memiliki tingkat/kadar alkohol yang jauh lebih tinggi melebihi yang diproduksi melalui fermentasi normal. Karenanya, konsetrasi alkohol dan kondisi secara keseluruhan/umum dari yang tersisa harus juga dijadikan bahan pertimbangan. Contoh otot, organ, atau jaringan tulang bisa diambil untuk dianalisa secara toxicological. Sebanyak

mungkin

jaring

yang

memungkinkan

untuk

diambil

adalah

lebih

baik

untuk

menjamin/menyakinkan jumlahnya cukup untuk proses percobaan tersebut.

Kesimpulan Perubahan otopsi jaringan memberikan petunjuk yang biasanya sering luput dari perhatian kita tentang asal pemakaman dari yang tersisa, dan ketika diasosiasikan/dikaitkan dengan indikasi yang lebih asal spesifik/khusus, muasal mereka bisa digunakan untuk adalah mendukung/menkonfirmasi tersebut. Bagiamanapun,

keberadaan/kehadiran dari artifak yang khususnya terkait dengan peti/kotak mayat atau dengan tubuh yang telah dibalsemilah yang memberikan bukti yang lebih menyakinkan tentang asal mula pemakaman.

Anda mungkin juga menyukai