Anda di halaman 1dari 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usia Lanjut 2.1.1.

Definisi Usia Lanjut Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Muhilal,et.al, 1998). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara, 2008). Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas . penggolongan lansia menurut Depkes (2000), menjadi tiga kelompok yaitu : kelompok lansia dini (55-64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas), dan kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1999), usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. 2.1.2. Teori Proses Penuaan Proses penuaan merupakan penurunan fungsi fisiologis tubuh secara perlahan lahan dan menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/dan mempertahankan fungsi normal tubuh secara perlahan sehingga pertahan tubuh terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan jaringan yang rusak menjadi menurun. Seiring dengan proses penuaan tersebut, tubuh akan mengalami

Universitas Sumatera Utara

berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam, dkk. 2008). Menurut Donald and Stanley (2007) & Maryam (2008), ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologis dan teori psikososial. a. Teori Biologis Teori biologi mencakup untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Teori biologis terdiri dari teori radikal bebas, teori cros-link, teori imunologis. Teori radikal bebas menyatakan bahwa proses penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan irefersibel akibat senyawa pengoksidasi. Teori cros-link menyatakan bahwa molekul kolagen dan elasin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan ragiditas sel, cros-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekulmolekul yang normalnya terpisah. Teori imunologi menyatakan bahwa penurunan atau perubahan dalam keefektifan system imun berperan dalam penuaan. Mekanisme selular tak teratur diperkiran menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui autoagresi atau imunodefisiensi (penurunan imun). Tubuh kehilangan kemamampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing system imun menyerang dan menghancurkan jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap.

Universitas Sumatera Utara

b. Teori Psikososial Teori psikososial terdiri dari teori disengagement, teori aktivitas, teori Kontinuitas. Teori disengagement menyatakan bahwa orang yang menua menarik diri dari peran yang biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih introspektif dan berfokus pada diri sendiri. Teori aktivitas tidak menyetujui teori disengament dan menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Teori kontinuitas menyatakan bahwa kepribadian tetap sama dan perilaku menjadi lebih mudah diperdiksi seiring penuaan. Berdasarkan teori ini kepribadian merupakan faktor kritis dalam menentukan hubungan antara aktivitas peran sebagai teori yang menjanjikan karena teori ini menunjukkan kompleksitas proses penuaan dan kemampuan adaptif seseorang. 2.1.3. Perubahan yang Terjadi Pada Usia Lanjut Perubahan yang terjadi pada usia lanjut, yaitu: perubahan fisiologis, perubahan kognitif, dan perubahan psikososial. 2.1.3.1 Perubahan Fisiologi Pada Lansia Berikut ini, disajikan perubahan fisiologi pada lansia dalam bentuk tabel yang terdiri dari sistem tubuh dan temuan normal; Tabel 1. Perubahan Fisiologi Pada Lansia NO 1. Sistem Tubuh Integumen Temuan Normal Kulit kehilangan kelenturannya dan kelembabannya pada masa lansia. Lapisan epitel menipis dan serat kolagen elstis menyusut dan menjadi kaku.

Universitas Sumatera Utara

2.

Kardiovaskular

3.

Gastrointestinal dan abdomen Reproduksi Perkemihan

4. 5.

6.

Muskuloskeletal

7.

Neurologis

Penurunan kekuatan kontraktil miiokardium menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan inni siknifikan jika lansia mengalami stress karena ansietas, kegembiraan, penyakit atau aktifitas berat. Penuaan mnyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen akibatnya terjadi peningkatan ukuran abdomen. Perubahan pada struktur dan fungsi reproduktif terjadi sebagai akibat perubahan hormonal. Hipertropi kelenjar prostate dapat terjadi pada pria lansia. Hipertropi ini memperbesar kelenjar dan tekanannya terletak pada leher kandung kemih akibatnya infeksi traktus urinarius , seriong berkemih inkontinensia, dan terjadi retensi urin. Lansia yang berolah raga secsra teratur tidak kehilangan masa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang ukurannya, dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan masa otot. Jumlah neuron pada system nerfus mulai nberkurang pada pertengahan dekade kedua. Neuron ini tidak bergenerasi, dan penurunan atau kerusakan dapat menyebabkan perubahan fungsi.

2.1.3.2 Perubahan Kognitif Perubahan kognitif yang sering terjadi pada lansia yaitu demensia dan delirium. Demensia adalah kerudsakan umumfungsi intelektual yang mengganggu fungsi sosial dan okupasi. Sindrom ini ditandai adanya disfungsi serebral ireversibel dan progresif yang dikarakteristikkan oleh adanya penurunan fungsi intelektual, perubahan kepriobadian, kerusakan penilaian, dan seringkali perubahan afek yang diakibatkan perubahan metabolism serebral secara permanen.Sedangkan yang dimaksud dengan delirium adalah sindrom otak yang menyerupai dimensia ireversibel, tetapi secara klinis dibedakan oleh adanya tingkat kesadaran tidak jelas atau lebih tepatnya perubahan perhatian dan kesadaran (Potter & Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.3. Perubahan Psikososial Lansia akan beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi selama proses penuaan. Perubahan psikososial tersebut adalah, seperti: Pensiun, Isolasi social, seksualitas, tempat tinggal, perubahan lingkungan dan kematian (Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut Nugroho, (2000), perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah mencakup perubahan fisik, perubahan psikososial, dan perkembangan spiritual. 2.2 Perawatan Lanjut Usia 2.2.1. Definisi Perawatan Lanjut Usia Perawatan lansia adalah satu dari sekian banyak area keperawatan yang bersifat eksklusif karena perawatnya terspesialisasi (Watson, 2003). Menurut Versayanti (2008), perawatan lansia merupakan penerapan cara hidup sehat. Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang dalam usia lanjut, salah satunya yaitu pemenuhan kebutuhan gizi. Adapun cara-cara tersebut adalah: 1. Makanan yang bergizi dan seimbang Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan

Universitas Sumatera Utara

fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991): a) Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. b) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur sayuranan, kacangkacangan, biji bijian). c) Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. d) Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. e) Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan. f) Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau. g) Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol. h) Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah. i) Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan bahan yang segar dan mudah dicerna. j) Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng gorengan.

Universitas Sumatera Utara

k) Makan disesuaikan dengan kebutuhan 2. Minum air putih 1.5 2 liter Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 2 liter per hari. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit. Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya. 3. Olah raga teratur dan sesuai Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif. 4. Istirahat, tidur yang cukup Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan. 5. Menjaga kebersihan Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (

Universitas Sumatera Utara

telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih. Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan. 6. Minum suplemen gizi yang diperlukan Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan. 7. Memeriksa kesehatan secara teratur Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat. 8. Menjaga Keseimbangan Mental dan batin Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah: a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang. b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain. c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.

Universitas Sumatera Utara

9. Rekreasi Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari. 10. Membina Hubungan yang sehat antar sesama Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi. 2.2.2. Masalah dalam Perawatan Lanjut Usia Penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

Universitas Sumatera Utara

diderita. Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), inkontinensia, gangguan

intelektual/dementia, infeksi, gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit, sulit buang air besar, depresi, kurang gizi, menderita penyakit akibat obat-obatan, insomnia, daya tahan tubuh menurun, impotensi (WHO/UNU, 1989). 2.3. Kebutuhan Gizi Lansia Pangan sebagai sumber energi pada makhluk hidup pada umumnya dan khususnya kebiasaan pola makan yang kurang teratur bisa membuat golongan 17 lansia yang sudah berumur lebih setengah abad tidak bisa menikmati kehidupan yang penuh aktivitas dan merasa sehat, karena hanya dengan olahraga yang teratur dan asupan gizi yang baik maka lansia mampu mempertahankan daya tahan tubuhnya secara optimal. Adalah sebuah persepsi yang salah bahwa kaum lansia tidak perlu memperhatikan asupan zat gizinya. Dengan alasan mereka sudah tidak lagi terjadi pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa tuanya. Memang benar lansia tidak membutuhkannya justru mereka sangat membutuhkan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak serta menjaga kestabilan daya tahan tubuhnya (Arcole, 1996). Kebutuhan gizi bagi para lanjut usia perlu dipenuhi secara edukatif, karena merupakan pokok kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia lanjut. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisi.

Universitas Sumatera Utara

Kalori dasar ini adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiataan tubuh dalam keadaan istirahat (Muhilal, et.al., 1998). 2.3.1. Gizi Pada Lansia Belloc dan Breslow di tahun 1972 mengatakan bahwa strong modifiers untuk proses menua adalah berat badan, keteraturan makan, konsumsi alkohol yang rendah, tidak merokok dan keteraturan aktivitas fisik. Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tidak benar, aktivitas fisik berkurang, obesitas, stres, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan

berkontribusi terhadap penurunan berbagai fungsi organ di usia lanjut. Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan tetap baik. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun faali dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degeneratif maupun non degeneratif yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya (Darmojo, 2004). 2.3.2. Jumlah Kebutuhan Minimal Sehari (MDR/Minimal Daily Requrement) Menurut Sediaoetama (2006) nilai Kebutuhan Minimal Sehari (MDR) untuk zat-zat gizi tertentu telah dapat ditentukan melalui pendekatan terapeutik dan preventif.

Universitas Sumatera Utara

Pada pendekatan terapeutik, subyek penelitian dibuat sakit dahulu dan kemudian diberi zat gizi yang sedang diteliti, untuk menentukan dosis terkecil yang dapat menyembuhkan gejala-gejala kekurangan zat gizi tersebut dalam jangka waktu tertentu. Pada pendekatan preventif subyek penelitian sehat diberi makanan yang mengandung zat gizi sedang diteliti itu dikurangi secara bertingkat, dan dicari dosis terkecil yang sanggup menjaga subyekpenelitian dari gejala-gejala defisiensi zat gizi tersebut. a. Pendekatan Terapeutik Sejumlah subyek percobaan diberi suatu diet basal, dengan susunan lengkap kecuali zat gizi yang akan ditentukan kebutuhannya. Setelah beberapa lama, subyek-subyek percobaan percobaan tersebut akan menunjukkan gejalagejala defisiensi zat gizi yang tidak diberikan tadi. Setelah tercapai kondisi demikian, ke dalam diit ditambahkan jumlah-jumlah kecil yang kwantumnya diketahui dari zat gizi yang sedang diteliti; kwantum-kwantum ini secara bertingkat semakin besar. Pada suatu dosis tertentu mulai tampak penyembuhan pada subyek-subyek tertentu. Maka jumlah minimal dari zat gizi yang diperlukan untuk memberikan penyembuhan, disebut jumlah Kebutuhan Minimal Sehari (MDR); Minimal Daily Requirement. Cara ini dapat dilakukan untuk zat gizi yang telah dapat dipisahkan secara murni atau telah dapat disintesa; tetapi juga dapat dipergunakan untuk bahan makanan sumber zat gizi, bila zat gizi tersebut belum dikenal secara murni. Maka yang dapat ditentukan ialah jumlah bahan makanan sumber zat gizi tersebut, dan kelak kwantum zat gizi murni di dalam bahan

Universitas Sumatera Utara

makanan tersebut dapat ditentukan, bila zat gizinya telah diketahui dan dipisahkan secara murni. b. Pendekatan Preventif Cara ini dilaksanakan berlawanan dengan cara kuratif atau terapeutik. Di sini dipergunakan subjek-subjek percobaan yang ada dalam keadaan sehat, diberi susunan ddit yang lengkap. Maka subjek percobaan akan menunjukkan kondisi gizi baik. Kemudian zat gizi yang akan diteliti dikeluarkan dari susunan hidangan dan ditambahkan secara bertingkat menurun dalam jumlah-jumlah kecil yang diketahui. Setelah beberapa waktu subyek yang diberi zat gizi dengan dosis tertentu mulai menampakkan gejala-gejala difisiensi dari zat gizi yang sedang diteliti tersebut. Di atas dosis itu, subyek-subyek percobaan tetap sehat, sedangkan dibawahnya memperlihatkan gejala-gejala defisiensi.Dalam pendekatan ini,dosis terkecil yang masih melindungi subjek percobaan dari gejala-gejala defisiensi, disebut Kebutuhan Minimal Sehari (MDR). Jadi menurut pendekatan preventif, MDR ialah dosis terkecil zat gizi yang diperlukan sehari untuk melindungi seseorang dari serangan gejala-gejala defisiensi tertentu, sedangkan menurut pendekatan kuratif MDR ialah dosis terkecil zat gizi yang diperlukan sehari untuk menyembunyikanseseorang dari gejala-gejala difisiensi zat gizi tersebut. Pada umumnya MDR yang didapat dengan pendekatan preventif akan mempunyai nilai lebih besar dari nilai menurut pendekatan kuratif. Jadi nilai MDR ini merupakan suatu range value, tidak merupakan suatu angka pasti range ini mempunyai batas-batas MDR yang ditentukan melalui kedua pendekatan di atas, dengan batas

Universitas Sumatera Utara

atas MDR menurut pendekatan preventif, dan batas bawah MDR menurut pendekatan kuratif. 2.3.3.Anjuran Kebutuhan Sehari (RDA/Recommended Daily Allowence) MDR adalah kebutuhan minimal sehari agar seseorang rata-rata tidak menjadi sakit, pada kondisi yang umum dianggap normal. Pada keadaan-keadaan khusus, dosis MDR ini mungkin tidak akan mencukupi, misalnya pada saat orang itu bekerja lebih berat dari biasa, atau pada saat ada stress fisik lain yang tidak terdapat sehari-hari. Karena itu MDR harusdinaikkan dengan suatu tambahan, agar sanggup menjamin kebutuhan yang meningkat karena keadaan khusus itu. Jumlah (dosis) MDR zat gizi setelah diberi tambahanini, kemudian dianjurkan untuk dikomsumsi setiap harinya dan disebut Anjuran Kecukupan Sehari atau RDA (Recommended Daily Allowance). Tambahan pada MDR untuk menjadikan RDA ini disebut Batas Keamanan (Safety Margin), sehingga dapat diberikan rumus:

RDA = MDR + A

Dimana : RDA = Anjuran Kecukupan Sehari MDR = Kebutuhan Minimal sehari A = Batas Keamanan Nilai MDR tidak banyak berbeda bagi berbagai bangsa, tetapi RDA berbeda-beda bagi masing-masing negara atau bangsa, hal ini karena nilai batas keamanan yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya batas

Universitas Sumatera Utara

keamanan tersebut ialah tingat kesehatan gizi masyarakat yang di capai, tingkat ekonomi masyarakat/negara yang menetukan tingkat daya beli, umur kelompok, jenis kelamin, dan kondisi fisik. Nilai RDA ini berlaku bagi rata-rata masyarakat, jadi bila hendak diterapkan bagi perorangan, harus diadakan lagi adaptasi kondisi orang tersebut, misalnya yang lebih gemuk mungkin memerlukan zat gizi yang lebih banyak, dan sebaliknya yang lebih kurus akan memerlukan zat gizi yang kurang dibandingkan dengan RDA. Tingakat kegiatan kerja juga berpengaruh terhadap RDA bagi perorangan. Nilai RDA untuk suatu negara tertentupun harus ditinjau secara periodik, karena berbagai faktor yang mempengaruhi nilai batas keamanan itu berubah pula menurut kondisi dan waktu. Sebaiknya nilai RDA ditinjau dan disesuaikan secara periodik, misalnya setiap 5-10 tahun sekali. Demikan pula daftar RDA bagi Indonesia ditinjau dan disesuaikan secara berkala, umumnya estiap 10 tahun sekali, tetapi penyesuaian terakhir dilakukan setelah 5 tahun karena kemajuan ekonomi. 2.3.4. Kecukupan Gizi Tiap negara mempunyai standar/baku untuk untuk kebutuhan zat-zat gizi dengan menggunakan standar Food and Agricultural Organization (FAO)/Word Health Organization (WHO) sebagai acuan utama. Indonesia memiliki Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) untuk energi dan zat-zat gizi lainnya yang diperbaharui tiap 5 tahun melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (Darmojo, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.Asupan gizi yang dianjurkan Laki-Laki Asupan Gizi Inggris 75+ Energi (Kal) Protein (G) Zat besi (mg) Kalsium (mg) Vit. C (mg) 2100 53 10 500 30 Indonesia 60+ 2200 62 13 500 60 Perempuan Inggris 75+ 1900 48 10 500 30 Indonesia 60+ 1850 54 14 500 60

Tabel 3. Kecukupan Bahan Makanan Satu Hari (Usia 60 tahun keatas) Jenis Bahan Makanan Nasi Laki-Laki 3 x 200 gram (3x1,5 gls blimbing) Lauk daging/ikan, Tempe Kalau tahu Sayur 1,5 x gls 50 gram 5 x 25 gram (1 pt kecil) 5 x 50 gram 1,5 x 100 gram (1,5 x 1 gls penuh sayur) Buah 2 x 100 gram (1 pt sedang) Gula Minyak/santan 2 sendok makan (sdm) 2 sdm/1,5 gls Perempuan 2 x 200 gram (2x 1,5 gls blb) 2 x 50 4 x 5 gram ( 1 pt kecil) 4 x 50 gram 1,5 x 100 gram (1 pt sedang) 2 x 100 gram (1 pt sedang) 2 sdm 2 sdm/1,5 gls

Dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat dunia, tentunya dibutuhkan pembangunan dan perbaikan sistem ketahanan pangan dalam sebuah negara, yang terdiri dari 5 elemen dasar, yaitu; 1) Food Availability and stability (Ketersediaan dan stabilitas pangan).

Universitas Sumatera Utara

2)

Food Accessibility (Kemudahan akses dalam memperoleh atau mencukupi pangan).

3)

Production and consumtion of food security (keamanan dalam produksi dan konsumsi bahan pangan).

4) 5)

Food utilization (pemanfaatan pangan). Continuitas and accessibility of food (keberlanjutan akses ketersediaan pangan dengan usaha tani)

(Lathan, 1997). 2.3.5 Masalah Gizi Lansia Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat berbentuk KKP (kurang kalori protein) kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah melalui penampilan umum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya berat badan seorang lansia dibanding dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi lain yang banyak muncul adalah defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12. Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency dan gaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai makanan siap saji yang enak dan kaya energi. Keadaan kelebihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes melitus, dan dislipidemia (Darmojo, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2000), bahwa tujuan khusus aksi untuk penurunan dan pencegahan masalah pangan dan gizi adalah sebagai berikut; 1) Mengembangkan wawasan penentu kebijakan masalah pangan dan gizi serta prioritas penanganannya. 2) Meningkatkan kemampuan merumuskan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program pangan dan gizi. 3) Menjaga kesinambungan program pangan dan gizi. 4) Memantapkan keterpaduan program melalui sistem pemantauan secara terus-menerus terhadap berbagai bentuk masalah pangan dan gizi. (Pusat Studi Kebijakan Pangan dan gizi IPB dan Deptan RI, 2002). Di usia lansia, banyak dari kalangan masyarakat dunia yang mengidap penyakit mematikan, seperti; kanker, jantung, dan diabetes. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penanganan dan konsumsi makanan. Berbagai macam toxin ditemukan secara alami dalam bahan pangan yang bersumber dari tanaman, peternakan, maupun perikanan. Pangan juga dapat terkontaminasi logam berat dan mikroba patogen, karena terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran bahan pangan dapat ditinjau dari 2 segi utama, yaitu: 1) Kandungan zat gizi, bahan pangan jadi tidak aman dikonsumsi disebabkan terjadinya kelebihan kandungan gizi, seperti; lemak, karbohidrat, protein dan natrium). Karena dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti; kanker, jantung, diabetes, berat badan berlebih (obesitas).

Universitas Sumatera Utara

2) Kontaminasi, bahan pangan tidak aman dikonsumsi karena telah terkontaminasi oleh mikroorganisme dan bahan kimia, seperti; logam berat dan racun kimia. (FAO, 1997). Pada tabel-tabel berikut ini, disajikan berbagai jenis logam berat, dan bahan-bahan kimia yang membahayakan terhadap kesehatan jika tercemar kedalam bahan pangan, yaitu: Tabel 4. Bahan Kimia yang Terdapat pada Bahan Pangan NO 1. 2. 3. Bahan Kimia Bahan pangan tambahan Bahan kimia dari bahan pengemas Bahan kimia pertanian Senyawa kimia yang dihasilakan selama preparasi, prosesing, penyimpanan, dan penanganan Kontaminan Jenis Bahan Pengawet (nitrit, senyawa sulfitasi), penambah aroma (MSG) dan pewarna. Monomer, plasticizer, bahan pencetak (tinta) Insektisida, herbisida, fungisida dan fertilizer Hidrokarbon, produk oksida lipid, nitrosamine, polisiklik aromatik, dan mutagen dari proses pemanasan daging. Peralatan dalam pasca panen (Cu, Zn, Fe203), Polusi lingkungan dan industri (Hg, polychlorinated biphenyl atau polybrominated biphenyl).

4.

5.

Sumber: Winarno, (1999). Tabel 5. Kontaminasi Logam Berat dan Efek Keracunan yang Ditimbulkan

NO

Logam Berat

Efek Keracunan Merusak sistem saraf, depresi, kelelahan, lesu, sakit kepala, gangguan lambung dan usus. Kelelahan, sakit kepala, mual, anemia, gagal ginjal, dan hilangnya indra penciuman.

1.

Merkuri

2.

Cadmium

Universitas Sumatera Utara

3.

Timah

Merusak sistem saraf, kemunduran mental, sistem pembentukan darah, ginjal, sistem reproduksi, dan sistem endokrin. Kerusakan urat saraf dan otak Nausea, mual, anoreksia, telinga berdenging, kerusakan saraf, dan penyakit pernapasan. Kerusakan ginjal dan kanker paru-paru

4. 5.

Alumunium Kobalt

6. Kromium Sumber: Winarno, (1999).

Adinugraha (2009), menjelaskan masalah gizi lansia terdiri dari: 1. Gizi Berlebih Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kotakota besar. Kebiasaa n makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi. 2. Gizi Kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

Universitas Sumatera Utara

3. Kekurangan Vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat. 2.3.7. Penentuan Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan refleksi dari apa yang kita makan sehari-hari. Status gizi dikatakan baik bila pola makan kita seimbang. Artinya, banyak dan jenis makanan yang kita asup harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila yang dimakan melebihi kebutuhan, tubuh akan menjadi gemuk. Sebaliknya, bila yang dimakan kurang dari yang dibutuhkan, tubuh bakal kurus dan sakit-sakitan. Kegemukan juga tidak berarti sehat karena dapat memacu timbulnya berbagai penyakit. Status gizi kurang atau status gizi lebih akan berdampak kurang baik terhadap kesehatan tubuh. Kedua keadaan yang ekstrem tersebut dinamakan status gizi salah. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain tingkat pendapatan, pengetahuan gizi yang dimiliki, serta budaya setempat (Kompas, 2008). Departemen Kesehatan republik Indonesia mempromosikan pedoman umum gizi seimbang (PUGS), yang lebih dikenal dengan 13 pesan dasar gizi seimbang, yaitu; 1. Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam 2. Makanan yang dikonsumsi harus memenuhi kecukupan energi

Universitas Sumatera Utara

3. Mengkonsumsi karbohidrat sebagai sumber setengah dari kebutuhan energi. 4. Batasi mengkonsumsi lemak dan minyak sampai seperampat dari kecukupan energi 5. Gunakan garam yang beryodium 6. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi 7. Berikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan (ASI Eksklusif) 8. Biasakan Makan Pagi 9. Minum air bersih, aman, dan cukup jumlahnya 10. Lakukan olah raga dan kegiatan fisik secara teratur 11. Hindari minuman beralkohol 12. Mengkonsumsi makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada bahan pangan yang dikemas. (Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 1995). Demi pemenuhan status gizi masyarakat, maka perlu diketahui penyebab kerusakan pangan dan resikonya untuk kesehatan. Berikut ini beberapa penyebab kerusakan bahan pangan; a) Serangga perusak bahan pangan. Makanan yang telah terkontaminasi serangga akan tercemar oleh zat kimia dan mengalami kerusakan. b) Enzim yang ada dalam bahan pangan yang bersumber dari mikroba atau sudah ada dalam bahan pangan, akan mengalami reaksi kimia dan biokimia yang dapat merusak struktur gizi dan merusak makanan.

Universitas Sumatera Utara

c)

Suhu pemanasan/memasak bahan pangan akan menyebabkan rusaknya struktur gizi, terutama kandungan protein (denaturasi dan koagulasi).

(Herper, deaton, and Drisked, 1985). Berdasarkan dari laporan Food and Agricultural Organization (FAO)/ (World Healt Organization (WHO)/ United Nation Union (UNU) tahun 1985. Batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index BMI. Di Indonesia istilah BMI diterjemahkan dengan Index Mass Tubuh (IMT). IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat

mencapaiusia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2002). Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Cara menghitung IMT menggunakan rumus berikut ini: Berat Badan (Kg) Berat Badan IMT = Tinggi Badan (m)xTinggi Badan (m)

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti Tabel 6 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Kategori Ambang Batas IMT Katagori Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan IMT < 17,0 17,0 18,5 18,5 - 25,0 Kelebihan berat badan tingkat berat Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 - 27,0 >27,0

Normal Gemuk

Sumber: Supariasa (2002) Perlu ditekankan bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena terjadinya osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebra. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI) dengan BMA (body mass-armspam) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0.81 untuk wanita dan pria dengan nilai p-0,001. Selain itu, triceps skinfold dan lingakar lengan atas tidak lagi akurat untuk menilai lemak pada lansia karena adanya perubahan distribusi lemak di dalam tubuh lansia (Darmojo, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai