Anda di halaman 1dari 6

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Indonesia sebagai Negara agraris, jumlah penduduknya sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sebanyak 42 juta tenaga kerja dari total 105 angkatan kerja yang ada. Jumlah penduduk yang mayoritas menggeluti sektor pertanian tersebut masih menjadi problema dalam kemajuan pertanian yang dikembangkan di negara ini. Dapat diketahui bahwa sektor pertanian di Indonesia masih kalah dengan negara-negara ASEAN lain seperti Thailand, Malaysia, Laos, Kamboja, dan Vietnam yang notabene sektor pertaniannya baru berkembang. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pembangunan ekonomi yang sangat penting bagi Indonesia sebagai Negara agraris. Sehingga, untuk kedepan pengarapan potensi pertanian dapat lebih baik agar mampu bersaing di pasar bebas dengan menyiapkan tenaga-tenaga ahli di bidang pertanian dalam arti luas melalui manajemen agribisnis. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya (Yanbastian, 2011). Negara seperti Indonesia dengan proporsi populasi pertanian (petani dan keluarganya) yang sangat besar, sektor pertanian merupakan sumber yang sangat penting bagi pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian, khususnya industri. Pengeluaran petani untuk produk-produk industri baik barangbarang konsumsi (pakaian, meubel, alat-alat bangunan, dan peralatan rumah

tangga) maupun barang-barang produsen (pupuk, pestisida, mesin, alat-alat pertanian, dan input-input lainnya) memperlihatkan satu aspek yang sangat penting dari kontribusi pasar sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi melalui diversifikasi sektoral (Tulus, 2003). Subsektor pertanian yang juga memiliki peranan penting dalam perekonomian yaitu subsektor perikanan. Pembangunan subsektor perikanan memiliki arti penting, terutama di negara berkembang yang selalu berupaya untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Selain itu subsektor perikanan mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri, serta optimalisasi pengolahan sumber daya alam secara berkelanjutan. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Komponen terbesar dari subsektor kelautan adalah perikanan. Dengan luas lahan yang sangat besar, memang Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber daya perikanan laut yang cukup besar, baik dalam arti kuantitas maupun diversifikasi. Diperkirakan potensi sumber daya ikan lautsebanyak 6,26 juta ton per tahun, yang terdiri atas potensi di perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) sekitar 1,56 juta ton per tahun, dan perairan wilayah Indonesia 4,40 juta ton per tahun. Dari potensi ini, jumlah yang boleh ditangkap sebanyak 5,01 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari potensi lestari. Dengan asumsi bahwa harga ikan tangkapan mencapai 3.052 dolar, maka nilai ekonomi yang akan diperoleh dari subsektor perikanan laut bisa mencapai 15 miliar dolar AS per tahun (Tulus, 2003). Layur (Trichiurus lepturus) merupakan ikan laut yang mudah dikenal dari bentuknya yang panjang dan ramping. Ikan ini tersebar di banyak perairan dunia. Jenis yang ditemukan di Pasifik dan Atlantik merupakan populasi yang berbeda.

Ukuran tubuhnya dapat mencapai panjang 2m, dengan berat maksimum tercatat 5kg dan usia dapat mencapai 15 tahun. Kegemarannya pada siang hari berkeliaran di perairan dangkal dekat pantai yang kaya plankton krustasea. Pada waktu malam ikan ini mendekat ke dasar perairan. Layur mudah dijumpai di tempat penjualan ikan di Indonesia. Ikan ini juga menjadi ikan umpan. Orang Jepang menyebutnya tachiuo dan memakannya mentah sebagai sashimi atau dibakar. Orang Korea menyebutnya galchi dan mengolahnya dengan digoreng atau dibakar. Ikan ini disukai karena dagingnya yang kenyal, tidak terlalu amis, tidak berminyak, serta mudah dilepas tulangnya (Wikipedia, 2011). Pantai Loji merupakan kawasan wisata yang sedang dikembangkan. Dimana kawasan ini merupakan kawasan wisata pantai yang alamiah. Pantai yang kaya akan potensi-potensi yang mencakup pelbagai aspek kehidupan. Pantai Loji terletak di selatan pantai Pelabuhan Ratu dengan luas wilayah antara Desa Loji dan Desa Kertajaya. Pantai Loji yang kaya akan hasil ikannya, dimana kawasan ini merupakan kawasan yang sebagian masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Salah satu hasil ikan yang sudah mencapai ekspor keluar adalah ikan layur (Anonim, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, dapat diketahui tentang perkembangan produksi ikan layur sebagai potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Sukabumi. Berikut

merupakan data produksi ikan layur mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007: Tabel 1.1 Data Produksi Ikan Layur Kabupaten Sukabumi Tahun 2003-2007 Tahun Produksi (Kg) 2003 114591 2004 145537 2005 188993 2006 222642 2007 246691 Jumlah 918454
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi

Desa Loji yang terletak di Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kawasan penghasil ikan layur yang sudah mencapai ekspor ke luar negeri dengan menjadi komoditas yang paling banyak dicari dan dikonsumsi di Desa Loji. Jumlah

produksi ikan layur tahun 2003-2007 adalah sebesar 918454 kg. Produksi ikan layur di Kabupaten Sukabumi sempat mengalami kenaikan dari tahun 2003 sampai 2005. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 30946 kg, tahun 2005 sebesar 43456 kg, tahun 2006 turun sebesar 33649 kg, dan tahun 2007 sebesar 24049 kg. Penurunan tersebut disebabkan karena upaya penangkapan ikan layur yang kurang optimal. Nelayan pancing layur di Desa Loji Kecamatan Simpenan meminta bantuan rumpon (alat pengumpul ikan) dekat kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi. Pemasangan rumpon dekat tersebut, menjadi solusi fenomena kekosongan ikan layur di dalam Teluk Palabuhan Ratu yang sudah berlangsung hampir tiga tahun lamanya. Kondisi itu diduga akibat dampak maraknya pemasangan rumpon jauh yang dipasang di tengah laut. Menurut Ketua Kelompok Nelayan Nyamplung Loji (Kennal), Sholahudin Fahmi, bantuan rumpon dekat itu sangat diharapkan oleh nelayan pancing layur di daerah Loji. Sebab, sejak ikan layur mulai kosong di dalam teluk tahun 2008 lalu, sebanyak 90 puluhan nelayan pancing layur di desa Loji, langsung kehilangan mata pencahariannya hingga mereka menganggur dan terpaksa beralih profesi. Berdasarkan latar belakang di atas menyatakan bahwa potensi perikanan di Pantai Loji khususnya untuk hasil laut ikan layur menjadi prioritas di Desa Loji Kecamatan Simpenan. Perumusan masalah yang pertama untuk mengetahui bagaimana tingkat motivasi nelayan dalam sistem penangkapan ikan layur di Pantai Loji setelah mendapatkan bantuan rumpon. Kedua, bagaimana hubungan tingkat kesejahteraan nelayan ikan layur di Desa Loji Kecamatan Simpenan Permasalahan terakhir yang menarik perhatian peneliti yaitu untuk mengetahui faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan ikan layur yang terjadi di Desa Loji.

1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat motivasi nelayan ikan layur di Desa Loji Kecamatan Simpenan setelah mendapat bantuan rumpon ? 2. Bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan ikan layur di Desa Loji Kecamatan Simpenan ? 3. Faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan ikan layur di Desa Loji Kecamatan Simpenan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 1. Tujuan

Untuk mengetahui tingkat motivasi nelayan ikan layur di Desa Loji Kecamatan Simpenan setelah mendapat bantuan rumpon.

2.

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan ikan layur di Desa Loji Kecamatan Simpenan.

3.

Untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan ikan layur di Desa Loji Kecamatan Simpenan.

1.3.2

Manfaat

1. Bagi pemerintah agar dapat mengetahui bahwa ada peluang besar dari sektor perikanan yang perlu mendapat perhatian lebih lagi. 2. Bagi masyarakat agar dapat lebih mengetahui pentingnya potensi perikanan di Indonesia. 3. Bagi mahasiswa supaya dapat menjadikan proposal penelitian ini sebagai pembelajaran dan sarana pengabdian pada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai