Anda di halaman 1dari 17

SEBAB-SEBAB KORUPSI

Priyatmoko Dirdjosuseno FISIP Universitas Airlangga

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

Asumsi dan tujuan


Apabila bisa mengenali penyebabnya, diharapkan dapat merumuskan strategi memeranginya secara lebih tepat dan efektif. Adagium politik:

Power tend to corrupt, absolute power corrupt

absolutely Bagaimana mengatasinya?

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

Modernitas & korupsi

Negara masyarakat Institusi individu

Publik privat

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

Interaksi Koruptif
NEGARA

KORUPSI

MASYARAKAT

PASAR
4

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

Pengertian

behavior of public officials which deviates from accepted norms in order to serve private ends (Huntington 1989: 377) Political corruption is the illegal use of public offices and authority for private benefits in the forms of political advantages, social privileges or financial gains (Hung-En Sung, 2002) Tindakan melawan hukum, yang merugikan keuangan negara, untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
5

Transfer sumber daya (uang)


Publik Privat

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

Problem korupsi

Problem politik dan ekonomi yang berakar pada budaya dan sejarah?

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

Korupsi
Fenomena kompleks, banyak teori untuk menjelaskan, tidak selalu mudah untuk melawan dan memberantas tuntas;
Perlu kecermatan, ketegasan, keberanian, konsistensi ....

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

Mengapa korupsi?
Teori

normatif: penyimpangan moral Teori empiris:


Sosiologi

fungsional: mengompensasi fungsi-fungsi yang tak berjalan Teori pertukaran (mekanisme pasar) Pelembagaan politik: stabilitas, ikatan patron-klien (klientilisme)
9

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

Mengapa korupsi?

Caiden (2001) mentions the following sources of corruption:


psychological, ideological, external, economic, political, socio-cultural, technological.

and

10

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

TEORI-TEORI BARAT

Public Choice Theory: tindakan pejabat korup dilakukan secara sadar, dengan pertimbangan rasional . Agen-agen otonom diasumsikan melakukan kalkulasi + rasional tentang saranatujuan (means-end). Ada kalanya teori pilihan rasional dikombinasi dengan game theory dan gagasan bahwa pilihan agen terikat pada kemampuan membuat keputusan dan struktur politik, ekonomi, dan aturan budaya (institusi) institutional choice framework (Collier 2002).
11

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

TEORI-TEORI BARAT
Bad Apple Theories: penyebab korupsi adalah orang-orang yang cacat karakter (moral), bisa disebut bad apples. Wrong values are therefore the cause of corruption. Organizational Culture Theories: fokusnya tidak pada motif individual tapi struktur dan kultur organisasi di mana agen bekerja. Kadang diberi metafora slippery slope

12

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

TEORI-TEORI BARAT

Clashing Moral Values Theories: nilai dan norma masyarakat secara langsung memengaruhi nilai dan norma individu. Ada masyarakat yang tak membedakan peran publik dan privat. Ungkapan Amerika Latin: untuk teman segalanya, untuk musuh tidak sama sekali, untuk orang asing berlaku hukum (a los amigos todo, a los enemigos nada, al extraa la ley).
13

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

TEORI-TEORI BARAT

The Ethos of Public Administration Theories: mengkaji struktur politik dan ekonomi. Kinerja pejabat dipengaruhi tekanan masyarakat melalui organisasi. Digabung dengan kurangnya perhatian pada isu integritas, mengarahkan fokus pada efektivitas yang menyebabkan pejabat korup. Target pembangunan? Kasus KPU?

14

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

TEORI-TEORI BARAT

Correlation Theories : tidak mulai dari model penjelasan teoretik, baik implisit atau eksplisit, tetapi dari faktor-faktor spesifik. Penelitian lazim menekankan faktor-faktor sosial, politik, organisasional, atau individual. Semua variabel diperhitungkan pada semua level: individual, organisasional, dan sosietal.

15

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

16

priyatmoko@unair.ac.id

Sabtu, 05 Mei 2012

DEMOKRASI = RESPONSIVENESS

Policy responsiveness Service responsiveness Allocation responsiveness Symbolic reponsiveness

17

Anda mungkin juga menyukai