Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN, FUNGSI dan KUALITAS HADITS

Nama anggota: 1). Afida Khofsoh (115061100111031) 2). Rahma Yulia (115061100111029) Kelas A

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011/2012

DAFTAR ISI Halaman judul Daftar isi Pendahuluan 1.1 latar belakang 3 1.2 rumusan masalah.. 4 1.3 tujuan 4 1.4 manfaat.. 4 Pembahasan 2.1 pengertian hadits. 2.2 Fungsi hadits .. 2.3 kualitas hadits . Penutup 3.1 kesimpulan . 3.2 saran. 15 16 5 6 7 1 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa istilah lain dari hadits adalah khobar. Khobar dapat berarti berita, yang mempunyai sifat bisa benar dan juga bisa salah. Perkembangan hadist merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadist dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi ke generasi. Seluruh umat islam, tanpa kecuali, telah sepakat bahwa hadist merupakan salah satu sumber ajaran islam. Ia menempati kedudukannya yang sangat penting setelah AlQuran. Kewajiban mengikuti hadist bagi umat islam sama wajibnya dengan mengikuti Al-Quran. Tanpa memahami dan menguasai hadist, siapa pun tidak akan bisa memahami Al-Quran karena Al-Quran merupakan dasar hukum pertama, yang didalamnya berisi garis besar syariat, dan hadist merupakan dasar hukum kedua, yang didalamnya berisi penjabaran dan penjelasan Al-Quran. Dengan demikian, antara hadist dan Al-Quran memiliki kaitan yang sangat erat, yang satu sama lain tidak bisa dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri sendiri. Berdasarkan hal tersebut, kedudukan hadist dalam islam tidak dapat diragukan karena terdapat penegasan yang banyak, baik di dalam Al-Quran maupun dalam hadist

Nabi Muhammad SAW., seperti yang telah dijelaskan pada QS. Ali Imran [3]: 32 yang artinya: Katakanlah, Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang kafir. Pada makalah yang kami buat ini akan membahas mengenai hadist yaitu meliputi pengertian hadist beserta penjelasannya secara rinci.

1.2

Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengertian Hadits? 2. Apa saja fungsi Hadits? 3. Bagaimana kualitas Hadits?

1.3

Tujuan 1. Menjelaskan pengertian Hadits. 2. Menjelaskan fungsi-fungsi Hadits. 3. Menjelaskan kualitas Hadits

1.4

Manfaat 1. Mengetahui maksud dari hadits. 2. Mengetahui fungsi-fungsi dari hadits. 3. Mengetahui kualitas dari hadits.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Hadits A. Pengertian Hadits secara Etimologis Menurut Ibn Manzhur, kata hadits berasal dari bahasa arab, yaitu al-hadist, jamaknya al-ahadist, al-hadistan dan al-hudtsan. Secara etimologis, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya al-jadid(yang baru) lawan dari al-qadim(yang lama), al-khabar, yang berarti kabar atau berita. Disamping pengertian tersebut, M.M.Azami mendefinisikan bahwa kata hadist ( arab: al-hadits), secara etimologi(lughawiyah), berarti komunikasi, kisah, percakapan. B. Pengertian Hadits secara Terminologis Secara terminologis, para ulama, baik muhaditsin, fuqaha, ataupun ulama ushul,merumuskan pengertian hadis secara berbeda beda. Perbedaan pandangan tersebut lebih disebabkan oleh terbatas dan luasnya objek tinjauan masing-masing, yang tentu saja mengandung kecenderungan pada aliran ilmu yang didalaminya. Ulama hadits mendefinisikan sebagai berikut: 1. Segala sesuatu yang diberiakan dari Nabi SAW., baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi.
5

2. Menurut istilah ahli ushul fiqih, pengertian hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW., selain Al-Quran Al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang bersangkut paut dengan Syara 3. Adapun menurut istilah para fuqaha, hadits adalah segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW yang tidak bersangkut-paut dengan masalah-masalah fardhu atau wajib. Perbedaan tersebut kemudian melahirkan dua macam pengertian hadist, yakni perngertian terbatas dan pengertian luas. Pengertian hadis secara terbatas menurut Jumhur Al-Muhaditsin adalah sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan,perbuatan,pernyataan dan sebagainya. Adapun pengertian hadist secara luas menurut M. Mahfudz At-Tarmidzi adalah Sesungguhnya hadis bukan hanya yang dimarfukan kepada Nabi Muhammad SAW., melainkan dapat pula disebutkan pada yang mauquf dan maqthu.-T Para ulama mendefinisakan hadits karena mereka berbeda dalam meninjau objek hadits tersebut.

2.2 FUNGSI Al-Quran sebagai sumber ajaran pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum., yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan terperinci. Di sinilah, hadist menduduki dan menempati fungsi sebagai sumber ajaran kedua. Ia menjadi penjelas isi Al-Quran. Dalam hubungan dengan Al-Quran hadis berfungsi sebagai penafsir,pensyarah dan penjelas dari ayat-ayat Al-Quran tersebut. Apabila disimpulkan tentang fungsi hadis dalam hubungan dengan Al-Quran adalah sebagai berikut. 1. Bayan At-Tafsir Yang dimaksud dengan Bayan At-Tafsir adalah menerangkan ayat-ayat yang sangat umum,mujmal dan musytarak. Fungsi hadis dalam hal ini adalah memberikan perincian dan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih mujmal, memberikan taqyid ayat-ayat yang masih muthlaq, dan memberikan takhshish ayat-ayat yang masih umum. Salah satu contoh dari bayan at-tafsir adalah hadis yang menerangkan kemujmal-an ayat-ayat tentang perintah Allah SWT. Untuk mengerjakan shalat,puasa,zakat dan haji. Ayat-Ayat Al-Quran masih menjelaskan hal tersebut secara umum. Contohnya,kita diperintahkan melaksanakan shalat,namun dalam Al-Quran tidak dijelaskan bagaimana tata cara sholat.
6

2. Bayan At-Taqrir Bayan At-Taqrir adalah hadis yang berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Quran. Dalam hal ini, hadis hanya berfungsi untuk memperkokoh isi kandungan Al-Quran. Contohn Bayan At-Taqrir adalah hadis Nabi SAW. yang memperkuat firman Allah SWT.

3. Bayan An-Nasakh Secara bahasa,an-naskh bisa berarti al-ibthal(membatalkan),alijalah(menghilangkan), at-tahwil(memindahkan), atau at-tagyir(mengubah). Terdapat perbedaan makna dalam kalangan ulama yang disebabkan oleh perbedaan definisi an-nasakh dalam segi kebahasaan. Menurut ulama muqqaddimin yang disebut bayan an-nasakh adalah adanya dalil syara yang datang kemudian. Para ulama yang setuju, fungsi bayan at taqrir sebagai ketentuan yang datang berikutnya dapat menghapus ketentuanketentuan atau isi Al-Quran yang datang kemudian. Diantara ulama yang memperbolehkan naskh hadis terhadap Al-Quran. Terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Memperbolehkan me-naskh Al-Quran dengan segala hadis,meskipun hadis ahad. 2. Memperbolehkan me-naskh dengan syarat hadis tersebut harus mutawatir. 3. Memperbolehkan me-naskh dengan hadis masyhur,tanpa harus dengan mutawatir. 2.3 KUALITAS HADIS Hadis ditinjau dari segi kualitas rawi yang meriwayatkannya,terbagi menjadi dalam tiga macam, yaitu sahih, hasan dan dhaif. 1. Hadis Sahih a. Pengertian Menurut lughat adalah lawan dari saqim,artinya sehat lawan sakit, haq lawan batil. Definisi lain mengartikan hadis sahih
7

adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang adil,sempurna ingatannya,sanadnya bersambung-sambung,tidak berillat dan tidak janggal. b. Syarat- syarat hadis sahih i. Rawinya bersifat adil ii. Rawinya bersifat dhabit Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan menguasai hadisnya dengan baik, baik dengan hapalan yang kuat atau dengan kitabnya, lalu ia mampu mengungkapkannya kembali ketika ia meriwayatkannya. iii. Sanadnya bersambung Bahwa setiap rawi hadis yang bersangkutan benarbenar menerimanya dari rawi yang berada di atasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama.

iv. Tidak ber-illat Hadis yang bersangkutan terbebas dari cacat kesahihannya, yakni hadis itu terbebas dari sifat-sifat samar membuatnya cacat. v. Tidak janggal c. Klasifikasi Hadis Sahih i. Sahih li dzatih Hadis yang memenuhi syaratnya secara maksimal ii. Sahih li ghairih Hadis sahih yang tidak memenuhi syaratnya secara maksimal. Misalnya, rawinya yang adil tidak sempurna ke-dhabitannya. Bila jenis ini dikukuhkan oleh jalur lain semisal, ia menjadi sahih li ghairih. Dengak demikian,sahih li ghairih adalah hadis yang kesahihannya disebabkan oleh faktor lain karena tidak memenuhi syarat-syarat secara maksimal. 2. Hadis Hasan a. Pengertian

Menurut lughat adalah sifat musybahah dariAl-Husna, artinya bagus. Untuk membedakan hadis sahih dan hadis hasan terletak pada batasannya. Keadilan pada hadis hasan disandang oleh orang yang tidak begitu kuat ingatannya, sedangkan hadis sahih terdapat rawi-rawi yang benar-benar kuat ingatannya.Akan tetapi, keduanya bebas dari keganjilan dan penyakit.

b. Klasifikasi i. Hasan li dzatih ii. Hasan li ghairih c. Kedudukan hadis sahih dan hadis hasan dalam berhujjah 3. Hadits Dhaif a. Pengertian hadits Dhaif Dhaif menurut lughat adalah lemah, lawan dari qawi (yang kuat). Adapun menurut Muhaditsin, Hadits Dhaif adalah semua hadits yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi hadits yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadits dhaif adalah yang tidak terkumpul padanya sifat hadits sahih dan hasan. b. klasifikasi Hadits Dhaif Para ulama Muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadits dari dua jurusan, yakni dari jurusan sanad dan matan. Sebab-sebab tertolaknya hadis dari jurusan sanad adalah: 1. Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan maupun ke-dhabit-annya.

2. Ketidakbersambungannya sanad, dikarenakan adalah seorang rawi atau lebih, yang digugurkan atau saling tidak bertemu satu sama lain. Adapu cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi itu ada sepuluh macam, uaitu sebagai berikut: 1. Dusta 2. Tertuduh dusta 3. Fasik 4. Banyak salah 5. Lengah dalam menghapal 6. Menyalahi riwayat orang kepercayaan 7. Banyak wahan (purbasangka) 8. Tidak diketahui identitasnya 9. Penganut bidah 10. Tidak baik hafalannya

1. Klasifikasi hadis dhaif berdasarkan cact pada keadilan dan kedhabit-an rawi a. Hadis Maudhu 1. Pengertian hadist maudhu Hadis Maudhu adalah, Hadis yang diciptakan serta dibuat oleh seseorang (pendusta) , yang ciptaan itu dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik disengaja maupun tidak. 2. Ciri-ciri hadis Maudhu Para ulama menentukan bahwa ciri ciri ke-maudhu-an suatu hadis terdapat pada sanad dan matan hadis. Ciri ciri yang terdapat pada sanad hadis, yaitu adanya pengakuan dari si pembuat sendiri, qarinah-qarinah yang

10

memperkuat adanya pengakuan membuat hadis maudhu, dan qarinah-sqarinah yang berpautan denagn tingkah lakunya. Adapun ciri ciri yang terdapat pada matan, dapet ditinjau dari dua segi, yaitu segi makna dan segi lafazh. Dari segi makna, yaitu bahwa hadis itu bertentangan dengan Al Quran, hadis mutawatir, ijma, dan logika yang sehat. Dari segi lafazh, yaitu bila susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih. 3. Karya karya dalam hadis Maudhu Para ulama Muhaditsin, dengan menggunakan berbagai kaidah studi kritis hadis, berhasil mengumpulkan hadis Maudhu dalam sejumlah karya yang cukup banyak. Diantaranya: Al-Maudhuat, karya Ibn Al-jauzi (ulama yang paling awal menulis dalam ilmu ini) Al-Laali Al-Mashnuah fi Al-hadits Al-Maudhuah, karya As-suyuthi (ringkasan Ibnu Al-Jauzi denagn beberapa tambahan) Tanzih Asy-Syariah Al-Marfuah an Al-Hadits AsySyaniah Al-Maudhuah, karya Ibnu Iraq Al-Kittani (ringkasan kedua kitab tersebut. Silsilah Al-Ahadits Adh-Dhaifah, karya Al-Albani.

b. Hadits Matruk Hadis Matruk adalah Hadis yang pada sanadnya ada seorang rawi yang tertuduh dusta. Rawi yang tertuduh dusta adalah seorang rawi yang terkenal dalam pembicaraan sebagai pendusta , tetapi belum dapat dibuktikan bahwa ia sydah pernah berdusta dalam membuat hadis. Seorang rawi yang tertuduh dusta, bila ia bertobat dengan sungguh-sungguh, dapat diterima periwayatan hadisnya. c. Hadis Munkar
11

Hadis mungkar adalah hadis yang pada sanadnya terdapat rawi yang jelek kesalahannya, banyak kelengahannya atau tampak kefasikannya. Lawannya dinamakan Maruf. d. Hadis Syadzdz Hadis Syadzdz adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang maqbul, yang menyalahi riwayat orang yang lebih utama darinya, baik karena jumlahnya lebih banyak atau lebih tinggi daya hapalannya.

1. Klasifikasi hadits berdasarkan gugurnya rawi a. Hadis Muallaq Muallaq menurut bahasa, adalah isim maful yang berarti terikat dan tergantung. Sanad seperti ini disebut Muallaq karena hanya terikat dan tersambung pada bagian atas saja, sedangkan bagian bawahnya terputus sehingga menjadi sesuatu yang bergantung pada atap dan yang semacamnya. Sementara itu, menurut istilah, hadis muallaq adalah hadis yang seorang rawinya atau lebih gugur dari awal sanad secara berurutan. Di antara bentuknya adalah bila semua sanad digugurkan dan dihapus, kemudian dikatakan, Rasulullah bersabda. .. atau dengan menggugurkan semua sanad, kecuali seorang sahabat atau seorang shabat tabiin. Contohnya: Bukhari meriwayatkan dari Al-Majisyun dari abdullah bin Fadhl dari Abu Salamah dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW. Bersabda : Janganlah kalian melebih-lebihkan di antara para nabi. Pada hadis ini, Bukhari tidak pernah bertemu Al-Mjisyun.
12

b. Hadis Mudhal Mudhal secara bahasa adalah sesuatu yang dibuat lemah dan lebih. Disebut demikian, mungkin karena para ulama hadis dibuat lelah dan letih untuk mengetahuinya karena beratnya ketidakjelasan dalam hadis itu. Adapun menurut istilah muhaditsin, hadis mudhal adalah hadis yang putus sanadnya dua orang atau lebih secara berurutan. Contohnya diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Marifat Ulum Al-Hadis dengan sanadnya kepada Qal-Qanabi dari Malik bahwa dia menyampaikan, bahwa Abu Hurairah berkata Rasulullah bersabda, Seorang hamba sahaya berhak mendapatkan makanan dan pakaian sesuai kadarnya dengan baik dan tidak dibebani pekerjaan, melainkan apa yang dia mampu mengerjakannya. Al-Hakim berkata, hadis ini mudhal dari Malik dalam kitab AlMuwatha. Hadis ini yang kita dapatkan bersambung sanadnya pada kita selain Al-Muwatha, diriwayatkan dari Malik bin Anas dari Muhammad bin Ajlan, dari bapaknya, dari Abu Hurairah. Letak keMudhalan-nya karena gugurnya dua perawi dari sanadnya, yaitu Muhammad bin Ajlan dan bapaknya. Kedua rawi tersebut gugur secara berurutan. c. Hadis Mursal Hadis mursal ialah hadis yang gugur sanadnya setelah tabiin. yang di maksud dengan gugurnya di sini ialah tidak disebutkannya nama sanadnya terakhir. Padahal sahabat adalah orang yang pertama menerima hadis dari rasululah SAW. Al-Hakim merumuskan hadis mursal dengan artinya hadis yang disandarkan langsung oleh tabiin

13

kepada Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Tabiin, baik termasuk tabiin kecil maupun tabiin besar. d. Hadis Munqati Para ulama berbeda pandangan dalam merumuskan defenisi hadis munqati, antara lain : 1. Hadis yang pada sanadnya terdapat seseorang perawi yang gugur atau pada sanadnya tersebut disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal namanya. 2. Hadis yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih atau pada sanadnya disebutkan nama seseorang yang tidak di kenal namanya 3. Hadis yang seorang perawihnya gugur sebelum sahabat pada satu tempat atau gugur dua orang perawinya pada dua tempat yang tidak berturut-turut. Dilihat dari segi persambungan sanadnya, hadis munqati termasuk dalam kelompok hadis dhaif. Dengan demikian, hadis ini tidak dapat dijadikan hujjah karena karena gugurnya seorang perawi atau lebih menyebabkan hilangnya salah satu syarat dari syarat-syarat sahih, yang berarti tidak memenuhi syarat hadis sahih. e. Hadis Mudal Hadis mudal ialah hadis yang gugur dua orang sanadnya atau lebih secara berturut-turut. Dalam pengertian yang lebih lengakap hadis mudal di rumuskan dengan hadis yang gugur dua orang perawinya atau lebih secara berturut-turut, baik gugurnya itu antara dengan tabiin atau dua orang sebelumnya. Dari segi pengertian di atas, jelas bahwa hadis hadis mudal berbeda dengan hadis munqati. Pada hadis mudal, gugurnya dua orang perawi terjadi secara berturut-turut, sedangkan pada hadis
14

sahabat

munqati , gugurnya dua orang perawi, terjadi secara terpisah (tidak berturut-turut).

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Hadis secara etimologis dapat diartikan kisah atau komunikasi. Sedangkan secara termologis hadis mempunyai makna yang banyak dari berbeda ulama. Namun,secara termologis hadis dibagi menjadi makna, yaitu luas dan sempit. Hais juga memiliki fungsi dalam kehidupan manusia salah satunya sebagai penafsir,pensyarah dan penjelas dari ayat-ayat Al-Quran tersebut. Selain itu, hadis dalam segi kualitas dibagi menjadi 3 tingkat. Dari kualitas yang paling tinggi adalah hadis shahih, hadis hasan dan yang terakhir hadis dhaif. 3.2 Saran Pada pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat memperoleh dan menguasai mata kuliah yang disampaikan agar dapat menerapkan hukum hukum islam dalam kehidupan sehari-hari.

15

DAFTAR PUSTAKA

Solahudin,M. agus. 2009. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia. http://agamaislam,hadis.wordpress.com/2008/11/14/

16

Anda mungkin juga menyukai