Anda di halaman 1dari 8

CINTA TAK TERDUGA

Lia melangkahkan kakinya dengan cepat di koridor kampusnya. Ia terlihat sangat terburu-buru. Sesekali ia melihat jam yang melekat dipergelangan tangannya. Langkah kakinya pun semakin cepat. Lia.... Sebuah suara tiba-tiba menyapa telinganya. Ia pun langsung menghentikan langkahnya. Mencari tau siapa pemilik suara tersebut. Ranto..... Desisnya pelan. Iya.. cepet banget sih jalanmu itu, aku kan capek ngejarnya..hehe. Ranto menghentikan langkahnya tepat di samping Lia. Ia tersenyum manis. Lia membalas senyum pria tersebut. Biasa aja deh perasaan, nih dah telat tau... Katanya kemudian kembali meneruskan langkah kakinya. Yaa elah, masih juga jam 9, toleransi keterlambatan kan 20 menit, buat apa terburu-buru seperti itu,. sahut Ranto seraya mengimbangi langkah gadis yang baru saja disapanya. Lia cuma diam. Tak menjawab sepatah katapun untuk pria yang berjalan di sampingnya. Lia memang terkenal sebagai seorang mahasiswi yang cerdas di kelas bahkan di kampusnya. Ia memilki pribadi yang ramah terhadap siapapun. Banyak pria di kelasnya yang secara langsung terus terang mengakui bahwa mereka mengaguminya. Tapi, semua itu hanya di anggap sebagai sebuah lelucon dan tak perlu di ambil serius olehnya. Kok diem? marah ya? Ah.. enggak, kenapa mesti marah? Ya kirain.. tapi nggak papa deh kalo kamu mau marah, soalnya kamu tuh kalo lagi marah keliatan lebih cantik, hehe.. hmm.. bisa aja

Lha.. aku serius tau, Iyakah? Iyalah.. ngapain aku bohong? Hmm.. makasih kalo gitu, Yaa.. kenapa sih kamu nggak mau jadi pacar aku? Haaha.. pacar mulu yang ada di pikiran kamu! Begitulah seterusnya. Mereka terus melangkahmenuju kelas serambi diselingi canda dan tawa. Ranto adalah salah satu mahasiswa yang begitu mengharapkan Lia dapat menjadi kekasihnya. Walau berkali-kali Ia ditolak, tapi Ia tak pernah lelah untuk megejar cinta gadis itu. I will never stop to love you, begitu semboyannya. Semboyan si Raja Gombal.

***** Berkali-kali Lia melirik sosok pria yang berada di pojok belakang ruangan kelasnya. Pria itu terlihat begitu cuek. Sikapnya dingin. Mungkin dinginnya es di kutub utara tak sedingin sikap Pria tersebut. Namanya Okta. Pria yang namanya dalam beberapa tahun ini masih melekat kuat di hati Lia. Drrrrrtt... drrrrrrtt....drrrrtt Sebuah getaran membuat Lia terpaksa mengalihkan lirikannya dari Okta. Diraihnya ponsel miliknya dari dalam tas. 1 Pesan Diterima. Begitulah tulisan yang tertera di layar handphonenya. Ngantuk yaaa? Hehehe..... Lia tersenyum membaca sms tersebut. Ia mengalihkan pandangannya ke orang yang mengiriminya sms tersebut. Ranto, Ia duduk berada tepat di samping Okta. Tangannyapun langsung melambai ke atas saat melihat Lia menoleh ke arahnya. Senyumnya terkembang.

Seandainya dia adalah Okta. Desahnya dalam hati, Lia memang begitu mencintai pria yang mempunyai nama Okta tersebut. Yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat Ranto. Namun, okta terlihat begitu cuek padanya, jangankan ngobrol, saat bertemu saja dia begitu angkuh untuk menyapa Lia. Hal tersebut memang sedikit melukai hati Lia. Tapi mau gimana lagi? Itu sudah menjadi sifat dasar Okta. Walaupun sebenarnya diam-diam mereka akrab, namun hal tersebut hanya berlangsung saat smsan saja. Lia tau cintanya kepada Oktabertepuk sebelah tangan. Bagi Okta, Lia hanyalah seorang teman, tak lebih dari itu. Setiap malam Okta selalu becerita tentang gadis yang dia suka kepada Lia. Hal itu secara tidak langsung jelas begitu menyanyat hati Lia. Butiran air mata selalu menemaninya di setiap malam. Lelah rasanya mencintai orang yang sama sekali tak mencintainya, namun entah mengapa Lia masih tetap bertahan dengan perasaannya itu, meskipun perih.

***** Nanti malam kamu ada acara? Tanya Okta yang tiba-tiba mengirimi Lia sebuah sms. Lia terperanjat kaget membaca sms tersebut. Ada apa ya tiba-tiba Okta tanya kayak gini?. Batinnya. Nggak ada ta, kenapa emangnya? Balasnya. Kalo nggak ada aku pingin ngajak kamu jalan, aku tunggu kamu di gerbang kampus setelah isya. Emangnya ada perlu apaan? Tumben kamu ngajak aku jalan? Cuma cowok pengecut yang mau nembak ceweknya lewat sms!! Deg! Entah mimpi atau bukan tapi isi sms tersebut membuat Lia tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia terperanjat kaget. Maksudnya apa? Mungkin itu yang ada dalam pikirannya. Apakah mungkin.. ahh, enggak.. aku rasa enggak, itu nggak mungkin banget.. nggak mungkin... Nggak mungkiinnnnn....

Teriakan Lia ternyata mengusik tidur Sifa, teman satu kamarnya di kost. Sifa terbangun dari tidur siangnya. Menoleh ke arah Lia yang masih menggenggam handphonenya. Apa sih li.. teriak-teriak nggak jelas gitu, ganggu orang tidur aja! Desah Sifa sebal. Oh ya maaf sif, aku tadi kaget aja.. Halah kamu tuh, ada apa sih emangnya? Hmm.. nggak ada apa-apa kok.. Yakin kamu? Iyaa.. Ranto ya? Ahh, bukann Ryan? Lia menggelengkan kepalanya. Okta? Lia terdiam. Nah lho, ketauan.. hayoo ada apa? Sifa menatap penuh perasaan curiga. Ahh, nggak ada apa-apa kok sif, udah ahh.. aku mau mandi. Jawab Liauntuk kemudian bangkit dan meraih handuknya dan berlalu dari dalam kamar. Sifa mendengus kesal. huhh.. dasar anehhh!. Katanya, kemudian kembali tidur.

***** Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Okta telah berada di gerbang kampus dengan motornya. Ia mengenakan celana jeans plus T-Shirt yang di lapisi jaket bertuliskan kata

LIVERPOOL FC di belakangnya. Ia meraih handphone dari saku celananya. Kemudian memulai untuk mengetik sebuah sms. Aku udah di dekat gerbang kampus, kamu kesini sekarang. Beberapa menit kemudian balasan sms pun datang. Iya, aku lagi on the way.. Dari kejauhan tampak seorang gadis melangkah sendirian menuju kearah Okta. Okta masih saja memperlihatkan sikap dinginnya. Tak ada senyuman yang menghiasi wajahnya. Udah dari tadi ya?. Tanya Lia membuka percakapan. Enggak kok, aku baru aja nyampai.. kita jalan sekarang? Hmm.. boleh. Okta mengangguk pelan. Ia memberikan sebuah helm berwarna putih kepada Lia. Lia menerimanya. Kemudian merekapun tancap gas, pergi menuju suatu tempat. Di perjalanan hati Lia benar-benar terasa tak karuan. Detak jantungnya begitu cepat. Ini adalah pertama kalinya Ia dan Okta pergi berdua. Ratusan pertanyaan masih saja terpampang rapi di otaknya. Mau apa sih okta?. Batinnya. Sesampainya di depan plaza... Mereka berdua berjalan beriringan memasuki plaza tersebut dan ini pun adalah yang pertama kalinya bagi seorang Lia. Perasaan Lia pun menjadi semakin tak menentu. Sedang Okta hanya bersikap biasa saja, seolah-olah Ia telah siap menerima segala yang nantinya akan terjadi kepadanya. Sikapnya tetap acuh tak acuh, dingin dan cuek. Kamu mau nggak jadi pacar aku? Deggg!! Lia menghentikan langkah kakinya. Darahnya seakan-akan seperti berhenti mengalir. Jantungnya pun seolah-olah berhenti berdetak. Segalanya seperti mimpi. Mulutnya terbungkam. kenapa?. Okta menatap Lia tajam.

Lia masih saja mematung. Ia masih belum percaya dengan apa yang di katakan seorang Okta.Pria yang selama ini secara diam-diam dia suka, dia cinta dan dia sayang berbicara seperti itu padanya. Pria yang dia kira tak pernah mencintainya tiba-tiba mampu berkata seperti itu padanya. Segalanya terasa seperti mimpi. Lia... Ahh, iya... kenapa diam? Kamu mau nggak jadi pacar aku? Haah? Kamu serius? Ya..gimana? Trus cewek yang sering kamu.... Cewek itu adalah kamu..

Aku? Iya kamu, gimana? Lia menundukkan kepalanya. Ia tak menyangka sama sekali. Tuhan menjawab segala doanya. Rasanya seperti mimpi. Tapi ini nyata. Orang yang dia cinta ternyata selama ini juga secara diam-diam pun mencintainya. Ah.. betapa bahagianya hatinya. Ia pun menatap mata Okta dengan berkaca-kaca. Iyaa.. aku mau ta, kita coba jalani yaa... jawabnya bahagia. Okta pun tersenyum. Dalam hatinya ia berteriak Yesssssss. Sungguh menjadi malam yang istimewa untuk Lia dan juga Okta. Bintang pun tersenyum menyaksikan dua insan tersebut yang mampu bersatu karena cinta. ***** Oktaaaaaaa.......

Ranto dan Ryan menatap Okta begitu tajam. Kenapa? Kamu....... Dengus Ranto. Tegaaaa kau !. Timpal Ryan. Salahku apa kawan? Ahh... teganya kau rebut neng Lia dariku? Ranto memperlihatkan ekspresi lebaynya. Neng Liaa.... oh neng Lia.... sungguh, hancur hatiku.. harapanku untuk dapat memilikimu sekarang tlah musnah!. Ryan menatap langit dengan wajah yang penuh rasa kecewa. Okta hanya terdiam melihat kedua sahabatnya itu bertingkah layaknya penyair yang handal. Baiklah kalo begitu, mulai detik ini aku serahkan Neng Lia padamu.. ku mohon, jaga dia untukku sob, jangan pernah sekalipun kau sakiti hatinya.. paham kau! Ranto menatap Okta antusias, selamat ya.. gua turut bahagia... sambungnya seraya menepuk pundak sahabatnya itu. Kau beruntung Ta, Lia cewek yang perfect! Sahut Ryan kemudian tersenyum. Okta hanya tersenyum menanggapi perkataan para sahabatnya. Dari jauh tampak Lia tengah berdiri menatap langit yang begitu cerah. Hatinya begitu bahagia. Ia sama sekali tak menyangka semua ini akan terjadi padanya. Dipejamkan matanya sejenak. Ia menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghelanya secara perlahan. Thanks God, Desahnya.
*****

Anda mungkin juga menyukai