Anda di halaman 1dari 4

Memanfaatkan dan Memberi Manfaat

Memperhatikan barisan judul di atas, kata manfaat menjadi kata yang terulang penulisannya. Banyak sekali interpretasi yang muncul ketika diucapkan kata manfaat. Tapi keragaman tersebut akan bermuara pada satu kesepakatan bahwa manfaat merupakan hasil suatu kegiatan yang dapat digunakan. Artinya buah dari sebuah proses atau tindakan disebut dengan manfaat. Jika dikaitkan dengan kehidupan manusia, kegiatan yang bersinggungan dengan manfaat pada dasarnya hanya dua, yakni menghasilkan manfaat dan menggunakan manfaat. Hal ini sangatlah erat kaitannya dengan ilmu ekonomi yang membagi kegiatan ekonomi dalam dua aspek juga, yakni produksi dan konsumsi. Produksi sebagai penghasil manfaat dan konsumsi sebagai pengguna manfaat. Sedangkan distribusi hanyalah mentrasfer manfaat dari satu pihak ke pihak lain sehingga untuk aspek ini, sementara ini tidak masukd alam pembahasan. Kedua jenis kegiatan sebenarnya tidak ada masalah dalam urusan halal haram. Tapi dalam tuntunan hidup kita jika ingin jadi manusia terbaik, haruslah bisa memberikan dan menebar manfaat kepada manusia dan sekitar alam. Pengaruh dari tuntunan tersebut tidak hanya dirasakan di alam akhirat, melainkan juga di alam dunia yang saat ini kita tempati. Berbicara urusan dunia, lihatlah perkembangan di negeri Cina. Negara tersebut memiliki pertumbuhan yang sangat dasyat dan spektakuler. Pada kuartal pertama tahun 2010, ekonomi mereka tumbuh 11,9% dan kuartal kedua tumbuh 10,3%. Angka tersebut merupakan angka yang real karena ekonomi Cina tumbuh dengan kemampuan produksi barang dan jasa mereka

yang luar biasa. Mereka mampu menyediakan kebutuhan barang dan jasa dunia, mulai dari sektor mesin produksi, makanan, kendaraan, alat elektronik, perabotan, mainan anak-anak, keramik, dan banyak lagi. Artinya mereka mampu berperan sebagai pemberi manfaat lebih banyak dibanding perannya pengguna manfaat. Negara-negara maju lainnya yang sudah mapan juga membuktikan bahwa sebagai pemberi manfaat akan merasakan kejayaan ekonomi di dunia. Sebutlah Jerman, Inggris, dan Jepang dengan produk otomotif dan elektroniknya yang berkualitas tinggi, Prancis dan Amerika dengan produk pesawat terbangnya, Negara-negara Arab dengan minyaknya, Malaysia dan Thailand yang mampu memaksimalkan daya guna kekayaan alaminya seperti beras, karet, dan buah-buahan..Dan berbicara gaya hidup mereka pun sesuai dengan kemampuan ekonominya. Mereka tampak hidup berkecukupan dan mudah mendapatkan segalanya di dunia, sekali lagi karena mereka bekerja keras untuk menjadi pihak pemberi manfaat. Apa yang terjadi dengan negara kita? Hampir semua sektor kita menjadi pengguna manfaat alias konsumen sejati. Negara kita seakan tidak belajar dari kemajuan negara lain untuk mengubah paradigma ekonomi kita agar menjadi produsen bagi negeri sendiri. Bahkan beberapa masyarakat yang terpelajar sekalipun berfikir bahwa kalau bisa dengan membeli, buat apa kita membuat. Kondisi ini juga diperparah dengan mindset konsumerisme yang sangatlah akut, bahkan hingga menjangkiti orang yang kurang mampu. Kita mencoba menghibur diri dengan menampilkan keglamouran layaknya kehidupan modern kota Tokyo untuk menutupi kebobrokan pendapatan perkapita kita yang sangatlah ndeso. Masifnya budaya konsumerisme diakui kedigdayaannya begitu rendahnya masyrakat untuk berkarya di dunia dalam

entrepreneurship. Rasio entrepreneur di Indonesia pada tahun 2009 hanya 0,18% atau hanya berjumlah 440.000 jiwa yang seharusnya minimal suatu negara memiliki 2 persen entrepreneur dari jumlah penduduknya. Tidak sedikit orang miskin yang kesana-kemari mengantongi Handphone canggih yang dalam fikirannya bingung besok mau makan apa. Tidak jarang juga di rumah-rumah mereka bergentayangan alat elektronik canggih tapi selalu kesulitan ketika membayar tagihan atau cicilan pembayarannya. Tengoklah kembali sejenak ke negara India. India saat ini sudah mengubah wajah mereka dari negara miskin yang kumuh perlahan menjadi Negara dengan kekuatan eknomi yang patut diperhitungkan. Lihatlah produk otomotif mereka seperti Tata Motor dan Bajaj. Sektor lainnya, mereka memiliki jaringan rel kereta api terbesar kedua di Asia, yakni 63.000 km. Gerak ekonomi mereka saat ini sudah tidak berkutat pada pertanian dan perkebunan, tapi sudah merambah ke industri informasi, konstruksi, pertambangan, perfilman dan petroleum yang perlahan dikelola sendiri. Bahkan teknologi militer mereka terutama pengembangan nuklir sudah mampu membuat Amerika dan antek-anteknya was-was. Yang lebih hebat, gaya hidup mereka juga sesuai dengan pendapatan perkapaita mereka yang tidak berbeda jauh dengan Indonesia. Mereka masih senang dengan hidup sederhana dan bangga dengan porduk mereka meskipun masih kalah kualitas dengan produk luar. Jumlah penduduk miskin di sana sebenarnya juga masih terbilang banyak tapi orang dengan tingkat ekonomi menengah jumlahnya kini mulai bertambah. Artinya kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin berkurang. Dua fakta tentang arti penting sebagai pemberi manfaat harus dapat kita resapi betul. Dan ketika kita melihat kembali realita hidup yang bergerak sangat cepat haruslah kita sikapi

untuk segera menentukan pilihan. Apakah kita mau menjadi pemberi manfaat (produsen) atau pengguna manfaat (konsumen). 12 tahun melewati awal euforia reformasi telah kita lalui dengan kebimbangan untuk menjadi pemberi manfaat dan merusak keadaan dengan budaya konsumerisme yang terus menjamur. Ketika seluruh elemen bangsa, pemerintah, aparatur negara, pengusaha, pendidik, dan masyarakat tidak mensamakan visi untuk menjadi Indonesia sebagai produsen pada beberapa sektor yang kita sebenarnya sanggup melakukannya maka kehancuran jilid dua akan menghampiri kita. Utang negara terus membesar hingga senilai 1.500 triliun Rupiah dan yang jatuh tempo pada tahun 2009 sebesar 100 triliun Rupiah akan menjadi saksi kehancuran ekonomi.

http://www.ciputra.org/node/1006/raja-properti-dr-hc-ir-ciputra-tularkan-entrepreneurship-dimakassar.htm http://bisnis.vivanews.com/news/read/30648-utang_indonesia_jatuh_tempo_rp_100_triliun http://sosbud.kompasiana.com/2010/07/23/gaya-hidup-sederhanakenapa-tidak/ http://musakazhim.wordpress.com/2008/02/10/mobil-culun-india-rp-20-jutaan/ http://www.rimanews.com/read/20101105/5045/perspektif-rizal-ramli-membenahi-kompleksitasmasalah-jakarta http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/07/100715_chinagrowth.shtml

Anda mungkin juga menyukai