Anda di halaman 1dari 6

MENGENALKAN DAN MEMAHAMI MAJAS-MAJAS PERTAUTAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA A.

DASAR PEMIKIRAN Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Dikutip dari Mohammed Sabeni (2008), J.Cooper dan D.W. Allen ( 1971, h. I ) mengatakan bahwa Pengajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang. Bentuk pengajaran disederhanakan, guru hanya memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek. Pengajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja diselenggarakan dalam bentuk mikro. Membahas tentang pengertian pengajaran mikro, sejarahnya, rasional, penggunaan pengajaran mikro dan efektivitas pengajaran mikro, serta rangkuman penelitian. Maka, dengan memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara akurat. B. LANDASAN PEMIKIRAN Tugas mata kuliah Berbicara Lanjut 2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS. C. NAMA KEGIATAN Micro teaching atau pengajaran mikro. D. BENTUK KEGIATAN Ceramah Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam bentuk simulasi belajar

mengajar (KBM) dalam kelas dengan pengajar, yaitu: Nama NIM Prodi Fakultas : Yusuf Muflikh Raharjo : K1210064 : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

E. SASARAN KEGIATAN Seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS angkatan 2010. F. TUJUAN KEGIATAN Penyusunan proposal ini memiliki tujuan diantaranya: 1. Memenuhi tugas mata kuliah Berbicara Lanjut 2 dengan dosen pengampu Dra. Suharyanti, M.Pd. 2. Melatih keterampilan berbicara di depan kelas ketika mengajarkan materi. G. WAKTU DAN TEMPAT Hari, tanggal Waktu Tempat : Selasa, 27 September 2011 : 08.45 WIB : Gedung E FKIP UNS

H. SUSUNAN KERANGKA MATERI (Terlampir) I. SUSUNAN MATERI (Terlampir)

J. PENUTUP

Demikian proposal ini penulis buat sebagai bahan acuan dan kerangka dasar demi terlaksananya kegiatan micro teaching tersebut. Atas perhatian Ibu, penulis ucapkan terima kasih.

Lampiran I SUSUNAN KERANGKA MATERI Mengenalkan majas-majas pertautan: a. Metonimia b. Sinekdok: pars pro toto dan totem pro parte c. Eufimisme

Lampiran II SUSUNAN MATERI Majas pertautan adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang dapat diwakilkan dengan objek lain di dunia. Majas pertautan terdiri atas: 1) Majas Metonimia, 2) Majas Sinekdok, dan 3) Majas Eufimisme. 1. Majas Metonimia Majas Metonimia adalah majas yang menyatakan suatu hal atau keadaan dengan menggunakan nama merk barang tertentu. *Contoh: Ia membawa Gadis. Ayah pergi ke kantor naik Kijang. Kakak menghisap Djarum di belakang rumah. 2. Majas Sinekdok a. Pars pro toto Majas yang menyebut sebagian dari benda tetapi yang dimaksud keseluruhannya. *Contoh: Sudah lama ia tidak kelihatan batang hidungnya. Tiap kepala diiwajibkan membayar iuran Rp50.000,00. b. Totem pro parte Majas yang menyebut keseluruhan dari benda atau hal tetapi yang dimaksud hanya sebagian. *Contoh: Solo berhasil mengugguli Semarang dalam pertandingan kemarin.

3. Majas Eufimisme Majas Eufimisme adalah majas yang menggunakan kata-kata lebih halus atau sopan untuk menggantikan sesuatu yang dianggap tabu atau kasar. *Contoh: Ia sudah hilang ingatan. Setiap jam, ia izin ke belakang. Anak Pak Amir memiliki keterbelakangan mental.

Anda mungkin juga menyukai