Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan cabang ilmu yang harus dikuasai dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak mungkin terjadi secara instant melainkan memerlukan usaha yang konsisten dan terus menerus. Salah satu misi pembangunan IPTEK 2025 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan kreatif dalam suatu peradaban masyarakat yang berbasis pengetahuan. Selain hidup semakin mudah, ternyata perkembangan IPTEK membawa bencana pada makhluk hidup (termasuk manusia itu sendiri yang mengembangkan IPTEK). Padahal kemajuan IPTEK seharusnya bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia. Tapi pada kenyataannya, perkembangan IPTEK justru disalahgunakan oleh si pengembang itu sendiri. Seperti pengembangan senjata biologis yang justru membawa kekacauan sosial pada kehidupan manusia. Selain itu, perkembangan senjata perang juga semakin mengancam keharmonisan kehidupan manusia. Misalnya bom yang mengandung fosfor putih (bom fosfor) yang pada beberapa tahun terakhir digunakan pasukan Israel menyerang rakyat Palestina. Sebenarnya bukan permasalahan bom yang digunakan, tetapi penempatan serangan bom itu sendiri yang mendapat kecaman dari rakyat Internasional. Padahal, penggunaan bom fosfor sudah dilarang dalam konvensi Jenewa. Selain itu, penggunaan bom fosfor juga tidak sesuai dengan sila II Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab karena memperlihatkan bahwa kita seperti makhluk yang tidak beradab dengan menyerang saudara-saudara kita dengan bom fosfor sehingga masalah ini perlu dibahas agar ditemukan penyelesaiannya demi terwujudnya kehidupan yang harmonis dalam bersosial.

B. BATASAN MASALAH Masalah yang akan dibahas pada makalah ini sebatas pada penggunaan bom fosfor yang tidak sesuai dengan sila kedua Pancasila serta peran yang bisa dilakukan sebagai mahasiswa (terutama mahasiswa fakultas teknik). C. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang akan dibahas yaitu : 1. Bagaimana sejarah bom fosfor? 2. Bagaimana perkembangan bom fosfor dari dulu hingga sekarang? 3. Mengapa bom fosfor dilarang? 4. Bagaimana hubungan antara penerapan sila II dengan pelanggaran dalam penggunaan bom fosfor? 5. Bagaimana reaksi masyarakat dunia terhadap kasus penggunaan bom fosfor? 6. Bagaimana seharusnya menggunakan senjata perang (ex. Bom fosfor) dalam kancah internasional? 7. Apa yang seharusnya dilakukan mahasiswa (terutama mahasiswa fakultas teknik) dalam menyikapi hal ini?

D. IDENTIFIKASI MASALAH Masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Sejarah, perkembangan, dampak bom fosfor bagi kehidupan 2. Nilai-nilai dari sila kedua Pancasila yang seharusnya diterapkan 3. Penyalahgunaan bom fosfor yang bertentangan dengan nilai-nilai sila kedua Pancasila 4. Solusi yang mampu menyelesaikan permasalahan kasus penyalahgunaan bom fosfor.

BAB II ISI A. SILA KEDUA PANCASILA Sila kedua Pancasila berbunyi, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pada sila ini terdapat kata kemanusiaan yang mempunyai kata dasar manusia dan masing masing mempunyai arti tersendiri : Manusia adalah sutau makhluk ciptaan Tuhan yang berindra dan berakal / animal rational / homo sapiens. Dalam agama Islam, manusia merupakan suatu makhluk hidup ciptaan Allah yang dibuat dari saripati tanah dan dikaruniai akal dan hawa nafsu. Kemanusiaan berarti kesadaran sikap dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai hidup manusiawi secara universal. Lalu, untuk mengetahui nilai-nilai hidup diperlukan pengetahuan tentang hakekat kodrat manusia. Hakekat kodrat manusia dibagi menjadi tiga yaitu : a. Susunan kodrat yang terdiri atas jiwa (akal, rasa, kehendak) dan raga (membutuhkan makanan, bernafas, dll) b. Sifat kodrat yang terdiri atas manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) dan biasanya disebut makhluk monodualis. c. Kedudukan kodrat yang terdiri atas manusia sebagai makhluk yang berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan. Menurut Notonagoro, penelmaan dari watak dan tingkah laku manusia disebut Empat Tabiat Saleh yaitu : Watak penghati-hati/kebijaksanaan, yaitu melakukan perbuatan-perbuatan atas dorongan kehendak untuk kebaikan, berdasar putusan akal untuk kebenaran dan selaras dengan rasa kemanusiaan untuk keindahan kejiwaan. Watak kesederhanaan, yaitu menekan pelampauan batas dalam hal kemewahan/suka Watak keteguhan, yaitu menekan pelampauan batas dalam hal susah/duka Watak keadilan, yaitu kemampuan untuk memberi kepada diri sendiri dan

orang lain secara semestinya yang menjadi haknya Empat Tabiat Saleh ini membawa pada pendidikan diri sendiri/didik mawas diri yang menjawab pertanyaan : Apa yang sudah dilakukan untuk diri sendiri, sesama dan Tuhan? Apa yang belum pernah dilakukan? Apa yang seharusnya dilakukan? Apa yang tidak seharusnya dilakukan?

Sila Kedua Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab terdapat kata keadilan dan beradab. Keadilan yang berasal dari kata adil yang mempunyai arti memperlakukan dan memberikan sebagai rasa wajib sesuatu hal yang telah menjadi haknya terhadap diri sendiri, sesama manusia dan Tuhan. Beradab berarti bersikap, bertindak dan berkeputusan dengan dasar pertimbangan nilai-nilai moral yang berlaku dalam kehidupan bersama sehingga bisa membedakan antara nilai baik dan nilai buruk. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa arti dari Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan suatu hal sebagaimana mestinya. B. BOM FOSFOR 1. Sejarah dan Perkembangan Fosfor merupakan suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 15 pada Tabel Sistem Periodik Unsusr. Kata fosfor berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu phosporus karena mempunyai sifat phosphorescence yaitu dapat berpendar dalam gelap. Unsur fosfor ditemukan pada tahun 1669. Biasanya fosfor ditemukan dalam bentuk alotropik berwarna putih, kuning, violet, merah, hitam bahkan bening. Kadang juga dijumpai dalam bentuk seperti lilin putih padat maupun bening. Alotropi dari unsur fosfor digunakan dalam pembuatan bom fosfor putih. Phosporus putih dapat menghasilkan kebakaran dan asap. Fungsi utama dari bom fosfor adalah untuk menghasilkan asap pelindung yang

akan melindungi gerakan dari pandangan musuh, atau agar asal tembakan tidak terlihat oleh musuh. Fosfor putih atau White Phosporus (WP) dapat menghasilkan asap dengan cepat begitu meledak. Saat ini, fosfor putih selain digunakan dalam pembuatan bom fosfor, juga dimasukkan dalam peluru, tank, rudal, misil dan senjata perang lainnya. Bom fosfor sudah digunakan sejak Perang Dunia I (PD I) dan walaupun sudah ada aturan penggunaannya yaitu Konvensi Jenewa IV tahun 1949, penyalahgunaan bom fosfor masih tetap dilakukan hingga sekarang. 2. Aturan Penggunaan Dalam menggunakan bom fosfor sebagai senjata perang, pada Konvensi Jenewa IV tahun1949 sudah diatur mengenai hal itu. Dalam konvensi Jenewa pun dijelaskan bahwa obyek yang dapat diserang dalam suatu konflik internasional adalah obyek militer dan combatan (orang yang terjun langsung dalam perang). Jatuhnya korban sipil dan sasaran serangan terhap obyek sipil, termasuk berbagai infrastruktur dan obyek vital lainnya harus dihindari. Sehingga bom fosfor hanya boleh dipergunakan untuk menyerang musuh bukan untuk menyerang sipil. Penyerangan terhadap sipil dilarang sebab dapat menimbulkan kematian warga sipil padahal wara sipil seharusnya dilindungi sesuai dengan Konvensi Jenewa IV tahun 1949. 3. Dampak Bom fosfor mampu berpendar dalam gelap sehingga digunakan para prajurit perang sebagai layar asap penghalau pandangan dan bom di malam hari. Namun perlu diingat bahwa sifat fosfor yaitu mudah terbakar apabila terpapar dengan oksigen sehingga mampu menyebabkan luka bakar pada kulit manusia. Sifat fosfor yaitu akan terus membakar sehingga menyebabkan luka bakar yang sangat serius. Selain itu, radiasi dari bom fosfor akan menyebabkan kerusakan sel pada manusia. Karena dampak yang mengerikan inilah bom fosfor dilarang penggunaannya dalam penyerangan terhadap penduduk sipil. 4. Contoh Kasus Penyalahgunaan

a. Kasus pertama, serangan Israel ke Jalur Gaza (27 Desember 2008 - 18 Januari 2009) Israel Akui Gunakan Bom Fosfor Ini pengakuan tidak langsung Israel bahwa mereka telah melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza. Kemarin (1/2) Negeri Yahudi itu mengumumkan bahwa dua petinggi militer mereka, Brigadir Jenderal Eyal Eisenberg dan Kolonel Ilan Maalka, dinyatakan bersalah karena menyetujui penggunaan bom fosfor putih saat menyerang Bait Lahiya, sebuah area padat penduduk, pada 17 Januari 2009. Serangan Israel ke Gaza berlangsung 22 hari, antara 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Gempuran membabi buta Israel dalam serangan yang diberi tajuk Operation Cast Lead tersebut mengakibatkan sekitar 1.500 warga Gaza tewas. Sumber : http://www.jambi-independent.co.id Komentar : Prinsip pertama, harus ada pembedaan (distinction) combatan (orang yang terlibat langsung dalam perang, misalnya tentara bersenjata masing-masing pihak) dengan non-combatan (misalnya penduduk sipil) dalam konflik bersenjata. Dalam hal ini Israel melanggar konvensi Jenewa IV, tentang pembedaan penduduk sipil dengan para pejuang. Kedua, prinsip kebutuhan militer (military necessity). Dalam konvensi Jenewa pun dijelaskan bahwa obyek yang dapat diserang dalam suatu konflik internasional adalah obyek militer dan combatan. Jatuhnya korban sipil dan sasaran serangan terhap obyek sipil, termasuk berbagai infrastruktur dan obyek vital lainnya harus dihindari. Namun, kenyataannya, Israel turut menyerang berbagai obyek sipil termasuk sekolah, rumah sakit, rumah penduduk, jalan, pipa air, dan juga termasuk jaringan listrik. Terputusnya jaringan listrik di Palestina mengancam kelangsungan hidup bayi-bayi di sana karena risiko kedinginan (hypothermia). Ketiga, israel juga melanggar prinsip kemanusiaan (humanity).

Buktinya, terjadi penghambatan bantuan kemanusiaan seperti diungkapkan dr. H. M. Bambang Edi S, M. Kes, So. A ketua Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) cabang Yogyakarta. Terdapat hambatan yang cukup signifikan bagi upaya pertolongan kemanusiaan di perbatasan palestina dengan mesir. Ungkapnya. Padahal upaya pertolongan pertama kepada korban yang terluka harus segera dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya korban sipil yang berjatuhan (unnecessary victim). Prinsip keempat adalah pembatasan (limitation). Artinya, pihak konflik harus dapat membatasi risiko kerugian yang ditimbulkan, baik kerugian materi maupun non materi. Terkait prinsip ini,Israel melanggar protokol tambahan 1 konvensi Jenewa. b. Kasus kedua, serangan israel ke Lebanon, pada tahun 2006 Jacob Edery mengatakan dalam sidang parlemen pekan lalu, atas nama Menteri Pertahanan Amir Peretz, dia mengukuhkan bahwa senjata fosfor digunakan dalam konflik di Libanon. "Militer Israel menggunakan senjata fosfor dalam perang melawan Hizbullah terhadap sasaran-sasaran militer di medan terbuka," katanya. Sumber : http://www.bbc.co.uk Penggunaan Bom fosfor pada saat peperangan melanggar hukum humaniter internasional, khususnya pada Konvensi Jenewa 1949. Peperangan menggunakan bom fosfor putih melanggar konvensi Jenewa IV tentang perlindungan penduduk sipil. C. HUBUNGAN ANTARA SILA KEDUA PANCASILA DENGAN

PENYALAHGUNAAN BOM FOSFOR Sila Kedua Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab mengajarkan kita sebagai manusia untuk berlaku adil kepada diri kita sendiri, sesama manusia maupun kepada Tuhan. Berlaku adil berarti menghormati hak-hak orang lain. Tindakan penyerangan warga sipil Palestina dengan bom fosfor oleh pasukan Israel menunjukkan ketidaksesuaian dengan nilai-nilai Pancasila terutama pada sila Kedua. Sebab hal ini mengartikan

bahwa Israel tidak bisa berlaku adil terhadap rakyat Palestina. Berlaku beradab berarti sebagai manusia kita harus mempunyai adab sesama manusia. Namun penyerangan warga sipil Palestina dengan bom fosfor menunjukkan bahwa Israel bukanlah bangsa yang beradab dan tidak sesuai dengan nilainilai yang terkandung dalam sila kedua Pancasila. D. REAKSI MASYARAKAT DUNIA Karena penyerangan Israel ke warga sipil Palestine berkali-kali menggunakan bom fosfor menimbulkan kecaman keras dari beberapa negara di dunia. Bahkan masyarakat dunia sudah meminta Dewan Keamanan PBB untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun seperti hanya angin lalu, peringatan dari PBB tidak menghentikan serangan Israel ke Palestina dengan bom fosfor masih dilakukan hingga sekarang. E. PERAN MAHASISWA Sebagai mahasiswa teknik, sangat penting bagi kita menghargai ilmu pengetahuan. Namun, kita tidak boleh menyalahgunakan ilmu pengetahuan. Kita harus mempunyai komitmen bahwa kita akan mengembangkan ilmu pengetahuan hanya untuk kemaslahatan umat manusia bukan untuk menghancurkan manusia. Oleh sebab itu, dari kasus di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa ilmu pengetahuan bukanlah segala-galanya, tetapi kesejahteraan manusia harus dinomorsatukan.

BAB III

PENUTUP A. KESIMPULAN Israel melanggar konvensi Jenewa IV. Bom fosfor disalahgunakan oleh pihak Israel dalam peperangan melawan Palestina. Sehingga, banyak korban berjatuhan terutama dari kalangan sipil hal ini disebabkan oleh tidak adanya pembedaan penduduk sipil dengan para pejuang. Masyarakat dunia sudah meminta Dewan Keamanan PBB untuk menyelesaikan masalah tersebut, namun peringatan dari PBB tidak menghentikan serangan Israel ke Palestina. Mereka masih menggunakan bom fosfor hingga sekarang. B. SARAN Pihak PBB sebaiknya harus menindak lanjuti lebih tegas dengan cara memboikot Israel dari negara-negara lain. Sehingga, Israel tidak akan dapat berhubungan dengan negara lain. Mereka juga tidak dapat membeli produk import dari negara lain, juga tidak dapat mengespor produk buatan mereka. Dengan begitu sistem pemerintahan dan perekonomian Israel akan collapse. Dengan adanya pemboikotan ataupun senjata lainnya. terhadap Israel memungkinkan untuk penghentian serangan oleh Israel terhadap Palestina dengan bom fosfor

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai