Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA KEJENUHAN DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN JATIROTO KABUPATEN LUMAJANG Medya Hesti Wardhani1,

Andika Fisma Prayoga2


1

Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember tahun 2006, angkatan

tahun 2002
2

Mahasiswa

Jurusan Epidemiologi

dan

Biostatistika

Kependudukan

Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, email: fismabondowoso@yahoo.com.

ABSTRACT Background: Elementary school teacher is a person who teaching, guiding, instructing, training, and evaluating student at the elementary education. The performance decreased of the elementary school teacher is caused by burnout. Objective: The aim of this study was to find the correlation between burnout and the performance decreased of the elementary school teachers. Methods: This research was an analytical study with cross sectional approach. The sample of this study was 63 elementary school teachers from 186 populations of elementary school teachers in Jatiroto subdistrict, Lumajang regency chosen by purposive sampling technique. This research was analyzed using Rank spearman correlation with confidence interval 0,01. Results: Result shown that there was a relationship between performance and burnout of the elementary school teachers with p-value<0,001 and correlation -0,942. Conclusion: There was an opposite relationship between burnout and the performance of the elementary school teachers. Increasing of burnout level will be decreasing the performance level or otherwise. Base on this research, the education institution must be quickly response all of the problems around the teachers in order to tackling negative thing caused by the burnout and the teachers must beware to anything can caused burnout that can decreases their performance. Keywords: Elementary School Teacher, Burnout, Performance

PENDAHULUAN Guru adalah salah satu profesi pekerjaan yang bergerak di bidang pengajaran memiliki tugas dan tanggung jawab yang beragam, dituntut kualifikasinya yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, tugas belajar-mengajar yang efektif, dan penguasaan ruang lebih baik dalam bidang pengetahuan yang diajarkannya 1
(1)

. Dalam menjalankan

profesinya, guru seringkali mengalami kejenuhan sebagai akibat rutinitas kegiatan, beban kerja, dan lingkungan kerja yang kurang mendukung. Kejenuhan adalah rangkaian gejala keletihan emosi, depersonalisasi, dan perasaan sinis yang dialami oleh seseorang. Kejenuhan terjadi pada sebagian besar orang yang banyak memberikan pelayanan kemanusiaan, termasuk guru yang memberikan pelayanan pendidikan kepada para siswa di sekolah (2). Dalam sebuah studi yang dilakukan pada 66 guru SD di Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang, diperoleh hasil 57,58% guru SD mengalami kejenuhan tingkat sedang
(3)

. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan

pada 51 guru SD di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang juga diperoleh hasil bahwa 62,75% guru SD mengalami kejenuhan tingkat sedang. Survei pendahuluan juga menemukan adanya penurunan kinerja guru SD di Kecamatan Jatiroto. Penurunan kinerja tersebut ditandai dengan berkurangnya kemampuan guru dalam melakukan proses belajar-mengajar dan keterampilan, banyak guru yang mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kurangnya kedisiplinan guru, serta sedikitnya prakarsa dan inisiatif para guru untuk menggunakan metode dan bahan ajar yang baru. Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kejenuhan dengan kinerja guru SD di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang dengan pendekatan Daftar Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3). METODE Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang pada tanggal 4-29 September 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru SD di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang sebanyak 186 orang. Dengan rumus Snedecor dan Cochran diperoleh sampel sebesar 63 orang
(5) (4)

. Teknik

sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik sampling dengan memperhatikan beberapa pertimbangan . Pertimbangan tersebut

adalah jenis kelamin dan lama masa kerja responden. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah responden masih aktif bekerja sebagai guru SD di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, mengajar di SD negeri, berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani formulir informed consent. Sedangkan kriteria eksklusi adalah responden sudah pensiun, mengajar di SD swasta, berstatus guru honorer atau kepala sekolah, dan tidak menandatangani formulir informed consent. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kejenuhan yang terdiri dari tiga indikator yaitu keletihan emosi, depersonalisasi, dan prestasi pribadi. Kejenuhan diukur dengan kuesioner yang terdiri dari 22 pernyataan dengan skor 0 sampai 6 untuk setiap pernyataan, bergantung pada seberapa sering responden mengalami hal yang ditunjukkan dalam setiap pernyataan. Skor 0 menunjukkan responden tidak pernah mengalami peristiwa yang ditunjukkan pernyataan dan skor 6 menunjukkan responden mengalami peristiwa yang ditunjukkan pernyataan setaip hari. Pernyataan nomor 1-9 adalah pernyataan yang berhubungan dengan keletihan emosi, apabila responden mendapat skor lebih dari sama dengan 30 maka responden mengalami tingkat kejenuhan tinggi, skor 18-29 menunjukkan responden mengalami kejenuhan sedang, dan 0-17 menunjukkan responden mengalami tingkat kejenuhan rendah.

Pernyataan nomor 10-14 berkaitan depersonalisasi dengan skor lebih dari sama dengan 12 mengindikasikan bahwa responden mengalami tingkat kejenuhan tinggi, skor 6-11 menunjukkan tingkat kejenuhan sedang, dan skor 0-5 menunjukkan tingkat kejenuhan rendah. Untuk pernyataan nomor 15-22 adalah pernyataan tentang prestasi pribadi. Responden yang mendapat skor 0-33 untuk indikator ini menunjukkan bahwa responden menderita tingkat kejenuhan tinggi, skor 34-39 untuk tingkat kejenuhan sedang, dan skor lebih dari sama dengan 40 mengindikasikan tingkat kejenuhan rendah pada responden. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kinerja yang terdiri dari tujuh indikator yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, dan prakarsa. Variabel terikat ini diukur dengan pendekatan DP-3

yang terdiri dari 32 pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan, responden mendapat skor 3 apabila menjawab (a), 2 apabila menjawab (b), dan 3 apabila menjawab (c). Skor total diperoleh dari penjumlahan skor di setiap pertanyaan dengan kategori kinerja baik apabila mendapat skor 76-96, kinerja sedang dengan skor 54-75, dan kinerja buruk jika mendapat skor 32-53. Data pada penelitian ini diperoleh dengan wawancara langsung pada responden dengan instrumen kuesioner bentuk tertutup dan terbuka. Data tersebut dianalisa menggunakan teknik korelasi Rank spearman karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat dengan skala data ordinal
(6)

. Software yang digunakan pada

analisa data adalah Statistical Product for Service Solution (SPSS) dengan tingkat kemaknaan 1%. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Penelitian Pada tabel 1 diketahui bahwa responden terbanyak berusia 41-46 tahun dengan jumlah 25 orang (39,68%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 43 orang (68,25%). Pendidikan responden terbanyak adalah Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dengan jumlah 26 orang (41,27%). Mayoritas responden (92,06%) memiliki masa kerja lebih dari lima tahun dan responden yang berstatus wali kelas sebanyak 33 orang (52,38%).

Tabel 1. Deskripsi Responden Penelitian


Karakteristik Responden Umur 23-28 29-34 35-40 41-46 47-52 53-58 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SMA SPG SGO Diploma Sarjana Masa Kerja 5 tahun > 5 tahun Status Kedinasan Guru Pengajar Wali Kelas Sumber: Data Primer Terolah, 2006 30 33 47,62 52,38 5 58 7,94 92,06 1 26 1 10 25 1,59 41,27 1,59 15,87 39,68 20 43 31,75 68,25 3 5 5 25 15 10 4,76 7,94 7,94 39,68 23,81 15,87 N %

2. Tingkat Kejenuhan dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang Tahun 2006 Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa 39 responden (61,91%) mengalami tingkat kejenuhan sedang. Responden yang mengalami tingkat kejenuhan tinggi hanya 2 orang (3,18%). Dari 63 orang responden, 40 orang

diantaranya memiliki tingkat kinerja baik dan tidak ada yang memiliki kinerja buruk.
Tabel 2. Tingkat Kejenuhan dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang Tahun 2006
Variabel Kejenuhan Tinggi Sedang Rendah Kinerja Tinggi Sedang Rendah Sumber: Data Primer Terolah, 2006 23 40 0 36,51 63,49 0 2 39 22 3,18 61,91 34,92 N %

Berdasarkan indikator keletihan emosi, depersonalisasi, dan prestasi pribadi dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden mengalami kejenuhan tingkat sedang. Kejenuhan sedang tersebut dapat dilihat dari banyaknya guru SD yang membolos, enggan mengajar, sering marah-marah, merasa putus asa, letih, dan bosan akibat rutinitas sehari-hari. Bahkan ada juga guru yang berkeinginan untuk beralih profesi. Kejenuhan yang dialami seorang pekerja yang bergerak di bidang pelayanan kemanusiaan seperti guru jika tidak segera diatasi, maka kejenuhan akan mengendap sehingga dapat merusak kualitas kerja serta mengganggu secara psikologis yang pada akhirnya dapat menghambat kinerja seseorang dan menurunkan produktivitas karyawan
(7)

. Kejenuhan ini berbanding lurus

dengan keletihan emosi dan depersonalisasi. Keletihan emosi yang muncul pada guru diakibatkan adanya reaksi terhadap harapan dan tujuan yang tidak realistis terhadap perubahan yang diinginkan, adanya pekerjaan atau tugas yang mempunyai tuntutan interaksi emosional konstan serta adanya tujuan jangka panjang yang sulit dicapai
(8)

Depersonalisasi (kurang menghargai

orang lain) pada guru SD ditunjukkan dengan sikap acuh terhadap siswa atau

orang lain dan ketidakpekaan terhadap sekolah. Rasa depersonalisasi ini akan bertambah jika semua komponen di sekolah merasa masa bodoh dengan permasalahan guru lain. Namun, kejenuhan ini berbanding terbalik dengan prestasi pribadi
(8)

. Adanya prestasi pribadi membuat guru yang bersangkutan

lebih objektif dalam memilah-milah kasus atau permasalahan yang ditemui. Kinerja guru SD di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang

kebanyakan termasuk sedang. Kinerja tersebut mengalami penurunan karena di lapangan guru mendapatkan pekerjaan yang lebih sulit daripada yang mereka bayangkan, serasa bernasib buruk, dan tidak adanya bantuan dari rekan kerja maupun kepala sekolah. Sarana dan prasarana yang tidak lengkap juga turut menyebabkan turunnya kinerja guru SD sehingga mereka tidak dapat mengembangkan kreativitasnya untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar. Kinerja guru tergantung dari faktor-faktor kebutuhan seperti kebutuhan rasa aman, fasilitas, gaji, kondisi lingkungan kerja yang kondusif, rasa ingin diakui dan dihargai, serta faktor pribadi guru (1,9). 3. Hubungan Antara Kejenuhan dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang Tahun 2006 Tabel 3 menjelaskan hubungan antara tingkat kejenuhan dengan kinerja responden. Dari tabel tersebut diketahui 38 responden (60,32%) memiliki tingkat kejenuhan sedang dan tingkat kinerja yang juga sedang. Semua responden yang memiliki tingkat kejenuhan rendah memiliki kinerja yang tinggi.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kejenuhan dan Kinerja Dengan Pendekatan DP-3, Nilai Signifikansi, dan Koefisien Korelasi
Tingkat Kinerja Rendah Tingkat Kejenuhan Sedang Tinggi Nilai Signifikansi % 0 3,18 0 <0,001 -0,942 Koefisien Korelasi

N Tinggi Sedang Rendah 22 0 0

% 34,91 0 0

N 1 38 0

% 1,59 60,32 0

N 0 2 0

Sumber: Data Primer Terolah, 2006

Berdasarkan hasil uji Rank spearman, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kejenuhan dan kinerja guru SD di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang dengan nilai signifikansi <0,001. Nilai korelasi antara kedua variabel tersebut adalah -0,942 yang menunjukkan adanya korelasi negatif. Menurunnya kejenuhan dapat meningkatkan kinerja, sebaliknya meningkatnya kejenuhan juga dapat menurunkan kinerja (6). Kejenuhan berpengaruh terhadap kinerja. Pegawai yang mengalami kejenuhan akan memiliki kinerja yang lebih buruk daripada yang tidak mengalami kejenuhan. Penurunan kinerja ini dapat dilihat dari semakin menurunnya kemampuan dan keterampilan seseorang, pencapaian hasil kerja yang tidak sesuai target, penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu dan juga terjadi kegagalan-kegagalan lebih lanjut
(10)

. Pegawai yang bergerak di bidang

pelayanan kemausiaan seperti guru jika mengalami kejenuhan maka dapat menyebabkan penurunan kinerja misalnya penurunan kemampuan diri, kurangnya disiplin kerja, tidak dapat mengerjakan sesuatu dengan baik dan benar, penyelesaian tugas tidak tepat waktu, dan pencapaian hasil kerja tidak sesuai harapan (11). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil adalah 1) Terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi negatif antara kejenuhan dan kinerja guru SD di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang melalui pendekatan DP-3, 2) Tanda-tanda kejenuhan pada guru SD dapat dilihat dari banyaknya guru SD yang membolos, enggan mengajar, sering marah-marah, merasa putus asa, letih, bosan akibat rutinitas sehari-hari, dan adanya keinginan untuk beralih profesi, 3) Tanda-tanda penurunan kinerja pada guru adalah adanya penurunan kemampuan diri, kurangnya disiplin kerja, tidak dapat mengerjakan sesuatu dengan baik dan benar, penyelesaian tugas tidak tepat waktu, serta pencapaian hasil kerja tidak sesuai harapan.

Saran Saran yang bisa disampaikan berdasrkan hasil penelitian adalah 1) Instansi pendidikan diharapkan cepat berespon terhadap munculnya

permasalahan yang menimpa guru agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar, memberikan evaluasi dan masukan dari berbagai aspek terhadap kegiatan belajar mengajar, 2) Guru diharapkan dapat mengenali tanda-tanda kejenuhan secara dini dan menghindari kejenuhan, bersikap terbuka kepada rekan kerja, kepala sekolah, dan instansi-instansi terkait untuk pemecahan masalah, dan memanajemen waktu dan pekerjaan dengan baik agar tidak terjadi penumpukan pekerjaan, 3) Penelitian lanjutan dengan pendekatan yang lebih spesifik dan mengarah pada tugas-tugas pokok guru. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Nimal Baroya dan segenap dosen bagian Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember yang telah memberi bimbingan sehingga paper ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Medya Hesti Wardhani selaku pemilik skripsi yang telah dijadikan paper ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang, seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini, dan pihak-pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penelitian ini.

10

DAFTAR PUSTAKA
1. Supeno H. Potret Guru. Cetakan VII. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 1995.

2. Sutjipto. Apakah Anda Mengalami Burnout [serial online] http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/sutjipto.htm. (diakses 12 Desember 2005. 2001. 3. Abdillah I. Hubungan Kejenuhan Dengan Kekebalan Stres Pada Guru Sekolah Dasar di Wilayah Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang Tahun Ajaran 2003/2004. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jember. 2004. 4. 5. 6. 7. Budianto E. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC; 2003. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002. Nazir M. Metode Penelitian. Cetakan V. Jakarta: Ghalia Indonesia; 2003. Noehi N. Guru dan Problematikanya. Jakarta: Rineka Cipta; 1994.

8. Fabella A T. Anda Sanggup Mengatasi Stres. Jakarta: Indonesia Publishing House Offset; 1993. 9. Sahertian P A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cetakan I. Jakarta: Rineka Cipta; 2000. 10. Schuler R. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 1996. 11. Fullan M G, Suzanne S. The Meaning of Educational Change. Columbia University: Teacher College Press; 1999.

Anda mungkin juga menyukai