Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penyakit ginjal kronik telah menjadi ancaman serius masyarakat baik di negara maju maupun di negara berkembang. NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) melaporkan angka kejadian penyakit ginjal kronik di amerika serikat antara tahun 1999 sampai 2006 sebanyak 26 juta jiwa atau 13% dari total penduduk Amerika Serikat1. Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun2. Menurut Survey PERNEFRI pada tahun 2009 terdapat 18 juta orang dewasa yang terkena penyakit ginjal kronis3. Etiologi yang mendasari CKD sangat beragam dan bervarisasi,

adapun penyebab terbanyak di negara berkembang dan negara maju saat ini salah satunya adalah diabetes melitus4. Berdasarkan data 50 penyakit utama di rawat jalan rumah sakit se-Indonesia tahun 2004 diabetes mellitus menempati peringkat ke tujuh dengan 326.462 kunjungan2. Kelebihan kadar glukosa darah pada glomelurus akan

mengakibatkan aktifasi berbagai jalur

yang menyebabkan terjadi

kerusakan pada glomelurus sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal secara progresif yang berujung pada gagal ginjal4. Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal irreversible yang memerlukan terapi ginjal pengganti berupa hemodialisis dan transplantasi ginjal yang menghabiskan biaya sangat banyak. Disamping itu, penyakit penurunan fungsi ginjal khususnya pada penderita diabetes melitus menimbulkan banyak komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas penderita. Untuk itu perlu dilakukan deteksi dini dan treatment awal yang tepat dalam mencegah progresivitas penurunan fungsi ginjal yang merupakan awal terjadinya penyakit ginjal kronik khususnya pada pasien diabetes.

Deteksi dini gagal ginjal kronik dapat ditegakkan dengan mengukur GFR (glomerular filtration rate). Adapun gold standard yang digunakan untuk mengukur GFR ialah Inulin and iothalamate I-125, namun penggunaan inulin membutuhkan biaya yang sangat besar dan prosedur pelaksaannya sangat rumit5. Melihat kenyataan ini, perlu alternatif lain dalam pencegahan penyakit ginjal kronis khususnya pada penderita diabetes, salah satu alternatif yang ditawarkan pada karya tulis ini adalah pengobatan herbal dengan memanfaatkan meniran. Meniran atau Phyllantus sp. memilki kandungan zat berupa

quercetin dan ellagic acid yang salah satu fungsinya menghambat radikal bebas6. Radikal bebas memiliki peranan sangat penting dalam patogenesis penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes melitus4. Namun sayangnya mekanisme mengenai kerja dan efek kedua zat ini masih belum jelas. Oleh karena itu, disusunlah karya tulis yang berjudul Quercetin dan Ellagic Acid pada Meniran sebagai Harapan Baru Alternatif Pencegahan Penyakit Ginjal Kronis Pada Pasien Diabetes Melitus.

1.2

Rumusan Masalah 1. Apakah quercetin dan ellagic acid yang terkandung pada meniran terbukti mampu mencegah progresivitas penyakit ginjal kronik pada penderita diabetes? 2. Bagaimana mekanisme zat-zat tersebut dalam pencegahan

progresivitas penyakit ginjal kronik pada penderita diabetes?

1.3

Tujuan 1. Membuktikan quercetin dan ellagic acid yang terkandung pada meniran dalam pencegahan progresivitas penyakit ginjal kronik pada penderita diabetes. 2. Mengetahui zat-zat tersebut dalam pencegahan progresivitas penyakit ginjal kronik pada penderita diabetes.

1.4

Manfaat 1. Bagi Masyarakat y Sebagai terapi alternatif pencegahan penyakit ginjal kronik pada pasien diabetes. y Mengurangi biaya dalam pencegahan penyakit ginjal kronik pada pasien diabetes. 2. Instansi y Mengurangi mortalitas penyakit ginjal kronik pada pasien diabetes y Mengurangi morbiditas penyakit ginjal kronik pada pasien diabetes 3. Penelitian Selanjutnya y Dapat memacu penelitian lebih lanjut mengenai meniran dan efeknya terhadap penyakit ginjal kronis.

Anda mungkin juga menyukai