Anda di halaman 1dari 5

Kasus 2: Liputan6.

com, Denpasar: Pada pertengahan februari silam,Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, merawat Ni Wayan Suini, 27 tahun, yang didiagnosa menderita infeksi pembususkan usus akibat malapraktik aborsi. Pada waktu yang hampir bersamaan, dua pasien dengan keluhan yang sama dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Denpasar, Bali. Menurut Kepala Bidan RSUD Wangaya dokter Made Sudhana mengatakan kedua wanita ini menjadi korban malapraktik Arik Wiantara.

Berdasarkan laporan ini, Tim Direktorat Reserse dan Kriminal Kepolisian Daerah Bali membekuk dokter Arik beserta Pande Darmawan dan Susiati yang berperan sebagai calon pasien aborsi. Sebagai barang bukti, polisi menyita tiga unit tempat tidur, seperangkat alat kuret, alat sedot darah dan botol infuse.

Kepada polisi, I Ketut Arik Wiantara mengaku awalnya membuka praktik aborsi untuk menolong pasien yang tak ingin punya anak karena tekanan ekonomi. Namun tergiur keuntungan yang didapat, pria berumur 34 tahun ini memutuskan membuka praktik aborsi. Sejak membuka praktik aborsi empat tahun silam. Dia didatangi dua hingga empat pasien per hari. Pria kelahiran Munggu, Bandung, Bali, ini memasang tarif Rp 800 ribu sampai Rp 4 juta, tergantung usia janin. Kepada Made Pande Darmawan, Arik membayar Rp 200-300 ribu per pasien. Sedangkan Susianti dibayar Rp 100 ribu per orang.

Proses aborsi yang dilakukan Arik terbilang sembrono, jika tak boleh dikatakan mengerikan. Ditangannya janin keluar dari rahim dalam tempo setengah jam melalui operasi dengan pembiusan. Jika masih berupa gumpalan darah, Arik biasanya langsung menyerahkan kepada pasien untuk dibawa pulang. Bila sudah berwujud janin, biasanya di sembahyangi dulu kemudian dibungkus kantong plastic dan diserahkan ke pasien.

Arik Wiantara adalah seorang sarjana kedokteran gigi di Denpasar jebolan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati, Denpasar, Bali. Dia tercatat sebagai mahasiswa angkatan 2001 dan lulus pada tahun 2004. Semenjak duduk di bangku kuliah, dia mengaku sudah melakukan praktik aborsi terhadap puluhan pasien.

Pada 2003, dia juga sempat menjadi dokter di RS Wangaya. Selain itu, dia juga membuka praktik di rumahnya tanpa dilengkapi surat izin karena belum sepenuhnya menjadi dokter. Untuk mengelabuhi pasien, dia mencantumkan gelar Skg di papan nama yang diakuinya sebagai sarjana kandungan ginekologi. Padahal, dia hanya tercatat sebagai sarjana kedokteran gigi.

Dugaan penyalahgunaan izin praktik ini semakin jelas ketika Dinas Kesehatan Kota Denpasar melakukan audit internal ke sejumlah tempat praktik dokter. Hasil audit menunjukan Arik tidak mempunyai izin praktik dokter gigi.

Berdasarkan hasil analisis pada kasus diatas, Arik dan pasien aborsi jelas telah melakukan banyak pelanggaran perundang-undangan yaitu ketentuan yang mengatur masalah aborsi terdapat di dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Selain itu, Arik juga telah melanggar Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Perundang-undangan yang dilanggar oleh Arik yaitu: a. Pasal 73 UUPK (1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik. (2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang diberi kewenangan oleh peraturan

perundangundangan. Pelanggaran yang dilakukan oleh Arik dan pasien aborsi tersebut mengakibatkan dijatuhkannya sanksi pidana kepada Arik, pasien aborsi, serta pihak lain yang bersangkutan. Sanksi-sanksi pelanggaran tersbut antara lain termuat pada: a. Pasal 77 UUPK: Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan / atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). b. Pasal 78 UUPK: Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode, atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). c. Pasal 299 KUHP: (1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah; (2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga; (3) Jika yang bersalah,

melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu. d. Pasal 346 KUHP: Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun penjara. e. Pasal 347 KUHP: (1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas bulan; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. f. Pasal 348 KUHP: (1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. g. Pasal 349 KUHP: Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan itu dilakukan. h. Pasal 341 KUHP: Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. i. Pasal 342 KUHP: Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak

lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. j. Pasal 343 KUHP: Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana. k. Pasal 344 KUHP: Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. l. Pasal 345 KUHP: Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri. m. Pasal 346 KUHP: Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. m. Pasal 347 KUHP: (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. n. Pasal 348 KUHP : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Anda mungkin juga menyukai