Anda di halaman 1dari 31

TUGAS AKHIR SEMESTER

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN


Makalah: PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT MODERN DAN SEDERHANA

Nama: Mulyadi NIM: 50348

PROGRAM PASCA SARJANA KONSENTRASI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMASI DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua citacita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini

terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun isinya. Semua ini tidak lain adalah karena keterbatasan kemampuan penulis dalam hal referensi, waktu serta kemampuan dasar yang telah dimiliki. Karena itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun untuk lebih

menyempurnakan makalah penulis dilain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini

( masyarakat desa dan masyarakat kota ) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

50348 Mulyadi

Padang,

Desember 2011

Penulis

50348 Mulyadi

ii

DAFTAR ISI

COVER KATA PENGANTAR ...................................................................... ....................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judul ..................................................... B. Latar Belakang masalah .................................................. BAB II PEMBAHASAN A. Sekilas tentang definisi masyarakat............................... B. Masyarakat desa............................................................. C. Masyarakat kota ............................................................ D. Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa........................... E. Hubungan Desa dan Kota............................................... BAB III PENUTUP 1.....................................................................................Kesim pulan .............................................................................. 2.....................................................................................Saran -saran............................................................................. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................

50348 Mulyadi

iii

BAB I PENDAHULUAN
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah

sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih

abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubunganhubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai individu. Dari segi perlaksaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat atau tidak dibuat oleh kumpulan orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama dalam pengkajian sains sosial. Perkataan society berasal dari bahasa Latin societas,

perhubungan baik dengan orang lain. Perkataan societas diambil dari socius yang bererti teman, maka makna masyarakat itu adalah berkait rapat dengan apa yang dikatakan sosial. Ini bermakna telah tersirat dalam kata masyarakat bahawa ahli-ahlinya mempunyai kepentingan dan matlamat yang sama. Maka, masyarakat selalu digunakan untuk menggambarkan rakyat sebuah negara.

Pendidikan merupakan suatu proses, proses tersebut dapat berlangsung dimana dan kapan saja, tidak hanya dalam lingkungan yang formal seperti di sekolah atau kampus karena pendidikan tidak hanya sekolah atau kuliah. Perkembangan seseorang mulai dari kecil, remaja sampai dewasa, di sekolah, di masyarakat dan di rumah merupakan proses pendidikan yang menyeluruh. Setiap individu dalam masyarakat merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk mendukung dan melancarkan kegiatan pembangunan dalam masyarakat. Manusia sebagai individu,

sebagaimana kodratnya memiliki sifat baik maupun buruk. Sifat-sifat yang kurang baik inilah perlu dibina dan dirubah sehingga melahirkan sifat-sifat yang baik lalu dibina dan dikembangkan. Proses perubahan dan pembinaan tersebut disebut dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia diharapkan menjadi individu yang mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk secara mandiri meningkatkan meningkatkan taraf hiudupnya baik lahir maupun bathin serta warga

peranannya

sebagai

individu/pribadi,

masyarakat, warga Negara dan sebagai khalifah-Nya.

50348 Mulyadi

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Masyarakat Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang berarti kawan. Kata Masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk bentuk akhiran hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan B. Masyarakat Modern Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk eksploitasi kepada diri, sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola hubungan industri pribadi dan dengan birokrasi keluarga. modern Sehingga pada dalam

kebudayaan

umumnya,

dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari. Masyarakat modern mudah stres dan muncul penyakit-penyakit baru yang berkaitan dengan perubahan pola makanan dan pola kerja. Yang terjadi kemudian adalah dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan, karena dipacu oleh semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk modal. Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga,

munculah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang amat rendah Menurut Alex Inkeles manusia modern memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1. Menerima hal-hal baru 2. Menyatakan maupun luar. 3. Menghargai waktu. 4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian. 5. Percaya diri 6. Perhitungan 7. Menghargai harkat hidup orang lain 8. Lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. 9. Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan sesuai dengan prestasi yang diberikan. Dalam masyarakat sekarang / modern, pendidikan memegang peranan sangat penting penting dalam hal meningkatkan kecerdasan dan keterampilan. Dengan pengetahuan yang cukup tinggi, pendapat baik tentang lingkungannya sendiri

masyarakat akan mempunyai pandangan yang cukup luas, mampu mengantisipasi kehidupan masa mendatang dan melakukan perbaikan kehidupan dengan memperkenalkan norma social yang baru yang dapat menjawab tantangan masa mendatang. Jadi pengetahuanlah yang menjadi modal utama bagi masyarakat modern untuk tetap eksis dalam situasi dan kondisi peradaban modern.

50348 Mulyadi

Untuk mencapai tujuan tersebut mereka menyediakan fasilitas pendidikan formal mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi disamping pendidikan keterampilan khusus lainnya. Kelangsungan pendidikan ini diatur oleh pranata social baik pendidikan yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh swasta. Karena peranan pendidikan ini sangat vital dalam menentukan kehidupan masa mendatang, mendapat maka penyelenggaraannya masyarakat. sangat terpelihara dan

dukungan

Warga

masyarakat

modern

umumnya menikmati pendidikan sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah maupun tinggi. Peranan pendidikan keluarga tetap terpelihara dengan baik khususnya dalam membentuk kepribadian seseorang pengembangan pendidikan pengetahuan sekolahlah dan yang keterampilannya, makin sedangkan peranan berperan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan munculnya perubahan dalam dalam masyarakat masyarakat. maka Semakin banyak maju pula

perkembangan

semakin

keperluan yang harus dipenuhi.

B. Masyarakat Sederhana (Tradisiona) Sikap berpikir subjektif yang menyatukan dirinya dalam

memahami gejala yang timbul merupakan salah satu ciri masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sederhana. Masyarakat sederhana (tradisional) masih bersikap untuk berpikir secara massif (pola pikir

50348 Mulyadi

yang tidak objektif dan rasional) untuk menganalisis, menilai dan menghubungkan suatu gejala dengan gejala yang lain. Manusia yang hidup tradisional (sederhana) biasanya masih ditandai dengan sikap berpikir waktu analogis secara dengan subjektif mengadakan serta kurang

generalisasi,

penggunaan

mengenal waktu secara fisik. Masyarakat sederhana merupakan masyarakat yang kecil,

homogen, sangat terintegrasi, terasing, solidaritas kelompok yang tinggi, pembagian kerja yang sederhana, sebagian anggota

masyarakat memiliki pengetahuan dan perhatian yang sama dan biasa dengan pemikiran, sikap-sikap dan aktivitas dari seluruh anggota masyarakat. Komuniktas masyarakat sederhana menimbang segala-galanya dengan prinsip-prinsip yang telah baku, mereka cendrung untuk berubah sangat lambat. Ciri-ciri Masyarakat sederhana meliputi 1. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap

musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih. 2. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari

Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan. 3. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada

hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau

50348 Mulyadi

daerah

tertentu.

Perasaan

subyektif,

perasaan

kebersamaan

sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja. (lawannya Universalisme) 4. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus

yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi) 5. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni

masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Di dalam masyarakat sederhana terjadi proses pewarisan budaya dari dahulu hingga sekarang. Manusia saat ini dapat

mengetahui budaya manusia beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun yang lalu karena adanya pewarisan budaya dengan menggunakan

50348 Mulyadi

berbagai

media

budaya.

Pada

umumnya

orang

membedakan

pewarisan budaya pada masyarakat tradisional dan modern. Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional merujuk pada pewarisan budaya yang terjadi pada masyarakat yang hidup pada abad ke 19 dan sebelumnya. Sedangkan pewarisan budaya pada masyarakat modern menunjuk kepada proses pewarisan budaya yang terjadi pada masyarakat yang hidup pada awal abad ke 20 sampai dengan sekarang. 1. Peranan Lembaga Kebudayaan Ada 5 (lima) lembaga kebudayaan manusia yang sangat berperan dalam pewarisan budaya dari generasi ke generasi. Kelima lembaga kebudayaan lembaga itu adalah lembaga keluarga, dan lembaga lembaga

pendidikan,

agama,

lembaga

ekonomi

pemerintahan. Lembaga kebudayaan yang sangat berperan dalam pewarisan kebudayaan dalam masyarakat tradisional adalah keluarga. Pada masyarakat tradisional, orang tua, anak dan anggota keluarga lainnya sering menghabiskan waktu bersama-sama, bersenda gurau dan saling bertukar cerita. Orang tua sering menceritakan dongeng, mitos dan legenda sebagai penghantar tidur anakanaknya. 2. Cara Pewarisan Budaya Cara pewarisan budaya pada masyarakat tradisional terjadi secara sederhana, yaitu melalui tatap muka langsung, dari mulut ke mulut dan praktik langsung. Masyarakat dengan tipe berburu

mewariskan keterampilan berburu dengan cara membawa langsung anaknya untuk turut serta dalam berburu. Pewarisan budaya dilakukan

50348 Mulyadi

dengan tatap muka langsung, ketika mitos, legenda, dan dongeng diceritakan, orang tua bertatap muka langsung dengan anak-anaknya. Cara lainnya adalah dari mulut ke mulut. Pewarisan budaya sering dilakukan secara berantai, seseorang bercerita kepada temannya, yang kemudian bercerita kepada orang lain, dan seterusnya. 3. Sarana Pewarisan Budaya Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional melibatkan sarana yang sangat sederhana, yaitu pertemuan langsung dan dari mulut ke mulut dengan melibatkan cerita-cerita rakyat, seperti mitos, legenda dan dongeng. Karena sarananya yang sangat sederhana maka ruang lingkup pewarisan budaya pada masyarakat tradisional sangat sempit dan kecil, yaitu meliputi masyarakat satu keluarga dan satu desa. 4. Kecepatan Pewarisan Budaya Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional berlangsung dengan sangat lambat. Tipe masyarakat berburu dan meramu

bertahan selama 2000 tahun, hal ini menunjukkan betapa lambatnya proses pewarisan budaya yang berujung pada lambannya perubahan budaya. Penyebab lambatnya pewarisan budaya pada masyarakat tradisional adalah sarananya yang masih sangat sederhana. Dalam masyarakat sederhana, pada awalnya pendidikan

dimaksudkan untuk mengajarkan budaya, yaitu mengajar anak untuk mengetahui dan mengamalkan nilai-nilai dan tatacara yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini berjalan secara informal, anak belajar melalui pengamatan pada lingkungannya dan orang-orang yang

50348 Mulyadi

terdekat dengan dia. Sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tertentu diketahui dalam pengamatan atau pengalaman. Jadi dalam masyarakat sederhana, semua orang yang lebih tua dan berpengalaman adalah pendidik, begitu pula alam sekitarnya. Namun, dalam masyarakat yang lebih kompleks, makin banyak yang harus diketahui anak untuk bisa hidup dalam lingkungan

masyarakatnya dengan baik, karena itu anak tidak dapat lagi belajar dengan sendirinya. Seseorang memerlukan cara yang lebih efisien untuk dapat menerima transmisi budaya dan pengetahuan yang begitu banyak. Untuk itu diperlukan adanya pendidikan yang formal dengan guru sebagai pendidik dan terbagi dalam berbagai jenjang dan kekhususan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan berlangsung secara formal dan non-formal, selama hidup, dan dilaksanakan di sekolah, di surau, di dalam keluarga, dan di tengah masyarakat. Masyarakat sederhana mempunyai pengetahuan yang kurang terspesialisasi dan sedikit keterampilan yang diajarkan membuat mereka tiada keperluan rasanya untuk menciptakan institusi yang terpisah bagi pendidikan sepeti sekolah. Sebagai gantinya anak-anak memperoleh warisan budaya dengan mengamati dan meniru orang dewasa dalam berbagai kegiatan seperti upacara, berburu, pertanian dan panen. Dalam kebudayaan masyarakat sederhana agen pendidikan yang formal termasuk di dalamnya keluarga dan kerabat. Sedangkan sekolah muncul relative terlambat dalam lingkungan masyarakat

50348 Mulyadi

10

sederhana. Adapun beberapa kondisi menurut Imran Manan (1989 : 57) yang mendorong timbulnya lembaga pendidikan (sekolah) dalam masyarakat sederhana adalah : 1. Perkembangan agama dan kebutuhan untuk mendidik para calon ulama, pendeta, dll. 2. Pertumbuhan dari dalam (lingkungan masyarakat itu sendiri) atau pengaruh dari luar. 3. Pembagian kerja dalam masyarakat yang menuntut

keterampilan dan dan teknik khusus. 4. Konflik dalam dan masyarakat akhirnya yang mengancam nilai-nilai untuk

tradisional

menuntut

pendidikan

menguatkan penerimaan nilai-nilai warisan budaya. Untuk mempelajari sesuatu biasanya anak-anak dalam

masyarakat sederhana akan pergi kepada orang yang mereka anggap ahlinya. Mereka pempelajrinya tidak hanya hal tersebut secara universal disetujui bahwa ada hal-hal tertentu yang harus diketahui untuk perkembangan mereka dan hubungannya dengan kehidupan mereka masa sekarang dan akan dating. Artinya mereka belajar untuk kelangsungan hidupnya. Dalam mempelajari keterampilan anak-anak masyarakat

sederhana selalu memiliki hubungan yang intim dengan visi orang dewasa, sehingga menimbulkan nilai-nilai kekeluargaan yang erat di antara mereka. Begitu juga dengan guru-guru, sangat terikat tidak hanya dengan murd-murudnya, yang mungkin anggota kerabatnya, tetapi juga kepada hasil dari apa yang diajarkannya. Jika ia gagal

50348 Mulyadi

11

mengkomunikasikan keterampilannya secara efektif, dia akan dapat merasakan langsung akibatnya dengan segera. Dalam suatu masyarakat sederhana tidak mempunyai orang yang khusus berfungsi mengajar. Anggota-anggota masyarakat yang lebih tua mengajar kelaurga yang muda, walupun untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti untuk menjadi guru mengaji, sebagai penceramah, dll. Sebagai hasilnya mereka yang mengajar turut serta secara penuh dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya, karena guru-guru dalam masyarakat langsung mempraktekkan apa yang mereka ajarkan, seperti seorang guru mengaji langsung mempraktekkan apa yang mereka ajarkan, seorang ahli bertani langsung mempraktekkan apa yang akan mereka wariskan (ajarkan) kepada pewarisnya, dll Dalam masyarakat sederhana pembelajaran menjadi lebih

mudah sebab objek pembelajaran selalu dapat diperoleh. Walaupun begitu di sejumlah masyarakat sederhana ada juga sejumlah

pengetahuan khusus yang mesti diajarkan dengan jelas, karena pengetahuan ini dipercayai menjamin kelangsungan dan kesuburan masyarakat. C. Pendidikan dalam Mayarakat Modern 1. Peranan Lembaga Kebudayaan Lembaga kebudayaan yang sangat berperan dalam pewarisan budaya dalam masyarakat modern selain keluarga adalah lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga ekonomi dan lembaga

pemerintahan. Pada masyarakat modern, anggota keluarga sudah banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, orang tua asyik

50348 Mulyadi

12

dengan pekerjaan dan anak lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, mulai dari sekolah, tempat bermain dan tempat berlatih dan berolah raga. Fakta ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan seperti sekolah merupakan lembaga yang sangat penting dan utama dalam proses pewarisan budaya dalam masyarakat modern. 2. Cara Pewarisan Budaya Cara pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung secara canggih, yaitu melalui tatap muka langsung maupun tanpa tatap muka. Kecanggihan cara pewarisan budaya pada masyarakat modern terjadi akibat dari penemuan teknologi komunikasi dan informasi canggih seperti telepon, handphone, radio, televisi, dan internet serta alat percetakan yang menyebabkan tersedianya

berbagai jenis buku. Pewarisan budaya sudah dapat dilakukan melalui teknologi komunikasi dan informasi, yang tidak memerlukan tatap muka langsung. Media elektronik dan media massa memiliki peranan penting dalam proses pewarisan budaya pada masyarakat modern. Penghantar tidur manusia pada masyarakat modern adalah dengan mendengarkan radio dan menonton televisi, sudah sangat jarang orang tua yang membacakan dongeng kepada anak-anaknya

menjelang tidur. 3. Sarana Pewarisan Budaya Pewarisan budaya pada masyarakat modern melibatkan sarana yang sangat canggih, yaitu teknologi komunikasi dan informasi canggih seperti telepon, handphone, radio, televisi, dan internet serta alat percetakan yang menyebabkan tersedianya berbagai jenis buku.

50348 Mulyadi

13

Karena sarananya yang sangat canggih maka ruang lingkup pewarisan budaya pada masyarakat modern sangat luas dan besar, yaitu meliputi masyarakat yang sangat luas, bahkan meliputi seluruh dunia. 4. Kecepatan Pewarisan Budaya Pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung

dengan sangat cepat. Kian kemari terjadi perubahan budaya yang sangat cepat. Tipe masyarakat bercocok tanam ladang berubah cukup cepat menjadi bercocok tanam tetap, dan selanjutnya berubah cepat menjadi tipe masyarakat kota dengan berbagai spesialialisasinya. Kota berubah dengan sangat cepat menjadi menjadi metropolitan dengan sistem informasinya yang canggih. Hal ini menunjukkan terjadinya proses pewarisan budaya yang semakin cepat kian kemari.

Penyebabnya adalah cepatnya pewarisan budaya pada masyarakat modern adalah sarananya yang sangat canggih. Terkait dengan perubahan nilai sosial, kecenderungan yang ada di masyarakat kita saat ini adalah penghargaan berlebih terhadap pendidikan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat. Pada zaman dulu, manusia dinilai dari kepemilikan tanah, keturunan atau kekayaan yang dia miliki. Sementara saat ini, manusia ditempatkan dalam kotak-kotak ijazah, dimana dia dilihat sebagai siswa sekolah A atau mahasiswa universitas B, bukan dia sebagai seseorang dengan kualitas personalnya yang utuh. Pendidikan seolah-olah menjadi tangga untuk menuju status sosial yang lebih tinggi.

50348 Mulyadi

14

Sayangnya,

pendidikan

bermutu

sekarang

ini

diidentikkan

dengan pendidikan yang mahal. Bersekolah di tempat mahal sekaligus menjadi legitimasi kesuksesan dan masa depan seseorang. Hal tersebut kemudian memunculkan pertanyaan, apa yang sebenarnya tengah dikejar oleh masyarakat kita? mutu, prestise, atau justru keuntungan besar-besaran? Disadari atau tidak, ada nilai yang bergeser dalam masyarakat. Ketika pendidikan mulai dimaknai sebagai suatu hal yang money oriented ketika itulah pendidikan telah kehilangan arti yang sebenarnya. Perubahan sosial, tidak bisa dilepaskan dari komunikasi sosial. Komunikasi sosial itu sendiri bisa dilihat dalam berbagai konteks. Salah satunya adalah konteks komunikasi kelompok. Dalam konteks inilah, perspektif mengenai pendidikan berkembang. Komunikasi kelompok yang penuh dengan social contact, melahirkan wacana seputar pendidikan yang ujung-ujungnya menggeser arti dari pendidikan itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Alvin Betrand, awal dari proses perubahan adalah komunikasi, yaitu penyampaian ide, gagasan, nilai, keyakinan, dan sebagainya, dari satu pihak ke pihak lain sehingga dicapai pemahaman bersama. Selain itu, perubahan perspektif

masyarakat mengenai pendidikan yang bermutu, menurut David Mc Clelland, dipengaruhi juga oleh adanya need of achievement atau hasrat meraih prestasi yang melanda masyarakat. Dalam bukunya Pengumuman: Tidak Ada Sekolah Murah, Eko Prasetyo menyebutkan bahwa orang tua memiliki kecenderungan untuk pamer anak. Apa yang dibicarakan oleh orang tua di arisan,

50348 Mulyadi

15

pengajian atau media sosial lainnya adalah tentang kecerdasan anaknya. Anak bukan saja menjadi tawanan ambisi orang tua tetapi juga menjadi pelayan bagi keinginan orang tua yang tak sempat mereka dapatkan di masa lalu. Saat ini, orang tua punya anak sama seperti orang jaman dulu punya binatang piaraan, mereka diberi makan untuk kemudian dipamerkan kecerdasannya (Prasetyo, 2005: 35). Secara teoretik, komunikasi tidak berdiri sendiri karena

komunikasi menggunakan nilai-nilai yang dihayati oleh individu atau masyarakat. Karena itu, penanaman nilai bahwa untuk menjadi pintar seseorang harus bersekolah di sekolah yang mahal menurut symbolic konvergence theory tercipta ketika seseorang melakukan komunikasi kelompok yang didalamnya terkandung pesan-pesan yang sudah didramatisir sehingga menjadi lebih heboh dan lebih mengena. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, yang diharapkan dalam komunikasi adalah kesepahaman, bahkan bila mungkin, suatu keseragaman pola pikir dan tindakan. Karena itu Prasetyo (2005: 20) menyebutkan bahwa semua orang kini nampaknya punya keyakinan seragam, kalau mau bermutu, sekolah harus mahal. Keyakinan tersebut memompa

semangat para pengelola pendidikan untuk membuat sekolah dengan menu tarif yang beragam, yang ujung-ujungnya sudah pasti, sekolah memang harus mahal. Fenomena ini juga membuat masyarakat menjadi mabuk pendidikan. Seorang anak misalnya, baru berumur 3 tahun sudah dimasukkan Play Group. Menginjak 5 tahun masuk Taman Kanak-

50348 Mulyadi

16

kanak.

Setahun

kemudian

masuk

Sekolah

Dasar.

Usia

puber

dimasukkan ke SMP. Tiga tahun berselang, masuk SMA. Lulus dari SMA, langsung ke perguruan tinggi. Tidak cukup sampai disitu, dilanjutkan dengan S2, S3 dan seterusnya. Bagus memang, karena dengan realitas sosial yang seperti itu, berarti perhatian kita terhadap pendidikan memang terbukti semakin meningkat. Tapi yang disayangkan, anakanak seperti kehilangan masa kecilnya. Ketika mereka harusnya bermain, mereka justru dipaksa untuk mengenal dan menguasai beban yang diluar kapasitas mereka. Dulu sekali ketika saya masih anak-anak, usia balita lazimnya dihabiskan dengan |mengenal kehidupan terdekatnya dulu yaitu keluarga. Istilahnya, bermain sambil belajar. Mereka bermain sekaligus mengetahui bahwa api itu panas, bahwa air itu basah, bahwa hujan bisa membuat mereka sakit. Mereka mempelajari semua kegiatan yang sentranya berada di rumah atau lingkungan di sekitar. Sementara saat ini, anak-anak diajari apa saja di Play Group. Mulai dari bahasa hingga komputer, dari berenang hingga sempoa. Pendidikan saat ini memang percaya kalau anak kecil bisa dipercepat kemampuannya dengan membuat sistem yang menyiksa, misalnya dengan membuka play group plus penitipan dari jam 07.00 sampai 17.00. Ideallisme sebuah sekolah seringkali ditentukan dari kemampuannya untuk tidak membuat anak mengganggu karir dan aktivitas orang tua. Pendek kata, semakin lama di sekolah semakin baik. Padahal, menurut Kathy Matthews, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang bisa membaca terlalu awal menjadi kecewa dan menjadi murid

50348 Mulyadi

17

yang tak bersemangat pada usia sembilan tahun. Prestasi dini hasil rangsangan orang dewasa pada anak-anak hanya akan menghasilkan pelajar yang pencemas. Seperti yang tertuang dalam Interview with God: The most surprised about humankind is that they get bored with childhood, they rush to grow up and then long to be children again. Fenomena pergeseran nilai terhadap pendidikan dalam

masyarakat modern, terutama disebabkan karena kontruksi sosial yang lahir dalam proses komunikasi sosial. Pada dasarnya, komunikasi tidaklah mengkonstruksi ralitas sosial, tetapi dia hanya merefleksikan apa-apa yang memang terjadi dalam suatu masyarakat. Sejak awal, manusia selalu ditempatkan dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Dasar penempatannya adalah sesuatu yang dihargai dalam masyarakat. Naluri alamiah manusia akan membawa mereka untuk berusaha berada pada satu level yang lebih dan lebih tinggi lagi. Pendidikan, sebagai kendaraan yang dianggap paling mudah untuk mencapai status sosial tertentu, kemudian menjadi korbannya. Ia dibentuk sedemikian rupa sehingga muncul nilai baru bahwa sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mahal. Hal ini didukung dengan faktafakta empirik yang ada di lapangan. Kegiatan ekstrakurikuler misalnya, sekolah mahal akan menyediakan ekstrakurikuler bahasa asing dengan mendatngkan native speaker. Sedangkan sekolah murah, untuk ekstrakurikuler musik saja, tenaga yang dipakai hanya salah satu guru yang kebetulan mempunyai sedikit pengetahuan tentang musik. Sekolah mahal lengkap dengan fasilitas paling modern, sementara

50348 Mulyadi

18

sekolah miskin cukup berkembang dalam keterbatasan, syukur-syukur tidak digusur untuk dijadikan mall atau semacamnya. Dalam komunikasi kelompok, anggota kelompok memang bisa memiliki pandangan lain tentang keputusan-keputusan yang diambil dalam kelompok tersebut. Namun, ada ketakutan tersendiri ketika dia harus mengambil keputusan yang berbeda, karena itu berarti dia menangung resiko untuk dikucilkan atau bahkan dikeluarkan dari suatu kelompok. Dalam kasus penilaian tentang pendidikan misalnya. Seorang Ibu mungkin beranggapan bahwa hal terpenting yang harus didapatkan oleh anaknya adalah pendidikan, dimanapun, tidak peduli itu sekolah super atau sekolah biasa saja. Ibu tersebut menyadari bahwa pada titik tertentu yang menentukan prestasi seseorang bukan tempat dia belajar tapi kualitas individu dan bakat yang dipunyainya. Namun, karena dia bergaul dengan ibu-ibu pengagung prestige, yang sangat percaya bahwa jika ingin pintar seseorang harus bersekolah di sekolah yang mahal, lambat laun, keyakinan ibu itu menjadi pudar dan dia jadi berpendapat sama. Setiap hari dia bertemu dengan orangorang yang berpikiran berbeda dengannya. Setiap hari dia diinjeksi dengan pengetahuan, bahwa jaman sekarang, mau pintar ya memang harus mahal. Dengan pengkondisian yang seperti itu, mustahil seseorang dapat bertahan lebih lama dengan pendiriannya. Karena komunikasi adalah sesuatu yang powerfull dan kelompok adalah bagian yang paling mempengaruhi kehidupan seseorang, jadi wajar kalau gabungan dari keduanya mampu menggeser pemahaman akan suatu nilai dalam masyarakat.

50348 Mulyadi

19

Jika dicermati pemerintah yang

lebih jauh, hal ini berawal dari kebijakan menyatakan bahwa pendidikan itu harus

diotonomikan. Artinya, setiap institusi diberi hak untuk mengurus diri mereka sendiri, entah itu dengan memeras anak didiknya,

menyewakan gedung atau melakukan hal-hal lain yang intinya sama: komersialisasi pendidikan. Wacana yang berkembang di masyarakat hanyalah pemakluman dan selalu pemakluman. Karena merasa diri mereka tidak bisa berbuat banyak. Pemakluman demi pemakluman itulah yang kemudian melahirkan nilai baru di masyarakat mengenai pendidikan. Pendidikan yang ideal, seperti yang pernah diucapkan Bung Karno dalam salah satu pidatonya, haruslah menjadi sumber

kemakmuran dan kemajuan masyarakat kita seluruhnya dan bukan menjadi lahan untuk mengejar diploma Bagaimana kita bisa

melahirkan manusia-manusia yang baik, jika sejak awal kita sudah salah dalam menilai pendidikan itu sendiri. Bagaimana pendidikan bisa menjadi jaminan kepastian hidup suatu bangsa, jika yang ada hanya pendidikan yang terdistorsi oleh gelora ekonomi yang tidak masuk akal. Namun, berbicara mengenai realitas jelas berbeda dengan idealisme. Perubahan zaman yang terjadi memang menuntut lebih dari sekedar konsekuensi. Pergeseran nilai tentang pendidikan mungkin hanya satu dari banyak hal yang tanpa kita sadari telah kita korbankan untuk satu istilah perubahan zaman. Sedangkan masyarakat modern adalah masyarakat yang

menempatkan sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-

50348 Mulyadi

20

norma. Sebagian besar masyarakat modern memandang lembagalembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa

patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan

pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Sedangkan dalam masyarakat modern pendidikan memisahkan anak dari orang tuanya untuk memperoleh ketampilan (ilmu

pengetahuan dan teknologi) serta akan membutuhkan waktu yang lebih panjang dari pada masyarakat sederhana. Dengan didirikannya lemabaga-lembaga formal (sekolah) membuat mereka lebih banyak terpisah dengan lingkungan masyarakat nmereka sedniri. Hal ini mengakibatkan anak-anak dalam masyarakat meodern akan terasing

50348 Mulyadi

21

dengan

lingkungan

masyarakatnya

yang

pada

akhirnya

akan

mengurangi kepedulian diantara mereka. Dalam masyarakat modern pengetahuan yang akan diajarkan akan membutuhkan seorang tenaga pengajar yang professional. Hal ini berimplikasi dengan cara pandang mereka bawah mereka akan dapat memetik keuntungan ataupun kerugian dari spesialisasi, pengetahuan dan keahlian yang telah mereka kuasai. Dengan adanya tenaga-tenaga professional, lembaga formal, serta sarana-dan parsaran yang memadai akan melahirkan masyarakat modern yang juga akan memiliki kaulifikasi atau kompetensi sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam perencanaan pembelajaran. Akan tetapi kebanyakan tenaga pengejar (guru) dalam

masyarakat modern cenderung mangajarkan sesuatu kepada muridnya jauh dengan realita yang ada. Sebagai contoh seorang guru bidang ekonomi yang mengajarkan cara menjadi manager keuangan, tidak akan terlibat langsung menjadi manager keuangan. Hal ini berimplikasi kepada jauhnya sesuatu apa yang mereka pelajari dari diri dan lingkungan mereka sendiri. Anak-anak dalam masyarakat modern cenderung berada

dibawah tekanan yang besar dari orang tua dan guru-gurunya untuk menguasai pelajaran yang ditentukan dan dalam waktu yang telah ditentukan. Gejala ini akan berpotensi menimbulkan gejala kelainan mental jika hasil yang akan dicapai terlalau berat dibandingkan dengan kemampuan anak.

50348 Mulyadi

22

C. Profesi Guru dalam Pendidikan Modern Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas, dan lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi.

Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa keberhasilan negara Asia Timur (Cina, Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru karena didukung oleh penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil sentuhan manusiawi guru. Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pem bangunan. She no on wa yama yori mo ta/(ai umiyorimo fu/(ai yang berarti jasa guru lebih tinggi dari gunung yang paling tinggi, lebih dalam dari laut paling dalam. Hal ini merupakan ungkapan penghargaan bangsa Jepang terhadap profesi guru. Guru pada sejumlah negara maju sangat dihargai karena guru secara spesifik : 1. Memiliki kecakapan dan kemampuan untuk memimpin dan mengelola pendidikan;

50348 Mulyadi

23

2. Memiliki

ketajaman

pemahaman

dan

kecakapan

intektual,

cerdas emosional dan sosial untuk membangun pendidikan yang bermutu; dan 3. Memiliki perencanaan yang matang, bijaksana, kontekstual dan efektil untuk membangun humanware (SDIVI) yang unggul,

bermartabat dan memiliki daya saing. Keunggulan mereka adalah terus maju untuk mencapai yang terbaik dan memperbaiki yang terpuruk. Mereka secara berkelanjutan (sustainable) terus menigkatkan mutu diri dari guru biasa ke guru yang baik dan terus berupaya meningkat ke guru yang Iebih baik dan akhirnya menjadi guru yang terbaik, yang mampu memberi inspirasi, ahli dalam materi, memiliki moral yang tinggi dan menjadi teladan yang baik bagi siswa. Di negara kita, guru yang memiliki keahlian spesialisasi harus diakui masih Iangka. Walaupun sudah sejak puluhan tahun disiapkan, namun hasilnya masih belum nampak secara nyata. Ini disebabkan karena masih cukup banyak guru yang belum memiliki konsep diri yang baik, tidaktepat menyandang predikat sebagai guru, dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan keahliannya (m/Vsmatch). Semuanya terjadi karena kemandirian guru belum nampak secara nyata, yaitu sebagian guru belum mampu melihat konsep dirinya (self consept), ide dirinya (self idea), dan realita dirinya (selfr eality). Tipe guru sepeni ini mustahil dapat menciptakan suasana kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).

50348 Mulyadi

24

Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Dalam hal ini profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan

pengetahuan pesena didik. Namun, beberapa dasawarsa terakhir konsep, persepsi, dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser. Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-

masyarakat terhadap integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam

perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial. Artinya, penguasaan ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi hegemoni guru, tetapi menyebar seluas

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti dunia penerbitan, buku, majalah, koran, Serta media elektronik lainnya. Untukitu, posisi krusial guru perlu dijernihkan tatkala kita hendak merumuskan kembali pendidikan yang Iebih memajukan masa depan generasi berikutnya. Dengan demikian, para guru dituntut tampil lebih profesional, lebih tinggi ilmu pengetahuannya dan lebih cekatan dalam

penguasaan teknologi komunikasi dan informasi. Artinya, guru mau tidak mau dan dituntut harus terus meningkatkan kecakapan dan

50348 Mulyadi

25

pengetahuannya

selangkah

ke

depan

lebih

dari

pengetahuan

masyarakat dan anak didiknya. Dalam kehidupan bermasyarakat pun guru diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada masyarakat kebanyakan, tetapi di situlah muncul problem tatkala para guru tidak memiliki kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi sepeti TV, buku-buku, majalah, dan koran. Guru-guru memiliki gaji dan tunjangan yang jauh dari cukup untuk meningkatkan profesinya sekaligus memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan modern. Sehingga, rasanya sangat sulit di era modern ini guru dapat tampil lebih profesional, memiliki tanggung jawab moral profesi sebagai

konsekuensi etisnya.

50348 Mulyadi

26

DAFTAR PUSTAKA

Manan, Imran (1989), Anthropologi Pendidikan (Suatu pengantar), Departemen P & K, PP-LPTK, Jakarta. Prasetyo, Eko & Terra Bajraghossa (2005). Pengumuman: tidak ada sekolah murah!. Resist Book, Jakarta. Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta. Kosim, H, E. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari _______, 1994. Sosiologi 3 SMU. Jakarta: Yudistira

50348 Mulyadi

27

Anda mungkin juga menyukai