Hakikat Pengetahuan
Cukup lama diterima bahwa pengetahuan harus merupakan representasi (gambaran atau ungkapan) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Pengetahuan hanyalah dianggap sebagai kumpulan fakta. Namun akhir-akhir ini, terlebih dalam bidang sains, diterima bahwa pengetahuan tidak lepas dari subyek yang sedang belajar mengerti.
Pengetahuan lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus menerus, terus berkembang dan berubah. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (von Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews, 1994).
Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan (Bettencourt, 1989). Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamatan tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setap kali mengadakan reorganisasi karena adanya sutau pemahaman yang baru (Piaget, 1971).
Para konstruktivis menjelaskan bahwa satusatunya alat/sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium, dan merasakannya.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Seseorang itu sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaiakan terhadap pengalaman-pengalaman mereka (Lorsbach & Tobin, 1992). Tampak bahwa pengetahuan lebih merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia dripada tentang dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan Bagi para konstruktivis, pengetahuan bukanlah tertentu dan deterministik, tetapi suatu proses menjadi tahu
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran orang yang mempunyai pengetahuan ke orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pengertiannya kepada seorang murid, pemindahan itu harus di interpretasikan dan dikonstruksikan oleh si murid lewat pengalamannya (Glasersfeld & Bettencourt, 1989).
Dalam proses konstruksi menurut von Glasersfeld, diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: 1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. 2. Kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan 3. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain
Piaget (1970) membedakan dua aspek berpikir dalam pembentukan pengetahuan ini: 1. Aspek figuratif Adalah imajinasi keadaan sesaat dan statis. Ini mencakup persepsi, imajinasi dan gambaran mental seseorang terhadap suatu objek dan fenomen. 2. Aspek operatif Sedangkan aspek berpikir operatif lebih berkaitan dengan transformasi dari satu level ke level lainnya. Ini menyangkut operasi intelektual atau sistem transformasi. Berpikir operatif inilah yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengetahuannya dari suatu level tertentu ke level yang lebih tinggi.
Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut (von Glasersfeld & Kitchener, 1987): Pengetahuan bukanlah meruapakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
lalu bagaimana halnya dengan kebenaran? Bagaimana orang tahu bahwa pengetahuan yang kita konstruksikan itu benar? Beberapa paham ilmu pengetahuan mengatakan bahwa suatu pengetahuan itu dianggap benar bila pengetahuan itu sesuai dengan kenyataannya. Contoh: pengetahuan seseorang bahwa angsa itu putih adalah benar apabila dalam kenyataannya memang angsa itu putih dan tidak berwarna lain
Pada tahun 1970 Vico dalam De antiquissima Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan mengatakan bahwa tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaannya dia menjelaskan bahwa mengetahui berarti bahwa mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Disini bagi Vico, pengetahuan selalu menunjuk kepada struktu konsep yang dibentuk. Hal ini berbeda dengan pendapat kaum empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan itu harus menunjuk pada kenyataan luar. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku. Tetapi pendapat vico ini menurut banyak pengamat tidak membuktikan teorinya.
Rotry (dalam Von Glasersfeld,1988) menilai konstruktivisme sebagai salah satu bentuk pragmatisme, khususnya dalam hal pengetahuan dan kebenaran, karena hanya mementingkan bahwa suatu konsep berlaku atau dapat digunakan. Sekarang para konstruktivis melihat kesesuaian Vico dengan model ilmiah yang digunakan untuk menganalisis dan mengerti pengalaman atau fenomena baru.
kemudian Piaget menuliskan gagasan konstruktivisme dalam teori tentang perkembangan kognitif dan juga dalam epistimologi genetiknya. Piaget menjelaskan teori adaptasi kognitifnya, yaitu bahwa pengetahuan kita diperoleh dari adaptasi struktur kognitif kita terhadap lingkungannya, seperti suatu organisme harus beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat melanjutkan kehidupan.
Realisme hipotesis Pengetahuan menurut realisme hipotesis dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengatahuan yang sejati yang dekat dengan realitas (Munevar,1981 dalam Battencourt,1989).
konstruktivisme yang biasa Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran dari realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri.
Konstruktivisme Piaget
Piaget yakin m.h perlu adaptasi dan mengorganisasi lingkungan fisik di sekitarnya agar m.h itu dapat bertahan hidup Piaget berpikiran bahwa perkembangan pemikiran juga perlu proses adaptasi yang sama dengan makhluk hidup yaitu beradaptasi dengan dan mengorganisir lingkungan sekitar. Piaget (1971) sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuan itu pada dasarnya adalah teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas, seperti organism beradaptasi ke dalam lingkungannya.
Akomodasi pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan skema yang
telah ada atau pilihan yang kedua adalah memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan.
Intinya....
Pengetahuan itu dibentuk oleh individu secara terus menerus dan skemata dewasa itu dibangun dari skemata anak-anak. Dengan asimilasi seseorang dapat mencocokkan rangsangan dengan skemata yang ada, dan dengan akomodasi ia mengubah skema yang ada agar manjadi cocok dengan rangsangan yang dihadapi, sedangkan equiliberation adalah mekanisme internal yang mengatur asimilasi dan akomodasi .
Menurut Piaget, epistemology genetic berkaitan baik dengan pembentukan dan arti dari pengetahuan Piaget beranggapan bahwa ada kesejajaran antara kemajuan yang dibuat dalam organisasi logis dan rasional dari pengetahuan dan proses formatif psikologis
Piaget membedakan antara dua aspek berpikir yang saling melengkapi, yaitu:
1. Aspek figurative, merupakan imitasi keadaan sesaat dan statis. 2. Aspek operatif, berkaitan dengan transformasi dari level pemikiran tertentu ke level yang lain.
Piaget bahwa pengetahuan manusia itu pada dasarnya adalah aktif. Mengetahui adalah mentransformasikan realitas untuk dapat mengerti bagaimana suatu keadaan tertentu itu terbentuk. pengetahuan bukanlah tiruan pasif dari realitas
1.Pengetahuan fisis
objek atau kejadian seperti bentuk, besar, kekesaran, berat, serta bagaimana objek-objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya
2.Pengetahuan matematis-logis
Pengetahuan
yang
dibentuk dengan berpikir tentang suatu objek atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi ataupun penggunaan objek.
3. Pengetahuan Sosial
pengetahuan
yang
didapat
dari
Pengetahuan anak akan dunia bukanlah tiruan dari dunia yang nyata. Setiap individu, sepanjang perkembangannya akan membentuk pengetahuan dan kenyataan melalui asimilasi dan akomodasi. Pengetahuan fisis, matematis, dan sosial itu diperoleh langsung dari konstruksi oleh anak itu sendiri (Piaget,1967 dalam Paul Suparno;1997). Kritik terhadap Piaget :
Menurut Matthews,1994 dalam Paul Suparno (1997), konstruktivisme Piaget itu terlalu personal dan individual. Piaget terlalu menekankan bagaimana seseorang itu membangun pengetahuannya dengan kegiatannya di dunia ini tetapi kurang menekankan pada pentingnya masyarakat dan lingkungan terhadap cara seseorang membangun pengetahuannya. OLoughlin (1992) juga mengkritik Piaget terlalu subjektif dan kurang sosial, padahal pada kenyataan seseorang tidak dapat lepas dari orang lain.
dibagi menjadi dua tradisi besar yaitu : * konstruktivisme psikologis * konstruktivisme sosiologis
Konstruktivisme psikologis
Konstruktivisme psikologis lebih menekankan pada perkembangan psikologis anak dalam membangun pengetahuannya. Konstruktivisme psikologis bercabang menjadi dua yaitu: * yang lebih personal, individual, dan subjektif seperti Piaget. * yang lebih sosial seperti Vygotsky
Sosiokulturalisme
Vygotsky lebih menekankan pada hubungan diakletik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. belajar adalah merupakan suatu perkembangan pengertian. pengertian ini dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. pengertian spontan
pengertian yang didapat dari pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ini tidak terdefinisikan dan terangkai secara sistematis logis.
2. pengertian ilmiah
pengertian yang didapat dari kelas. Pengertian ini adalah pengertian yang formal yang terdefinisikan secara logis dalam suatu sistem yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan dan pengertian yang spontan ke yang lebih ilmiah
Konstruktivisme sosiologis
berpandangan bahwa pengetahuan itu hasil penemuan sosial dan sekaligus merupakan faktor dalam perubahan sosial. kenyataan dibentuk secara sosial dan ditentukan secara sosial. Konstruktivisme sosiologis ini menekankan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan konstruksi sosial bukan konstruksi individual. Konstruktivisme sosiologis ini mempertahankan bahwa pengetahuan ilmiah dibentuk dan dibenarkan secara sosial. Suasana, lingkungan, dan dinamika pembentukan ilmu pengetahuan adalah sangat penting. Mekanisme psikologis individu dikesampingkan. Sebaliknya mereka lebih menekankan bahwa lingkungan sosial yang menentukan kepercayaan individu
PERAN MURID
Dalam pengertian konstruktivisme, murid tidak dianggap sebagai suatu tabula rasa yang kosong, yang tidak mengerti apa-apa sebelumnya. Murid dipahami sebagai subyek yang sudah membawa "pengertian awal" akan sesuatu sebelum mereka mulai belajar secara formal. Pengetahuan awal tersebut, meski kadang sangat naif atau tidak cocok dengan pengertian para ahli, perlu diterima dan nanti dibimbing untuk semakin sesuai dengan pemikiran para ahli. Maka Konstruktivisme menyatakan bahwa pelajar sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkan dengan apa yang telah diketahuinya, dan menyelesaikan ketegangan tentang apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan pada pengalamannya yang baru.
Implikasi konstruktivisme terhadap proses mengajar Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannnya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mencari justifikasi.
Lanjutan.
Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas yaitu sebagai berikut : Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggungjawab dalam membuat rancangan,proses, dan penelitian. Sehingga disini memeberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru. Menyadiakan atau memeberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid dan membantu merka mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si murid berjalan atau tidak. Guru menunjukkan dan memeprtanyakan apakah pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid..