Anda di halaman 1dari 64

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF PROF. Dr. dra.

Sudarti Kresno, SKM, MA SEMESTER 3/ 2008

Laporan Penelitian Study Pemanfaatan Posyandu Di Kel. Cipinang Muara kec. Jatinegara Kodya Jakarta Timur, Tahun 2007

ANGGOTA: ASMILIA MAKMUR 0706188593 INDA TORISIA HATANG 0706256354

PROGRAM MAGISTER - PKIP FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2008

DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Alur Penyelenggaraan Posyandu Gambar 2: Jalur dan Jenjang Pendidikan Nasional Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Gambar 3: Kerangka Teori Gambar 4: Kerangka Konsep Gambar 5: Gambaran Informan Penelitian Gambar 6: Peta kelurahan di Kodya Jakarta Timur

iv

DAFTAR ISI Daftar Isi .i Daftar Tabel ..iii Daftar Gambar ..iv BAB I Pendahuluan .1 1.1 Latar Belakang..1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian7 1.3 Tujuan penelitian..7 1.4 Manfaat Penelitian....8 1.5 Paradigma Penelitian....9 1.6 Ruang Lingkup Penelitian.9 BAB II Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 10 2.1 Konsep Dasar balita.....................................................................................................10 2.2 Posyandu......................................................................................................................13 2.2.1 Konsep Dasar Posyandu...............................................................................13 2.2.2 Acuan Pembentukan Posyandu.....................................................................17 2.2.3 Gebyar Posyandu 27 Propinsi DKI Jakarta.....18 2.2.4 Pengintegrasian Posyandu PAUD..20 2.3 Determinan Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan............................................22 2.4 Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan posyandu.................................................24 BAB III Kerangka Konsep dan Definisi Istilah ...................................................2 7 3.1 Kerangka Konsep........................................................................................................27 3.2 Definidsi Istilah...........................................................................................................29 BAB IV Metode Penelitian ..................................................................................... 30 4.1. Disain Penelitian.........................................................................................................30 4.2 Informan.......................................................................................................................30 4.3 Tempat dan Waktu.......................................................................................................34 i

4.4 Pengumpulan Data.......................................................................................................34 4.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data.............................................................................34 BAB V Hasil penelitian ...................................................................................... 35 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian.....................................................................................35 5.2 Karakteristik Sosio Demografi Informan..................................................................37 5.3 Gambaran Pelaksanaan Posyandu Terintegrasi PAUD di Cipinang Muara..............39 5.4 Pengetahuan Informan Tentang Posyandu.42 5.5 Persepsi Informan..44 5.6 Kebutuhan Informan Terhadap Posyandu44 5.7 Fasilitas Alat Permainan Edukatif (APE) di PAUD....45 5.8 Sumber Daya Keluarga/ Penghasilan ..........................................................................45 5.9 Faktor Penghambat dan Pendorong ke Posyandu........................................................45 5.10 Faktor Penghambat PAUD..........................................................47 dan Pendorong ke

BAB VI

Pembahasan .............................................................................................. 48 6.1 Keterbatasan Penelitian...............................................................................................48 6.2 Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Posyandu............................................................49 6.3 Karakteristik Umur, Pendidikan dan Pekerjaan...........................................................50 6.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemanfaatan Posyandu...................................51 6.5 Faktor Pendorong/ Penghambat Pemanfaatan Posyandu ............................................55 BAB VII Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 56

7.1 Kesimpulan..................................................................................................................56 7.2 Saran...........................................................................................................................56 Daftar Pustaka ............................................................................................................ ..... Lampiran lampiran .................................................................................................. .... ii

DAFT AR PUSTAKA 1. Yuli Mulyadi, Pariaman, 2008 2. Notoatmodjo, S.Prof.Dr., Jakarta, 2007 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Tahun 2006 4. Notoatmodjo, Jakarta, 2006 6. Departemen Kesehatan, 7. Unicef, 8. Sukiman, 9. Sambas, G, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu , Jakarta, 2006 , Buletin Modul kegiatan Taman Posyandu , Jakarta, 2005 Acuan Penyelenggaraan BKB-Posyandu Terintegrasi PADU Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi , Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD , 5. Departemen Pendidikan Nasional, Buku Kesehatan Ibu dan Anak , Jakarta, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku , Rineka Cipta, Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah kerja PKM Naras , Kota

PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Vol 4 No.1 April, 2005 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Ibu-ibu Anak ke Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu di Kelurahan Bojongherang , Kabupaten Cianjur, Tahun 2002 10. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Posyandu, 2001 11. Thaha. M.Ridwan, Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktek Penggunaan Posyandu Oleh Balita di Kotamadya Ujung Pandang , Tahun 1990 12. Pradianto, T, Faktor-faktor Yang mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita Dalam Penggunaan Posyandu , Kecamatan Bogor Barat, Tahun 1989 13. Hutagalung, S, Tahun 1992 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam , Propinsi Sulawesi Tengah, Menimbangkan Anaknya di Posyandu di Kotip Palu

DAFTAR TABEL Tabel 1: Data SKDN Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 Tabel 2: Data Status Gizi balita Ditimbang di Provinsi DKI Jakarta tahun 2007 Tabel 3: Data Balita Kurang Gizi dan Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinegara Tahun 2005 2007 Tabel 4: Persentase D/S Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Tahun 2005 2007 Tabel 5: Persentase D/S Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Menurut Kelurahan Tahun 2006 2007 Tabel 6: Jumlah kader dan Posyandu Wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Menurut Kelurahan Tahun 2006 2007 Tabel 7: Persentase D/S Posyandu di 12 RW Kelurahan Cipinang Muara Tahun 2007 Tabel 8: Sumber informasi, Metode Pengambilan Data dan Jumlah Informan Penelitian Tabel 9: Karakteristik Informan dan Informan Kunci

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Meskipun posyandu bersumber daya masyarakat, pemerintah tetap ikut andil terutama dalam hal penyediaan bantuan teknis dan kebijakan. Kebijakan terkait posyandu terbaru adalah Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Salah satu indikator keberhasilan revitalisasi posyandu adalah meningkatknya status gizi anak sehingga jumlah anak yang berat badannya tidak naik semakin menurun. Kasus kurang gizi dan gizi buruk terkadang sulit ditemukan di masyarakat, salah satu penyebabnya adalah karena si ibu tidak membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan. Akibatnya bermunculan berbagai kasus kesehatan masyarakat bermula dari kekurangan gizi yang terlambat terdekteksi pada banyak balita seperti diare, anemia pada anak, dan lain-lain di beberapa provinsi di Indonesia. Kondisi ini juga ternyata melanda provinsi DKI Jakarta pada sekitar awal tahun 2005. Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih cukup tinggi. Menurut Survei Kesehatan Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2002 2003 AKI untuk periode tahun 1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka kematian bayi (AKB) Indonesia terjadi turun naik. Tahun 1997 AKB mencapai 46 per 1000 kelahiran hidup, kemudian tahun 2002 menurun menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2002). Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran hidup. Selain itu di didapati juga data Susenas 2004 memperoleh perkiraan Angka Kematian Balita sebesar 74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002.

-1-

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI melalui Surat Nomor: 443/1334/SJ tanggal 8 Juni 2005, tentang Progam-program Kesehatan Dasar dan Penyakit Menular antara lain meminta untuk segera melakukan revitalisasi dan optimalisasi Posyandu. Dalam surat tersebut, Mendagri meminta agar Pemerintah Provinsi segera mengembangkan langkahlangkah kegiatan antara lain meningkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan Kader, meningkatkan pemenuhan kelengkapan sarana dan prasarana, meningkatkan fungsi pendampingan dan kualitas pembinaan, serta meningkatkan peranserta masyarakat, kemitraan dengan swasta dan dunia usaha. Menindaklanjuti SE Mendagri di atas serta menyadari peran Posyandu yang demikian strategis dalam mendeteksi secara dini berbagai persoalan KB, Kesehatan Ibu dan Anak serta kesehatan masyarakat, maka Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi DKI Jakarta sebagai unsur utama Pembina Posyandu berdasarkan SK Gubernur No. 2251 Tentang Gebyar Posyandu telah melakukan serangkaian kegiatan revitalisasi Posyandu melalui penyelenggaraan Program Perkuatan Pos Pelayanan KB Kesehatan Terpadu Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan berbagai mitra strategis baik instansi pemerintah dan swasta maupun masyarakat yang dikenal dengan Gebyar Posyandu 27 Provinsi DKI Jakarta (Tim Adhoc Gebyar Posyandu, 2005) Gebyar Posyandu 27 Provinsi DKI Jakarta adalah pelayanan di seluruh Posyandu yang ada di DKI Jakarta yang dilakukan secara serentak pada tanggal 27 Desember 2005. Tujuannya penyeragaman hari buka posyandu ini adalah berupa syok terapi untuk menyegarkan kembali baik seluruh unsur pembina maupun masyarakat tentang pentingnya keberadaan Posyandu serta pemanfaatannya sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar masyarakat sekaligus membentuk image bahwa setiap tanggal 27 adalah hari posyandu. Berbagai pelayanan kesehatan tersedia di posyandu; pelayanan penimbangan Balita, pelayanan gizi, pemberian vitamin dan pelayanan KB. Dari laporan pelaksanaan Gebyar Posyandu 27 pada tanggal 27 Desember 2005 yang lalu, di DKI Jakarta tercatat cakupan balita yang memiliki KMS (K/S) adalah sebesar 76,92%. Cakupan Balita yang ditimbang (D/S) adalah 50,45%, sedangkan cakupan Balita yang naik berat badannya (N/D) adalah 53,21% .

-2-

Tabel 1: Data SKDN Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 KOTAMADYA S K D N JUMLAH

Jakarta Pusat 60.103 51.356 31.986 17.331 Jakarta Utara 95.306 71.622 49.176 27.642 Jakarta Barat 114.918 82.921 50.674 23.074 Jakarta Selatan 126.368 94.747 70.839 37.689 Jakarta Timur 155.756 123.140 74.969 41.956 Kep. Seribu 1.324 2.160 1.727 950 JUMLAH 553.775 425.946 279.371 148.642 Dari 279.371 balita yang ditimbang, tercatat sebesar 21.300 (7,62%) balita dengan status kurang gizi dan 5.993 (2,14%) balita dengan status gizi buruk, dapat dilihat dalam tabel berikutnya. Tabel 2: Data Status Gizi Balita Ditimbang di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 JUMLAH BALITA KOTAMADYA D JUMLAH % JUMLAHGIZI GIZI BURUK KURANG % Jakarta Pusat 31.986 3.008 9,40 907 2,84 Jakarta Utara 49.176 4.044 8,22 1.127 2,29 Jakarta Barat 50.674 4.831 9,53 1.505 2,97 Jakarta Selatan 70.839 4.119 5,81 945 1,33 Jakarta Timur 74.969 5.070 6,76 1.461 1,95 Kep. Seribu 1.727 228 13,20 48 2,78 JUMLAH 279.371 21.300 7,62 5.993 2,14

-3-

Dari tabel 1 terdapat ju mlah Balita yang ditimbang adalah 155.756 orang di Jakarta Timur pada tahun 2007, dan didapati D/S 48,13%, dan 6,76% kurang gizi dan 1,95 gizi buruk. Jakarta Timur memiliki 11 kecamatan. Salah satunya adalah Kecamatan Jatinegara yang memiliki 8 Kelurahan. Alasan pemilihan kecamatan Jatinegara dipilih menjadi area penelitian adalah Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang kunjungan Balita ke posyandu jauh di bawah standar, yaitu 46,5%. Kec. Jatinegara memiliki 96 posyandu yang tersebar di 8 kelurahan. Berikut data kurang gizi, gizi buruk dan D/S posyandu di Jatinegara tahun 2005 2007.

Tabel 3: Data Balita Kurang Gizi dan Gizi Buruk di Wilayah Kerja PKM Jatinegara Tahun 2005 2007 Persentase Tahun Kurang Gizi Gizi Buruk 2005 17,26 1,58 2006 1,8 0,6 2007 2,5 0,5 Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut yang dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan posyandu. Penelitian ini akan meneliti keaktifan anak datang ke posyandu atau keaktifan orangtua membawa anaknya ke posyandu yang mana dapat dilihat dari trend partisipasi masyarakat yang tergambar dari perbandingan antara jumlah anak yang ditimbang dibandingkan dengan seluruh anak yang berada di wilayah tersebut atau D/S. Berikut cakupan kunjungan posyandu di Jatinegara:

-4-

Tabel 4: Persentase D/S Posyandu Wilayah Kerja PKM Jatinegara Tahun 2006 2007 Tahun D/S 2006 61,2 2007 46,5 Di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara, terdapat 1 kelurahan yang terjadi penurunan pada D/S pada tahun 2007 dan mengalami penurunan yang paling ekstrim yaitu sebesar 26% dibandingkan 1 tahun sebelumnya, yaitu Kelurahan Cipinang Muara. Kelurahan Cipinang Muara memiliki 12 posyandu dan semua posyandu di sana telah terintegrasi PAUD. Pelaksanakan hari buka posyandu H 3 tanggal 27. Posyandu teritegrasi PAUD merupakan program dari Depdiknas RI yang ingin menyasar anak-anak di posyandu agar mendapatkan pendidikan usia dini selain dari mendapatkan pelayanan/ perawatan kesehatan di posyandu. Pada sebagian posyandu teritegrasi PAUD di kabupaten lain, keberadaan PAUD telah berdampak positif terhadap kunjugan Balita ke posyandu terutama anak berusia 2-6 tahun ( Kartika Soekarno Foundation, 2008). Berikut cakupan kunjungan posyandu di wilayah kerja PKM Jatinegara:

Tabel 5: Persentase D/S Posyandu Wilayah Kerja PKM Jatinegara Menurut Kelurahan Tahun 2006 dan 2007 Nama Kelurahan/ Tahun D/S D/S 2006 2007 2006 2007

Kel. Kampung Melayu 48,1 58,1 38,6 46,8 Kel. Bali Mester 71,8 55,1 57,9 40,0 Kel. Bidara Cina I 54,5 48,3 41,3 37,1 Kel. Bidara Cina II 83,6 44,9 67,5 37,1 Kel. Bidara Cina III 73,1 55,6 70,8 42,0 Kel. Rawa Bunga 71,5 70,2 59,9 58,0

-5-

Kel. Cipinang Cempedak 63,2 55,1 51,3 41,6 Kel. Cip. Besar Selatan I 50,6 53,9 34,4 41,6 Kel. Cip. Besar Selatan II 56,7 58,8 38,9 47,0 Kel. Cipnang Besar Utara 55,9 48,1 40,3 34,4 Kel. Cipinang Muara 72,0 46,0 56,2 31,5

Rata-rata jumlah kader yang menyelenggarakan posyandu di Jatinegara sudah lebih dari dari cukup yaitu 11 orang kader/ posyandu.

Tabel 6: Jumlah Kader dan Posyandu Wilayah Kerja PKM Jatinegara Menurut Kelurahan Tahun 2006 dan 2007 Posyandu Kader Kader aktif Nama Kelurahan/ Tahun 2006 2007 2006 2007 2006 2007 Kel. Kampung Melayu 10 10 66 66 58 58 Kel. Bali Mester 6 6 41 41 33 33 Kel. Bidara Cina I 7 7 56 56 43 43 Kel. Bidara Cina II 6 6 54 54 54 54 Kel. Bidara Cina III 7 7 66 66 62 62 Kel. Rawa Bunga 10 10 93 93 75 75 Kel. Cipinang Cempedak 11 11 137 137 78 78 Kel. Cipinang Besar Selatan I 6 6 61 61 61 61 Kel. Cipinang Besar Selatan II 6 6 67 67 67 67 Kel. Cipnang Besar Utara 15 15 158 158 107 107 Kel. Cipinang Muara 12 12 175 175 134 134 Untuk mempersempit wilayah penelitian, maka dipilih 1 kelurahan yang ada di Kec. Jatinegara yaitu Kel. Cipinang Muara. Berikut data D/S 12 posyandu di Kel. Cipinang Muara:

-6-

Tabel 7: Persentase D/S posyandu di 12 RW Kelurahan Cipinang Muara Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 72,7 67,4 60,2 56,6 45,4 39,6 60 32,5 57,6 66,6 58 34,7 Dari data di atas terlihat bahwa RW 8 memiliki D/S terendah diantara 11 RW lainnya, namun oleh karena jadwal hari buka posyandu RW 8 telah berlalu pada saat penelitian akan dilakukan maka diputuskan RW 6 menjadi sasaran penelitian sebagai posyandu yang juga memiliki D/S paling rendah setelah RW 8 dan dan RW 12. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Jakarta Timur merupakan salah satu kotamadya Propinsi DKI Jakarta yang cakupan kunjungan posyandunya rendah yaitu 48,13% pada tahun 2005. Kec. Jatinegara merupakan kecamatan yang memiliki cakupan kunjungan posyandunya rendah yaitu 46,5% pada tahun 2006. Persentase D/S Kelurahan Cipinang Muara adalah 46% pada tahun 2007. Peneliti ingin menggali informasi secara mendalam pada beberapa variabel yang dianggap paling berhubungan dengan pemanfaatan posyandu Balita apalagi sejak tahun 2005 telah dicanangkan Program Perkuatan Posyandu Gebyar Posyandu 27 oleh Tim Penggerak PKK DKI Jakarta khususnya Pokja 4. Bersamaan dengan itu, Pokja 1 Tim Penggerak PKK bekerja sama dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta mulai mensosialisasikan posyandu terintegrasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui RW di kelurahan masing-masing juga pada awal 2005. Pertanyaan penelitian adalah bagaimana pemanfaatan posyandu oleh Balita pasca sosialisasi gebyar posyandu 27 dan integrasi posyandu PAUD, dan faktor apa yang mendorong/ menghambat pemanfaatan posyandu di Kelurahan Cipinang Muara di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2007? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan Umum : Mendapatkan informasi yang mendalam tentang pemanfaatan posyandu oleh Balita/ Ibu Balita pasca sosialisasi gebyar posyandu 27 dan integrasi posyandu PAUD

-7-

serta faktor yang mendorong dan menghambat dalam pemanfaatan posyandu tersebut di Kel. Cipinang Muara di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2007 Tujuan Khusus : 1. memperoleh informasi yang mendalam tentang pemafaatan posyandu oleh Balita/ Ibu Balita di Kelurahan Cipinang Muara di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2007 2. mengidentifikasi karakteristik (umur, pendidikan dan pekerjaan ibu) 3. mengidentifikasi pengetahuan informan tentang posyandu Balita 4. mengidentifikasi persepsi informan terhadap kegiatan, petugas kesehatan, kader serta sarana dan prasarana posyandu 5. mengidentifikasi kebutuhan informan akan pelayanan posyandu Balita 6. mengidentifikasi sumber daya/ penghasilan keluarga informan 7. mengidentifikasi fasilitas APE untuk kegiatan PAUD terhadap pemanfaatan posyandu 8. mengidentifikasi faktor penghambat dan pendorong informan untuk memanfaatkan posyandu 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan PKIP: hasil penelitian dapat dijadikan pembelajaran untuk kemudian menjadi alternatif pemecahan masalah bagaimana menghidupkan kembali prinsip primary health care di posyandu dengan menyesuaikan dengan ketersediaan sumber daya manusia kesehatan saat ini yang telah lebih baik dibandingkan tahun 1986. 2. Pengambil keputusan di UPT Dinas Pendidikan Kec. Jatinegara dan Ketua Himpaudi 3. Bagi Pemerintah terkait posyandu dan LSM yang bergerak di Kesehatan Ibu Dan Anak: Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk merencanakan program revitalisasi posyandu di wilayahnya. 4. Peneliti lain: bahan bacaan lain dalam penyusunan skripsi dan thesis

-8-

1.5 Paradigma Penelitian Naturalistik yaitu gambaran tentang pemanfaatan posyandu di Kelurahan Cipinang kecamatan Jatinegara Kotamadya Jakarta Timur tahun 2007. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian di Kelurahan Cipinang Muara wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara untuk mendapatkan informasi mendalam tentang pemanfaatan pelayanan posyandu yang terintegrasi PAUD dan faktor apa saja yang mempengaruhinya di Propinsi DKI Jakarta tahun 2007 karena cakupan D/S di kelurahan tersebut menurun cukup tajam sekitar 26%. Pelaksanaan penelitian pada November dan Desember 2008. Sasaran penelitian difokuskan ke 1 posyandu dengan D/S paling rendah diantara 12 posyandulain di Kel. Cipinang Muara. Kemudian dikelompokkan menjadi kelompok ibu yang memanfaatkan dan kelompok tidak memanfaatkan. Dari kelompok memanfaatkan diambil informan dari kelompok ibu yang mempunyai anak usia 0-1 tahun dan kelompok ibu yang mempunyai anak usia 0-1 tahun. Gambaran informan akan dijelaskan dalam Bab Metodologi Penelitian.

-9-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Balita 2.1.1 Pengertian Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah. 2.1.2 Ciri Khas Perkembangan Balita a. Perkembangan fisik Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi karena balita menggunakan banyak energi untuk bergerak. b. Perkembangan psikologis Psikomotor Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor balita yang mulai terampil dalam pergerakannya ( lokomotion). Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi. Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu. Aturan Pada masa balita adalah saatnya dilakukan latihan mengendalikan diri atau biasa disebut sebagai toilet training . Freud mengatakan bahwa pada usia ini individu mulai pinceryaitu

-10-

berlatih untuk mengikuti aturan melalui proses penahanan keinginan untuk membuang kotoran. Kognitif Pada periode usia ini pemahaman terhadap obyek telah lebih ajeg. Balita memahami bahwa obyek yang diaembunyikan masih tetap ada, dan akan mengetahui keberadaan obyek tersebut jika proses penyembunyian terlihat oleh mereka. Akan tetapi jika prose penghilangan obyek tidak terlihat, balita mengetahui benda tersebut masih ada, namun tidak mengetahui dengan tepat letak obyek tersebut. Balita akan mencari pada tempat terakhir ia melihat obyek tersebut. Oleh karena itu pada permainan sulap sederhana, balita masih kesulitan untuk membuat prediksi tempat persembunyian obyek sulap. Sosial dan individu Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial diluar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama berarti melakukan kegiatan bersamasama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian peran.

2.1.3 Pendidikan dan Pengembangan Cara belajar yang dilakukan pada usia prasekolah ini melalui bermain serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik. Permainan peran, melatih kemampuan pemahaman sosial contoh: permainan sekolah, dokter-dokteran, ruman-rumahan dll. Permainan imajinasi melatih kemampuan kreativitas anak. Permainan motorik, melatih kemampuan motoriknya. Mulai umur dua tahun, perkembangan keterampilan motorik mendorong daya nalarnya berkembang lebih pesat lagi. Rasa ingin tahu akan dunia sekelilingnya meningkat. Dan, ia berusaha keras memenuhinya. Di usia balita, biasanya mulai usia tiga

-11-

tahun, balita Ibu tengah asyik-asyiknya menyalurkan energinya. Jadi, orang tua dapat memberi kegiatan yang sesuai agar ia dapat menyalurkan energinya dengan tepat, dan dapat mengembangkan keterampilannya. 2.1.4 Makanan Sehat Balita akan terus tumbuh dan membutuhkan gizi yang lebih dari orang dewasa untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal.Balita membutuhkan lemak lebih banyak dan serat lebih sedikit dibanding orang dewasa. Untuk mendapatkan gizi seimbang dan energi yang sesuai, balita membutuhkan makanan bergizi seimbang dalam jumlah kecil 3 kali sehari ditambah makanan selingan yang teratur di antara waktu makan. Ibu bisa mempelajari lebih banyak tentang menu seimbang untuk balita di bagian pemberian makanan tambahan. 2.1.5 Beraksi Dari merangkak, menjelajah di antara perabot rumah, balita Ibu kini mulai bisa berjalan, berlari, bahkan melompat. Ini benar-benar menakjubkan. Di usia hampir 2 tahun, Ibu bisa memastikan lagi apakah balita Ibu kidal atau tidak. Artinya, apakah mereka lebih memilih menggunakan sisi dominan mereka untuk mencoret-coret, menendang bola, atau makan. Di usia ini, balita Ibu juga sudah bisa belajar menyikat gigi sendiri, tentunya didampingi Ibu 2.1.6 Bereksplorasi Pada usia 12 bulan hingga18 bulan, kosakata balita masih sangat terbatas. Dia tidak selalu bisa mengungkapkan emosinya atau memberitahukan apa yang dia mau. Jadi, siapsiap saja kalau balita Ibu ngambek dan mengamuk. Ibu juga akan melihat bahwa balita Ibu menjadi lebih sadar diri - dengan sering sekali bilang "Aku" atau "ku". Bersabarlah ketika dia mulai belajar memahami konsep berbagi dimana sering terjadi perebutan mainan dan teriakan punyaku. Dan jangan cemas bila balita Ibu tampak lebih menyukai temannya sendiri daripada bermain dalam kelompok besar. Karena ini sangat normal.

-12-

2.1.7 Berkata-kata Sebenarnya, bicara atau berkomunikasi sudah dimulai sejak masa bayi. Normalnya, bayi akan menangis dan bergerak. Nah, Ibu biasanya belajar bereaksi terhadap tangisan dan gerakannya, sehingga terjadilah interaksi. Melalui pengalaman berinteraksi inilah, bayi akan belajar bahwa sikap Ibu akan terpengaruh oleh tangisannya. Interaksi serupa akan terjadi, jika ia mengeluarkan suara. Jadi, aktivitas tersebut memang berpengaruh dalam perkembangan bicara dan bahasa balita.

2.1.8 Belajar Perkembangan balita Ibu dari waktu ke waktu mulai menumbuhkan kepribadiannya. Ini terlihat dari kesadaran yang semakin tinggi tentang apa yang sedang terjadi dan keinginan untuk mulai memegang kendali. Ibu bisa mendorong hal ini dengan membiarkannya membuat keputusan. Biarkan balita Ibu memilih pakaian mana yang ingin dia kenakan atau permainan apa yang ingin dimainkan. Dorong balita Ibu menggunakan ketrampilan koordinasi mereka , misalnya berjalan dengan berbagai cara - menyamping, maju, mundur - selain berlari dan melompat.

2.2 Posyandu 2.2.1 Konsep Dasar A. Pengertian Pengertian Posyandu yang diungkapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Merujuk dari pengertian di atas, jelas tergambarkan bahwa peran serta masyarakat sangat berpengaruh besar. Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diwujudkan dalam bentuk

-13-

upaya kesehatan bersumberkan daya masyarakat (UKBM) yang antara lain adalah kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Posyandu sebagai tempat pelayanan terpadu adalah keterpaduan dari pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan di tingkat dusun dalam wilayah kerja puskesmas. Dalam hirarki pelayanan kesehatan merupakan jembatan antara upayaupaya pelayanan profesional dan pelayanan non profesional yang dikembangkan oleh keluarga dan masyarakat dari pos-pos yang ada seperti pos penimbangan Balita, pos imunisasi, pos KB dan pos kesehatan lain. Tujuan operasional posyandu adalah meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan meningkatkan cakupan kegiatan program posyandu yaitu imunisasi, antenatal care , penimbangan Balita, perawatan anak diare melalui promosi oralit dan pelayanan KB. Pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu berupa pelayanan KIA, KB, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. Upaya terpadu pelayanan melalui posyandu ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi mereka dalam meningkatkan kualitas hidup. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan serta mendidik tenaga terampil setempat yang ingin berperan aktif dalam pembangunan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. B. Tujuan Umum dan Khusus Tujuan umum posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi(AKB) di Indonesia melalui Upaya pemberdayaan masyarakat. Tujuan khusus posyandu adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB 2. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB 3. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB

-14-

C. Sasaran Adalah seluruh masyarakat, utamanya : 1. Bayi 2. Anak Balita 3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui 4. Pasangan Usia Subur (PUS) D. Kegiatan Pelaksanaan Posyandu berdasarkan 5 kegiatan pokok posyandu yaitu KIA, KB, imunisasi, gizi dan pencegahan diare. 5 kegiatan pokok posyandu dijabarkan ke dalam berbagai kegiatan, sebagai berikut: 1. Penimbangan berat badan serta mencata di kartu menuju sehat (KMS) 2. Penentuan status pertumbuhan Balita 3. Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.Apabila ada kelainan segera dirujuk di puskesmas. Pemberian imunisasi oleh vaksinator/ bidan/ perawat kesehatan pada bayi umur 3-14 bulan. Imunisasi tersebut adalah BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 4 kali, campak 1 kali dan Hepatitis B. 4. pemberian motivasi KB dan pemasangan alat kontrasepsi pleh petugas kesehatan. Kontrasepsi yang tersedia adalah suntik, pil, susuk, dan IUD. 5. Pemberian makanan tambahan (PMT) 6. Penyuluhan oleh kader atau petugas kesehatan terkait gizi dan kesehatan anak 7. pemberian oralit kepada bayi dan anak diare serta demonstrasi pembuatan larutan gula garam jika diperlukan E. Alur Penyelenggaraan Posyandu Pelaksanaan posyandu di seluruh Indonesia mengikuti sebuah sistem yang disebut sistem 5 meja. Berikut alur penyelenggaraan Posyandu:

-15-

Gambar 1: Alur Penyelenggaraan Posyandu

Pendaftaran oleh kader di Meja 1

Penimbangan oleh kader di Meja 2

Pengisian KMS oleh kader di Meja 3

Penyuluhan oleh kader di Meja 4

Pelayanan Kesehatan oleh petugas kesehatan di Meja 5

Sumber: Depkes RI, 1999

F. Pengelola Posyandu 1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah 2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat 3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK 4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa 5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas). G. Strata Posyandu Posyandu digolongkan ke dalam 4 strata. Posyandu akan mencapai strata Posyandu Mandiri sangat tergantung kepada kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggungjawab kader PKK, LPM sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu. Berikut penggolongan strata posyandu : 1. Posyandu Pratama : belum mantap kegiatan belum rutin -16-

kader terbatas 2. Posyandu Madya : kegiatan lebih teratur Jumlah kader 5 orang 3. Posyandu Purnama : kegiatan sudah teratur. cakupan program/kegiatannya baik jumlah kader 5 orang mempunyai program tambahan 4. Posyandu Mandiri : kegiatan secara teratur dan mantap cakupan program/kegiatan baik memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap. 2.2.2 Acuan Pembentukan Posyandu a. Langkah langkah pembentukan : Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB . Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu Pemilihan kader Posyandu. Pelatihan kader Posyandu. Pembinaan. b. Kriteria pembentukan Pos syandu. Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita c. Kriteria kader Posyandu : Dapat membaca dan menulis Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan

-17-

Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat Mempunyai waktu yang cukup Bertempat tinggal di wilayah Posyandu Berpenampilan ramah dan simpatik Diterima masyarakat setempat d. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas, dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja 2.2.3 Gebyar Posyandu 27 Propinsi DKI Jakarta A. Dasar Keputusan Gubernur Provinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta Nomor 2251 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Program Perkuatan Posyandu dan Pembentukan Tim Adhoc Posyandu Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta. B. Tujuan Tujuan Umum Memperkuat Pengelola dan Kader Posyandu dalam upaya meningkatkan klasifikasi pelayanan KB dan Kesehatan, sehingga Pelayanan Posyandu dapat memberikan kontribusi yang relatif signifikan terhadap upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian balita di Provinsi DKI Jakarta Tujuan Khusus 1. Mendata ulang keberadaan Posyandu, Pengelola, kader dan Sarana 2. Meningkatkan upaya-upaya Promosi Posyandu kepada masyarakat secara luas 3. Meningkatkan kemitraan Posyandu 4. Meningkatkan sarana dan Prasarana Posyandu 5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan substantif kader secara berjenjang 6. Meingkatkan manajemen operasional Posyandu

-18-

7. Meningkatkan tingkat kesejahteraan Pengelola Posyandu 8. Meningkatkan koordinasi penyelenggaraan program perkuatan posyandu TP PKK DKI Jakarta C. Tahapan Pelaksanaan kegiatan 1. Pembentukan Tim Adhoc Posyandu 2. Konsolidasi Tim Penggerak PKK Se-propinsi DKI Jakarta 3. Pendataan Lengkap Posyandu Se-propinsi DKI Jakarta 4. Promosi Posyandu di DKI Jakarta Untuk menyegarkan dan menggugah seluruh pihak tentang pentingnya keberadaan dan kelangsungan Posyandu sebagai sarana deteksi dini tentang kesehatan dasar masyarakat, tiada lain perlunya pelaksanaan promosi Posyandu dengan menggunakan berbagai kegiatan dan berbagai media. 2 kegiatan utama yang diadakan adalah: - gelar posyandu mandiri sekaligus pencanangan program perkuatan posyandu di Propinsi DKI Jakarta - Gebyar posyandu 27. Kegiatan ini berupa pelayanan di seluruh Posyandu yang ada di DKI Jakarta yang dilakukan secara serentak pada tanggal 27 Desember 2005. Kegiatan serupa akan dilakukan setiap tanggal 27 sehingga tanggal 27 menjadi Hari Posyandu di DKI Jakarta

5. Temu Kader PKK/ Posyandu Se-propinsi DKI Jakarta Satu hal yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan Program Perkuatan Posyandu adalah komitmen yang tinggi dan peran aktif dari ribuan kader PKK/Posyandu sebagai lini terdepan. Untuk itulah telah dilaksanakan Temu Kader PKK/Posyandu yang dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan pemberkalan.

-19-

2.2.4 Pengintegrasian Posyandu PAUD A. Pengertian Pengertian program PAUD terintegrasi posyandu dimaksudkan adalah; sebagai upaya penyadaran dan peningkatan pemahaman masyarakat, terutama pada orang tua yang memiliki anak usia dini serta memberikan layanan pendidikan kepada anak selama anak mengikuti kegiatan di posyandu. B. Tujuan Pengintegrasian Memberikan lingkungan dan sarana bermain yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Memperluas jangkauan layanan pendidikan usia dini, terutama untuk daerah yang belum terjangkau layanan pendidikan usia dini bentuk lain Memperkuat kemampuan keluarga dalam merangsang perkembangan dan kemampuan anak Mengkondisikan anak agar mencapai kesiapan masuk sekolah. C. Latar Belakang Pengintegrasian Usia dini merupakan masa kritis yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak usia di masa dewasanya. Kebutuhan tumbuh kembang anak yang mencakup gizi, kesehatan, dan pendidikan, harus merupakan satu kesatuan intervensi yang utuh. Hasil penelitian mutakhir mengungkapkan bahwa 50% perkembangan kecerdasan anak terjadi pada usia 0 4 tahun. Bila anak ditelantarkan (kurang memperoleh asupan gizi, perlindungan kesehatan, dan stimulasi pendidikan), perkembangan kecerdasan kurang optimal. Selama ini, Posyandu dalam memberikan pelayanan kepada anak (Balita) baru memfokuskan pada upaya perbaikan gizi dan layanan kesehatan dasar untuk survival (kelangsungan hidup).

-20-

Lingkup Sasarannya adalah anak usia dini (0 6 Tahun), utamanya mereka yang belum mendapatkan layanan pendidikan prasekolah, orangtua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan PAUD dan lembaga lembaga yang memberikan layanan PAUD dan/atau memiliki kepedulian terhadap PAUD. D. Dasar Hukum Pengintegrasian. Dasar hukum pengitegrasian Posyandu dan PAUD adalah adanya UU No. 20 Tahun 2003, dimana pada Bab VI, Bagian 7, Pasal 28 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Terlihat dari gambar berikut ini: Gambar 2: Jalur dan Jenjang Pendidikan Nasional Dalam UU No. 20 Tahun 2003

PENDIDIKAN DASAR (Bab VI, Bagian 2, Pasal 17) PENDIDIKAN MENENGAH (Bab VI, Bagian 3, Pasal 18)

Jalur dan Jenjang Pendidikan

PENDIDIKAN TINGGI (Bab VI, Bagian 4, Pasal 19-25) PENDIDIKAN NON FORMAL (Bab VI, Bagian 6, Pasal 27) PENDIDIKAN IN-FORMAL (Bab VI, Bagian 6, Pasal 27) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Bab VI, Bagian 7, Pasal 28)

PENDIDIKAN KEDINASAN PENDIDIKAN JARAK JAUH (Bab VI, Bagian 8, Pasal 29) (Bab VI, Bagian 10, Pasal 31) PENDIDIKAN KEAGAMAAN PEND. KHUSUS & PEND. LAYANAN KHUSUSBagian 9, Pasal 30) (Bab VI, Bagian 10, Pasal 31) (Bab VI,

-21-

2.3 Determinan Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan a . Model Anderson Pola penggunaan pelayanan kesehatan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut yaitu : perbedaan angka kesakitan, karakteristik demografi penduduk dan faktor sosial dan budaya (Kresno, 2005). Suatu pendekatan konseptual yang banyak digunakan dalam survei pemanfaatan pelayanan dokter adalah model prilaku yang dikembangkan bersama koleganya (Andersen dan Newman, 1973 ; Aday dan Andersen 1974 ; Andersen, dkk, 1975) (Becker, 1995). Menurut model ini keputusan untuk mengggunakan pelayanan kesehatan di pengaruhi oleh (Greenley, 1980) : 1. Komponen Predisposisi (pendorong) seseorang utuk menggunakan pelayanan kesehatan. Komponen ini disebut predisposing karena faktorfaktor pada komponen ini menggambarkan karakteristik perorangan yang sudah ada sebelum seseorang ini memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berprilaku dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan(Wobowo, 1992). Anderson membagi komponen predisposing ini berdasarkan karakteristik pasien ke dalam tiga bagian meliputi ciri demografi, struktur sosial, keyakinan terhadap pelayanan kesehatan (healt beliefs) (becker,1995) 2. Komponen Enabling atau kemampuan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutanto (2006) menunjukan bahwa responden yang mengaku jarak tempuh ke tempat pelaksanaan posyandu dekat akan lebih banyak memanfaatkan posyandu dibandingkan dengan responden yang jarak tempuhnya jauh, dari 80 orang yang memanfaatkan posyandu 77 orang diantaranya datang ke posyandu hanya dengan jalan kaki sedangkan sisanya 3 orang mengatakan harus mengunakan kendaraan untuk bisa mengikuti

-22-

kegiatan posyandu. Pendapat yang sama juga ditemukan dalam penelitian Setowaty (2000) di Puskesmas Pal V Kota Pontianak yang menemukan keluarga yang tinggalnya dekat dengan pelayanan pengobatan akan memanfaatkan pelayanan 4,267 kali dibandingkan dengan yang tinggal jauh. Menurut Kroenger (1983) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Greenley (1980) yang menyatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan. 3. Komponen Nee atau kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan. d Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andersen tahun 1964 pada 2.367 keluarga tentang pengunaan pelayanan kesehatan, ternyata faktor kebutuhan berperan lebih besar (20%) dimana persepsi terhadap penyakit yang diukur dari jumlah hari tidak dapat bekerja merupakan faktor yang paling berperan (Becker, 1995). Pendapat serupa ditemukan dalam penelitian Setyowati (2000) di Puskesmas Pal V Kota Pontianak yang menunjukan bahwa variabel kebutuhan merupakan variabel paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan. Anderson dan Sheatsley (1967) menemukan 79% orang yang mengalami sakit tidak mencari pengobatan dengan alasan bahwa gejala penyakit tersebut tidak berbahaya sehingga mereka tidak membutuhkan pelayanan kesehatan (greenley, 1980). b. Model Lawrence Green Kesehatan seorang individu maupun sebuah masyarakat akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor di luar perilaku tersebut. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor sebagai berikut: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai 2. Faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan

-23-

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas yang memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku masyarakat. Misalnya, seorang ibu mau mendaftarkan anaknya di posyandu dan di PAUD yang ada di posyandu tersebut disebabkan karena si ibu mempunyai pengetahuan cukup tinggi tentang manfaat posyandu dan PAUD untuk pertumbuhan dan perkembangan Balitanya, selain itu, sudah menjadi tradisi dalam keluarga si ibu untuk selalu memberikan perhatian ekstra terhadap anak-anak khususnya perhatian kepada kesehatan anak. Di samping itu, ibu melihat sendiri di posyandu dan PAUD tersedia timbangan BB anak yang baik dan akurat, dan juga sikap dari kader dan bidan di posyandu sangat ramah dan tulus membantu ibu tersebut. 2.4 Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan posyandu Studi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu Balita di Indonesia adalah sebagai berikut: Umu r

Penelitian Anderson and Andersen (1972), Mc Kinlay (1972) dan Aday Eichhorn

and (1972) dalam Greenley (1980) mengenai penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang yang berusia sangat muda (anak-anak) dan berusia tua Pendidikan Anderson and Andersen (1972) dan Aday and Eichhorn (1972) bahwa seseorang yang mendapat pendidikan formal biasanya lebih banyak mengunjungi ahli kesehatan (Grenley, 1980)

-24-

Pekerjaan Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita Dalam Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor Barat, Tahun 1989 membuktikan bahwa ada faktor pekerjaan (status pekerjaan) ibu berhubungan signifikan dengan penggunaan posyandu. Pengetahuan Menurut Suchman (1966) pengetahuan kesehatan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan (greenley, 1980). Penelitian Sihol P Hutagalung (1992) Pengetahuan ibu mempengaruhi perilaku menimbangkan anaknya di posyandu. Adanya hubungan Pengetahuan, sikap dengan praktek penggunaan posyandu oleh ibu Balita di kotamadya Ujung Pandang (Thaha. M, 1990) Persepsi ibu terhadap petugas, sarana dan kegiatan posyandu Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita Dalam Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor Barat, Tahun 1989 membuktikan bahwa persepsi ibu tentang perilaku kader merupakan faktor yang memudahkan ibu dalam menimbangkan anaknya ke posyandu. Pembuktian yang sama juga dilakukan oleh Ridwan M Thaha dalam penelitiannya tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktek Penggunaan Posyandu Oleh Balita di Kotamadya Ujung Pandang Tahun 1990. Didapati hasil bahwa perilaku petugas kesehatan mampu menerangkan variasi perubahan pda praktek serta mampu mempengaruhi kemungkinan peningkatan pada praktek menimbangkan anak ke posyandu. Persepsi ibu terhadap kelengkapan posyandu dengan perilaku menimbangkan anak ke posyandu mempunyai hubungan yang bermakna ( Hutagalung. S, 1992). Itu berarti semakin lengkap kelengkapan posyandu maka semakin sering ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Penghasilan keluarga Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita Dalam Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor Barat, Tahun 1989 menyatakan bahwa faktor pendapatan keluarga dan tersedianya jaminan

-25-

kesehatan bukan merupakan faktor pendorong untuk menggunakan posyandu bahkan memungkinkan ibu untuk memilih fasilitas kesehatan lain selain posyandu. Ketersediaan fasilitas APE Hasil penelitian tentang kelengkapan sarana atau fasilitas posyandu dibuktikan oleh peneliti yang berkesimpulan bahwa semakin lengkap sarana yang digunakan di posyandu, semakin sering ibu menimbangkan anaknya di posyandu (Sihol H, 1992)

-26-

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH 3.1. Kerangka Konsep Pendekatan teori yang dipakai untuk mengamati fenomena ini adalah teori Anderson (1974) dan teori Lawrence Green. Anderson menggambarkan ada 3 kategori utama yang berpengaruh terhadap perilaku pencarian/ pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu predisposing characteristic atau karakteristik predisposisi, enabling characteristic atau karakteristik pendukung karakteristik kebutuhan. danneed characteristic atau Karakteristik predisposisi dapat menggambarkan fakta

bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda disebabkan karena adanya perbedaan ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, keyakinan individu. Sedangkan Lawrence Green menganalisa bahwa perilaku dibentuk oleh 3 faktor yaitu predisposing factors, enabling factors danreinforcing factors. Peneliti ingin menggali secara mendalam fenomena perilaku Balita yang dalam hal ini hampir sepenuhnya tergantung dari perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan posyandu di Kelurahan Cipinang Muara. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan posyandu, namun karena peneliti menduga ada beberapa faktor yang paling dominan dan juga karena keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa faktor/ variabel penelitian saja. Apabila ada faktor lain diluar dugaan peneliti, peneliti berharap dapat menemukannya pada saat pengambilan data dengan metode wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Berikut ini adalah kerangka teori acuan penelitian:

-27-

Gambar 3: Kerangka Teori Teori Anderson Teori Lawrence Green Karakteristik Predisposisi: Faktor Predisposisi: Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Suku/ ras Manfaat-manfaat kesehatan Karakteristik Pendukung: Faktor Pendorong: Sumber daya keluarga Sumber daya masyarakat Fasilitas/ sarkes Karakteristik Kebutuhan: Kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pelayanan kesehatan Faktor Penguat: Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain Dukungan keluarga

Pengetahuan Sikap Kepercayaan Persepsi Nila-nilai

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Lingkungan fisik

Berdasarkan kerangka teori di atas, diperoleh kerangka konsep sebagai berikut:


Gambar Konsep 4: Kerangka

Variabel Predisposisi Umur informan Pendidikan informan Pekerjaan informan Pengetahuan informan Persepsi informan terhadap pelayanan posyandu dan pengintegrasian dengan PAUD Variabel Pendukung Fasilitas APE untuk keg. PAUD Sumber daya keluarga informan

Memanfaatkan posyandu

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Variabel Kebutuhan Kebutuhan yang dirasakan informan terhadap pelayanan posyandu

Tidak Memanfaatkan posyandu

-28-

3.2. Definisi Istilah 1. Umur adalah lama waktu hidup informan yang dihitung dari ulang tahun terakhir 2. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal terakhir yang pernah dijalani informan 3. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan informan diluar kegiatan rumah tangga yang menghasilkan uang 4. Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui informan tentang pelayanan yang tersedia di posyandu dan kegiatan serta manfaat posyandu 5. Persepsi adalah anggapan/ penilaian informan terhadap kegiatan posyandu, petugas kesehatan, manfaat posyandu serta sarana dan prasarana posyandu 6. Kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pelayanan posyandu adalah hal-hal yang dirasakan informan sehingga informan menginginkan pelayanan posyandu 7. Fasilitas APE untuk kegiatan PAUD adalah keberadaan alat-alat permainan edukatif yang disediakan di posyandu untuk menunjang proses kegiatan PAUD 8. Sumber daya keluarga adalah penghasilan atau simpanan atau asuransi kesehatan yang diperuntukkan informan untuk perawatan kesehatan anaknya 9. pemanfaatan pelayanan posyandu adalah tindakan informan membawa anaknya menggunakan semua pelayanan kesehatan di posyandu

-29-

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Disain Penelitian Disain penelitian ini adalah RAP dengan menerapkan suatu metode pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah yang melibatkan ibu-ibu Balita. Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi yang mendalam tentang pemanfaatan posyandu yang telah terintegrasi dengan PAUD oleh Balita/ Ibu Balita serta faktor yang mendorong dan menghambat dalam pemanfaatan posyandu tersebut di Kelurahan Cipinang Muara tahun 2007. menurut Yusuf Arianto (2003) penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang, dalam konteks ilmu sosial, kegiatan penelitian diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam terhadap munculnya fenomena tertentu. 4.2 Informan Jumlah informan didasarkan pada prinsip kesesuaian ( appropriateness ) dan kecukupan ( adequacy). Menurut pedoman umum pengelolaan posyandu (2006) salah satu sasaran posyandu adalah anak berusia 0-5 tahun yang dalam penelitian ini diwakili oleh ibunya. Pada penelitian ini informan yang akan diambil dari pembagian 2 kelompok umur sasaran. Pertama, kelompok anak usia 0 1 tahun, kedua kelompok anak usia 1-5 tahun. Alasan pembagian 2 kelompok usia anak adalah dari data registrasi kunjungan di meja 1 didapati persentase kunjungan anak usia 0-1 tahun hampir mencapai 70% dari total kunjungan, ini disebabkan karena pada masa ini adalah waktunya pemberian imunisasi sehingga imunisasi wajib menjadi daya ungkit terbesar keaktifan kedatangan (Bidan Kelurahan Cipinang Muara, 2008). Sedangkan Usia 1 5 tahun adalah kelompok sasaran posyandu lainnya yang telah selesai imunisasi wajib. Kriteria inkslusi adalah informan yang membawa anaknya ke posyandu 3 kali atau 3 bulan berturut-turut, penduduk lokal dan berdomisili di lokasi penelitian Posyandu sasaran adalah 1 unit posyandu dengan persentase D/S terendah diantara posyandu di Kelurahan Cipinang Muara. Informan di 2 kelompok umur

-30-

dilakukan secara acak setelah penyaringan kriteria inklusi serta menyatakan kesediaannya untuk berpartisipasi pada penelitian ini. Penelitian ini dilakukan kepada 3 kelompok informan yaitu informan kunci, informan yang memanfaatkan pelayanan posyandu dan informan yang tidak memanfaatkan pelayanan posyandu. Informan adalah ibu Balita yang mempunyai anak usia 0-1 tahun dan 1-5 tahun. Informan kunci adalah petugas pembina wilayah (duduk di puskesmas), pimpinan puskesmas Cip. Muara, bidan Kelurahan lokasi penelitian, kader posyandu, dan PAUD. Jumlah informan adalah 25 orang yang terdiri dari: 1. informan yang memanfaatkan 16 orang 2. informan yang tidak memanfaatkan 4 orang 3. Informan kunci adalah orang yang paling banyak tau tentang kegiatan di posyandu Balita. Jumlah informan kunci 5 orang terdiri dari 1 orang petugas pembina wilayah Kec. Cip. Muara , pimpinan puskesmas Kec. Cip. Muara, bidan Kelurahan Kelurahan Cipinang Muara, kader posyandu, dan ketua PAUD RW terpilih. Berikut gambaran informan penelitian:

-31-

Gambar 5: Gambaran Informan Penelitian

Anak usia 0-1 tahun. Anak usia 1-5 tahun. 8 Ibu bekerja. FGD Ibu bekerja Anak usia 0-1 tahun. Memanfaatkan pelayanan Anak usia 1-5 tahun. 8 Ibu tidak bekerja. FGD Posy. D/S terendah Posyandu Rw 6 Ibu tidak bekerja

Anak usia 0-1 tahun.

Tidak memanfaatkan pelayanan Kader posyandu Pembina wilayah Bidan Posyandu Ketua PAUD Ka PKM Cip. Muara

Anak usia 1-5 tahun.

Untuk memberikan gambaran yang lebih detil tentang sumber informasi, metode pengambilan data dan jumlah informan, maka dijabarkan ke dalam tabel di bawah ini:

-32-

Tabel 8: Sumber informasi, Metode Pengambilan Data dan Jumlah Informan Penelitian Su mber informasi metode Jumlah Informan 1.Informan yang memanfaatkan pelayanan posyandu di posy D/S terendah . Kriteria: Ibu Bekerja: Anak usia 0-1 tahun Anak usia 1-5 tahun Ibu Tidak Bekerja: Anak usia 0-1 tahun Anak usia 1-5 tahun 2. Informan yang tidak memanfaatkan pelayanan posyandu di posy D/S terendah kriteria: Anak usia 0-1 tahun Anak usia 1-5 tahun Informan Kunci Terdiri dari -petugas pembina wilayah Kel. Cipinang Muara - kader posyandu - Ketua Himpaudi Kelurahan Cipinang Muara - Bidan Posyandu RW terpilih -Kepala PKM Kel. Cipinang Muara TOTAL INFORMAN 25 orang WM WM WM WM WM 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang WM WM 2 orang 2 orang 5 orang 4 orang DKT WM WM 6 orang 1 orang 1 orang DKT WM WM 6 orang 1 orang 1 orang 16 orang

-33-

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian di lakukan di 1 RW/Posyandu yang memiliki D/S terendah pada tahun 2007, dalam hal ini RW yang terendah adalah RW 8 atau RW 12. Penelitian akan dilakukan pada bulan November dan Desember 2008. Pembuatan transkip, matriks dan analisis data akan dilakukan minggu ke 2 Desember 2008. 4.4 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada informan kunci dan informan yang tidak memanfaatkan pelayanan posyandu. Wawancara mendalam ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam dari masingmasing informan kunci dan informan. Pada informan yang memanfaatkan pelayanan posyandu dilakukan diskusi kelompok terarah untuk mengumpulkan data. Pengumpul data adalah peneliti sendiri dan akan dibantu oleh fasilitator diskusi dari mahasiswa S2 FKM UI. 4.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data Masing-masing jawaban informan baik dari WM dan FGD dibuatkan transkip. Mendengar ulang kaset rekaman dan membaca ulang transkip tiap wawancara dan diskusi. Dari transkip yang ada data diolah dengan menggunakan bantuan software Eztex . Untuk memudahkan melihat pola-pola jawaban informan dan mengidentifikasi t suatu ysng tetap muncul dalam tiap bahasan, maka data dimasukkan ke dalam matriks jawaban. Semua jawaban di matriks dianalisis dengan cara mencari persamaan dan perbedaan jawaban informan, mengelompokkan mana jawaban yang sama dan berbeda, membuat rangkuman temuan atau pola dan mengutip ungkapan lisan dari informan yang menggambarkan tiap sudut pandang informan yang berbeda.

-34-

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian Keadaan Administrasi Kotamadya Jakarta Timur Secara administratif wilayah Jakarta Timur dibagi menjadi 10 Kecamatan, 65 Kelurahan, 673 Rukun Warga dan 7.513 Rukun Tetangga serta dihuni oleh Penduduk sebanyak 1.959.022 jiwa terdiri dari 1.044.847 jiwa laki-laki dan 914.175 jiwa Perempuan sampai dengan akhir Maret 1997 atau sekitar 10 % dari jumlah penduduk DKI Jakarta dengan kepadatan mencapai 10.445 jiwa per Km
2

. Pertumbuhan penduduk

2,4 persen per Tahun dengan pendapatan per Kapita sebesar Rp. 5.057.040,00. Kotamadya Jakarta Timur mempunyai beberapa karakteristik khusus antara lain

Memiliki beberapa kawasan industri, antara lain Pulo Gadung; Memiliki beberapa pasar jenis induk, antara lain Pasar Sayur-mayur Kramat Jati , Pasar Induk Cipinang; Memiliki Bandara Halim Perdana Kusuma; Memiliki obyek wisata antara lain TMII dan Lubang Buaya.

Geografi Kotamadya Jakarta Timur Kategori Wilayah Jakarta Timur terdiri 95 % daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian rata-rata 50 m dari permukaan air laut serta dilewati oleh beberapa sungai kanal antara lain : Cakung Drain, Kali Ciliwung, Kali Malang, Kali Sunter, Kali Cipinang. Letak geografis berada diantara 106 060 10 ' 37 '' Lintang Selatan. Batas-batas wilayah:

0

49' 35'' Bujur Timur dan

Sebelah Utara Jakarta Pusat dan Jakarta Utara Sebelah Barat Jakarta Selatan -35-

Kotamadya Jakarta Timur memiliki 11 kecamatan, diantaranya adalah Kec. Kec. Jatinegara.

Luas wilayah Kel. Cipinang muara adalah 289.42 km/2. Terdiri dari 16 RW dan 187 RT. Jumlah penduduk 59.149 jiwa dan jumlah KK 14.888 KK. Batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah timur : Kec. Duren Sawit Sebelah barat : Kel. Cipinang Besar Utara dan Selatan Sebelah utara : Kec. Matraman dan Pulogadung Sebelah selatan : Kec. Kramat Jati dan Makasar

5.2. Karakteristik Sosio Demografi Informan Berikut ini adalah tabel yang memuat data umur, pendidikan dan pekerjaan informan. Tabel 9: Karakteristik Informan dan Informan Kunci Umur informan Umur anak Pendidikan Pekerjaan Memanfaatkan posy PAUD

No Inisial informan

1 NNG 35 thn 3,5 thn PGTK Ibu RT Ya Tidak 2 SR 32 thn 5 thn 2 bln SMP PRT Ya ya 3 IN 29 thn 11 bln SMA Ibu RT ya tidak 4 YS 25 thn 11 bln SMP Buruh ya tidak 5 SKA 33 thn 4 thn S2 Karyawan tidak tidak 6 WD 29 thn 11 bln S1 pegawai tidak tidak 7 AN 38 thn 4,5 SMA Ibu RT ya ya 8 RM 27 thn 1,5 SMA Ibu RT ya Ya

-37-

9 MG 19 thn 13 bln SMP Ibu RT ya Ya 10 FD 26 thn 14 bln SMA Ibu RT ya Ya 11 EM 41 thn 5 thn SMA Ibu RT ya Ya 12 OL 30 thn 5 thn SMA Ibu RT ya Ya 13 YT 30 thn 5 thn SMP Ibu RT ya Ya 14 SR 31 thn 19 bln SMA Ibu RT ya Ya 15 FRD 41 thn 3 thn SMA Ibu RT ya Ya 16 MGW 43 thn 4 thn SMA Ibu RT ya Ya 17 MN 30 thn 4 thn D1 Ibu RT ya Ya 18 NN 48 thn -- SMP kader 19 NK 40 thn -- PGTK kader 20 ID 30 thn -- D3 Bidan Bidan 21 NV 49 thn -- D3 Bidan Bidan

5.2.1 Umur Umur Ibu yang memanfaatkan posyandu maupun yang tidak memanfaatkan posyandu mempunyai rata-rata umur sama yaitu 31 tahun, sedangkan informan kunci ratarata berumur 41 tahun.

5.2.2. Pendidikan Lebih dari separuh informan (9 dari 15 orang) memiliki latar belakang pendidikan SMA, 2 orang berpendidikan SMP dan 2 orang berpendidikan perguruan tinggi dan tidak

-38-

ada informan yang tamat SD atau tidak tamat SD. Hampir semua informan (10 dari 13 orang) yang memanfaatkan posyandu berpendidikan relatif tinggi yaitu SMA dan perguruan tinggi. Sedangkan informan yang tidak memanfaatkan posyandu berpendidikan tinggi bahkan mengecap pendidikan luar negeri.

5.2.3. Pekerjaan Sebagian besar ibu berpendidikan relatif tinggi bekerja dan sebagian ibu bekerja tidak memanfaatkan posyandu, namun sebagian ibu bekerja tetap memanfaatkan posyandu dengan cara menyempatkan waktu ke posyandu sebelum pergi bekerja atau meminta pembantu untuk mengantarkan anak ke posyandu. Informan yang bekerja yang memanfaatkan pelayanan posyandu ada 2 orang yaitu bekerja sebagai PRT dan buruh pabrik, sedangkan informan yang bekerja yang tidak memanfaatkan pelayanan posyandu juga 2 orang yang bekerja sebagai pegawai/ karyawan swasta. Dapat dilihat di tabel 7 di atas.

5.3. Gambaran Pelaksanaan Posyandu Terintegrasi PAUD di Cipinang Muara Pelaksanaan kegiatan posyandu di RW 6 dilaksanakan di gedung pertemuan RW 6 yang bisa disebut dengan Gedung RW 6 setiap tanggal 27. apabila tanggal 27 tersebut jatuh pada hari Sabtu di mana puskesmas tidak buka maka ketua kader akan mengkonfirmasi ke puskesmas apakah pelaksanaan kegiatan posyandu akan terus dilaksanakan pada hari Sabtu atau diganti dengan hari kerja sebelum atau sesudah minggu tersebut. Seperti ungkapan kader berikut ini: ...kita harus konfirmasi dulu ke Puskesmas. Kita nggak bisa nentuin sendiri. Paling kalau kita ngambil keputusan sendiri. Kalau tanggal 27 hari sabtu, paling kita mundur hari seninnya.. Meskipun jadwal posyandu telah tetap setiap tanggal 27, kader tetap mengumumkan di pertemuan arisan RT, pengeras suara di mesjid pada pagi hari sebelum kegiatan posyandu dimulai dan pada saat ibu-ibu yang datang mengantarkan anaknya ke PAUD.

-39-

Selain itu informan mengatakan bahwa tetangga mereka mengingatkan jika posyandu buka. Berikut petikan jawaban kader dan informan: Ya.. disampein di PAUD dipesanin sama ibu-ibu yang mengantarkan anak ke PAUD, juga di pengeras suara di mesjid pas hari buka itu... Ya tau lah dari tetangga Cakupan kegiatan posyandu RW 6 adalah pendaftaran di meja 1, penimbangan di meja 2, pencatatan BB anak di KMS dan di buku SIP di meja 3, pemberian imunisasi atau obat-obatan pada anak-anak yang membutuhkan, dan pemberian makanan tambahan. Konseling/ penyuluhan kesehatan individu ataupun berkelompok yang seharusnya dilaksanakan di meja 4 dilakukan secara tidak rutin. Berikut petikannya: Kalau ada masalah anaknya biasanya saya suruh langsung ketemu bidannya, kalau kita mah takut salah-salah, mendingan langsung ke bu bidan aja ...paling ada sekali2 penyuluhan gitu, kadang dari kadernya sendiri kadang dari kita (PKM) Sasaran posyandu yang datang ke posyandu RW 6 adalah Balita, kadang-kadang ibu dan ibu menyusui tetapi ini jarang sekali, biasanya mereka sekalian mengantarkan anak mereka ke posyandu dan PAUD. Tidak ada pelayanan pemeriksaan ibu hamil di posyandu RW 6. seperti ungkapan kader berikut: Anak-anak Balita, ibu hamil tapi jarang, kadang-kadang ibu menyusui sekalian nganter anaknya Kegiatan PAUD diadakan 3 kali seminggu yaitu setiap hari Senin, Selasa dan Rabu. Alasan pengintegrasian posyandu dengan PAUD adalah adanya pengitegrasian program PKK dari Pokja 2 dan Pokja 4 karena baik posyandu dan PAUD memiliki sasaran yang sama yaitu anak usia 2 6 tahun. Dan di posyandu Balita sampai dengan usia 5 tahun. Dalam pelaksanaan kegiatan PAUD, anak-anak dibagi ke dalam 4 kelompok berdasarkan usia yaitu kelompok usia 2, 3, 4 dan 5. masing-masing kelompok dipandu oleh 1 orang kader yang anak-anak bisa menyebutnya dengan sebutan bunda. Para bunda posyandu mendapatkan transport setiap bulannya yang diambilkan dari iuran murid Rp.18.000/ bulan. Para bunda PAUD yang sebagian besar mahasiswa PGTK ini tidak digaji, lebih ke

-40-

sukarela, hanya ketua PAUD yang tidak mahasiswa, tapi sudah memiliki pendidikan PGTK belasan tahun lalu. Berikut petikan wawancara mendalam dengan ketua PAUD: ...Kalo PAUD tu kan ada di pokja 2, posyandu tu di pokja 4, jadi digabungkan, sasarannya sama Balita.. Pengelompokkan ada 4, 2 tahun sendiri, 3 thn sendiri, 4 tahun sendiri dan 5 thn sendiri... Pendidikan bunda PAUD ada yg pendidikan yg masih mahasiswa tp bid pendidikan terus rata-rata pendidikan TK... Metode pembelajaran mirip kurikulum TK tapi khusus pada anak usia 2 dan 3 tidak belajar huruf dan angka seperti anak TK yang berusia 4 dan 5 tahun, melainkan lebih ditekankan kepada cara bersosialisasi dengan teman sebayanya, membentuk kemandirian dan lebih banyak kepada kegiatan bermain, bukan kegiatan belajar. Alat permainan yang tersedia di PAUD untuk mendukung kegiatan PAUD adalah alat permainan untuk di dalam ruangan disebut juga indoorAPE seperti balok susun, piramida warna, puzlle, dll yang sifatnya untuk menstimulasi perkembangan anak khususnya motorik halus. Sedangkan alat permainan luar ruangan atau disebut juga outdoorAPE tidak tersedia karena lahan gedung RW 6 sangat terbatas, halaman ke depan berjarak 2 meter ke arah jalan raya. Berikut petikannya: Ada bongkar pasang, balok susun, APE bowling, permainan warna, apalagi tuh yg kayak donat2 itu.. ahhh ya piramida warna, paling lilin. Kita tempat terbatas, semua kegiatan di gedung RW ini. APE luar gak ada, terasnya lebarnya hanya 2 meter. Buat anak2 bermain gak mungkin ya.. Menurut ketua kader yang kebetulan juga salah seorang kader posyandu mengatakan bahwa keberadaan posyandu membantu meningkatkan jumlah kunjungan Balita ke posyandu karena melalui forum PAUD yang diadakan 3 kali sehari para bunda berpesan kepada orangtua murid PAUD bahwa jangan lupa membawa anak ke posyandu setiap tanggal 27. seperti ungkapan di bawah ini: Ada peningkatan... Kemaren tuh ada PAUD saya umumkan pd orangtua besok libur, kita posyandu, orangtua muridnya datang. Hampir 50% tadi ada murid PAUD di posyandu

-41-

5.4. Pengetahuan Informan Tentang Posyandu Sebagian besar informan mengetahui keberadaan posyandu dari tetangga dan arisan RT dan sebagian lagi melihat langsung di gedung RW 6 ada kegiatan posyandu karena rumah informan tersebut dekat dengan gedung RW 6. Pada kelompok ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan posyandu sudah mengetahui keberadaan posyandu dari tetangga, informasi di koran dan plang pengumuman di depan kantor kelurahan. Seperti ungkapan berikut: ...ya dari itu.. apa.. ibu RT, arisan RT kita dari liat di sini, karena liat bu.... iya kan rumah saya deket sini Di kantor kelurahan waktu gw ngisi e.. apa pengurusan kartu keluarga berupa plang untuk mengajak ibu-ibu me.. apa ya mengecek bayinya sebulan sekali..

Hampir semua informan tidak mengetahui bahwa ibu hamil juga salah satu sasaran posyandu Balita Balita. Ada 2 orang informan yang mengatakan bahwa ibu hamil adalah salah satu sasaran posyandu , dan salah satunya adalah informan yang tidak memanfaatkan pelayanan posyandu. Seperti ungkapan berikut: ya anak-anak... ibu hamil biar dapat suntik TT, ibu lagi menyusui.. ..ya itu yang mau dapat imunisasi.. Ee.. ibu dan Balita, batita ya.. Oo.. penyuluhan kesehatan mungkin untuk ibu-ibu yg hamil bagaimana menjaga kondisi kesehatan pada saat hamil... Pengetahuan informan tentang sasaran posyandu tersebut di atas, juga senada dengan pengetahuan mereka tentang tujuan posyandu. Semua informan menjawab bahwa tujuan posyandu adalah untuk memantau pertumbuhan anak. Jawaban semua informan sama dengan yang disampaikan oleh kader posyandu. Namun ada seorang informan yang menjawab bahwa tujuan posyandu agar masyarakat mampu hidup lebih sehat dan mampu menangani kesehatan gizi dan imunisasi. Seperti yang diungkapkan berikut: Untuk mengetahui baik buruk perkembangan gizi anak anak-anak kita, naik atau nggak timbangan anak kita ...untuk mengetahui grafik kesehatan balita di lingkungan RW 06 (kader) -42-

untuk membantu masyarakat terutama untuk golongan yang tidak mampu yah untuk supaya hidupnya lebih sehat aja supaya tau bagaimana menghandel kesehatan, gizi, imunisasi Semua informan tidak mengetahui kegiatan posyandu secara menyeluruh sejak mulai datang sampai dengan pulang, bahkan pada ibu yang tidak memanfaatkan posyandu tidak mengetahui sama sekali apa saja kegiatan posyandu. Seperti ungkapan berikut: ..nimbang, udah nimbang, apa itu, kartunya, ee..nulis kartunya,ambil apa, apa makanannya bayi Oo.. penyuluhan kesehatan mungkin utk ibu2 yg hamil...., nggak tau.... Pernyataan sebagian besar ibu tentang kegiatan posyandu ini berbeda dengan pendapat bidan wilayah yang menyebutkan urutan kegiatan di posyandu, sebagai berikut: datang, penimbangan, pencatatan terus nanti kalau ada yg imunisasi , kalo ada vitamin ya vitamin A, itu aja terus PMT.. Peneliti menemukan bahwa ternyata di posyandu RW 6 kader tidak melakukan konselingkesehatan untuk ibu yang anaknya bermasalah kesehatannya, karena biasanya kader langsung menyarankan ibu langsung bertemu dengan bidan. Selain itu, kader tidak memberikan penyuluhan berkelompok kepada ibu-ibu di posyandu. Penyuluhan hanya sesekali diadakan oleh petugas kesehatan dari PKM Cip. Muara. Cara lain yang digunakan untuk penyuluhan ke masyarakat adalah dengan melalui arisan RT. Berikut petikan jawabannya: ...biasanya saya suruh langsung ketemu bidannya, kalau kita mah takut salah-salah... .. nggak ada penyuluhan, saya pengennya begitu.. ..nanti kader-kadernya akan menyampaikan di arisan RT. Karena kan nggak semuanya bisa dateng ke Posyandu..

Semua informan baik yang memanfaatkan maupun tidak memanfaatkan mengetahui bahwa frekwensi pelayanan posyandu adalah 1 kali sebulan, dan jawaban informan telah sesuai dengan jawaban kader dan bidan RW 06. sebagai berikut: -43-

Cukup ya sebulan sekali ...bulan depannya tanggal 27...

5.5. Persepsi Informan Dari kelompok ibu dengan anak usia 1-5 tahun yang memanfaatkan posyandu baik ibu yang bekerja maupun ibu yang tidak bekerja, mereka mempunyai persepsi tersedinya sarana yang bagus, dan ada juga keyakinan alat permainan yang kurang dan tidak adanya sarana penyuluhan kesehatan . Demikian pula dengan kelompok ibu dengan anak usia 0- 1 Tahun Sarana dan prasarananya ya.. Lumayan bu, tiap bulannya bagus.. Adanya persepsi kelompok ibu yang bekerja bahwa Biaya PAUD, masih dianggap terjangkau, walaupun ada juga yang berpendapat masih mahal masih terjangkau, kita bisa nyicil gitu kalo masalah baju .. nyicil berapa kali lah kayaknya enggak ya, kita kan juga dapat manfaatnya kan juga banyak kan, anak kan mulai belajar nulis, sebandinglah ya.. malah kalo sayan bilang lebih ya kita dapatnya, di rumah kan blm tentu ya kita ngajarin kalo di sini kan bareng2 sama temen2nya...

5.6. Kebutuhan Informan Terhadap Posyandu Ibu yang yang memanfaatkan posyandu merasakan kebutuhan akan pelayanan posyandu karena adanya keinginan yang kuat dari ibu untuk mengetahui dan memahami tentang perkembangan gizi anaknya, imunisasi gratis dan lokasi posyandu tidak jauh dari tempat tinggal ibu. Seperti ungkapan berikut ini: Ada pengobatan gratis di posyandu dari pada saya ke dokter, jauh di pasar rebo. Makanan PMT yang dari sini dia mau makan, kalo kita yang bikin anaknya belum tentu mau makan, anak2 mah susah. Tapi yg utama sih kita jadi bener2 tau timbangan anak...

-44-

5.7. Fasilitas Alat Permainan Edukatif (APE) di PAUD Sebagian besar informan (2 dari 12 orang) yang anaknya menjadi peserta PAUD mengatakan bahwa ketiadaan fasilitas Meja di PAUD merupakan permasalahan di PAUD, di samping juga jumlah dan jenis APE masih kurang. Seperti ungkapan berikut: paling meja ya, kalo meja kan kita bawa sendiri gitu... yah meja ama kursi lah ya, kalo mainan kantor udah ada yak alat-alatnya kurang kayanya, itu... kedikitan nggak kebagian semua... Pendapat ini sesuai dengan pendapat ketua PAUD yang mengatakan bahwa di PAUD RW 6 hanya tersedia APE dalam, APE luar tidak tersedia karena keterbatasan tempat. Berikut petikannya: ...ahhh ya piramida warna, paling lilin. Kita tempat terbatas, semua kegiatan di gedung RW ini. APE luar gak ada, terasnya lebarnya hanya 2 meter...

5.8. Sumber Daya Keluarga/ Penghasilan Pada kelompok informan yang tidak memanfaatkan posyandu mempunyai sumber daya keluarga yang tinggi, yaitu 20 30 juta/ bulan dari upah/ gaji informan beserta suami bekerja sebagai karyawan swasta. Sedangkan kelompok informan yang memanfaatkan posyandu sumber daya keluarga/ penghasilannya 1 juta/ bulan. Pada kelompok informan yang berpenghasilan tinggi mempunyai latar belakang pendidikan peguruan tinggi sedangkan kelompok yang berpenghasilan kecil berpendidikan rata-rata SMA.

5.9. Faktor Penghambat dan Pendorong ke Posyandu Faktor penghambat ibu datang ke posyandu karena lupa jadwal, jadwal tidak tepat untuk ibu yang bekerja, dipengaruhi gensi karena posyandu untuk kalangan menengah ke bawah, dan prasangka bahwa untuk imunisasi diharuskan membayar. Suka lupa.. jadwal posyandu agak susah aja, kan saya kerja, tapi saya sempetin aja

-45-

Faktor pendorong ibu untuk datang ke posyandu biasanya dikarenakan adanya pengobatan gratis, imunisasi gratis, dan pembagian vitamin gratis selain itu juga ibuibu mengatakan untuk mengetahui kesehatan anak, serta adanya makanan tambahan untuk anak mereka. Ada pengobatan gratis di posyandu dr pd saya ke dokter, jauh di pasar rebo. Makanan PMT yg dari sini dia mau makan, kalo kita yg bikin anaknya blm tentu mau makan, anak2 mah susah. Tapi yg utama sih kita jadi bener2 tau timbangan anak, kalo di rumah sih saya gak ada timbangannya. Alasan-alasan ibu dengan anak usia 1-5 tahun tidak memanfaaatkan posyandu

Informan tinggal di kompleks manula Kebiasaan orangtua informan sejak informan Balita Penghasilan cukup untuk ke dokter anak

Informasi keberadaan posyandu hampir tidak ada Suami lebih memilih ke dokter spesialis Ingin memberikan yang terbaik pada anak Ibu lebih percaya kepada dokter spesialis

Mind set yang didapat dari pengalaman tinggal di luar negeri Ibu bekerja sehingga tidak ada waktu ke posyandu

Alasan utama informan tidak memanfaatkan posyandu adalah adanya kemampuan keluarga yang cukup untuk mengakses pelayanan kesehatan terbaik untuk anak-anak mereka. Seperti ungkapan di bawah: Karena mindset ya, udah kebiasaan bawa anak ke dokter spesialis, ya ingin ngasih yang terbaik untuk Nisa.. Saya kan kerja Lagian posyandu juga pagi, suami saya juga maunya dibawa aja ke dokter

-46-

5.10. Faktor Penghambat dan Pendorong ke PAUD Faktor Penghambat ke PAUD adalah guru PAUD yang suka libur dikarenkan mereka masih kuliah, serta tidak tersedianya meja untuk belajar mengajar kalo menurut saya, gurunya dikasih yang agak lebih apa lah ya.. lebih pokoknya jangn yang kuliah, kalo mereka ujian, mereka jadi libur gitu, padahal Cuma 3 hari itu seminggu. paling meja ya, kalo meja kan kita bawa sendiri gitu... yah kerjaan rumah ditinggal dulu lah namanya untuk ngantar anak sekolah ya Pada ibu yang tidak memanfaatkan PAUD mengatakan tidak mendaftarkan anaknya ke PAUD di RW 6 karena di sekitar tempat tinggal ibu telah berdiri beberapa lembaga playgorup dan TK. Ibu lebih memilih menyekolahkan anaknya di tempat-tempat seperti itu karena pilihan kegiatan anaknya lebih bervariasi, banyak alat permainan edukatif dan yang paling utama adalah harus sesuai dengan keinginan anak di lembaga/ sekolah mana dia ingin sekolah. Berikut petikan wawancaranya: Karena ada TK yang bagus deket-deket sini, Anisanya yang milih dan mau sekolah di sana Faktor Pendorong orang tua untuk datang ke PAUD adalah anak menjadi pintar serta ada APE diPAUD ya ada, anaknya lebih pinter, jadi mereka itu diajarin di PAUD, di rumah juga mau, tadinya kan tdk mau.

-47-

BAB VI PEMBAHASAN 6.1.Keterbatasan Penelitian Peneliti mendapati beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut sebagai berikut: 1. Pengurusan surat izin penelitian dari kantor Sudin Kesmas Jakarta Timur memerlukan waktu lebih lama. Diperkirakan disebabkan karena pengurusan surat terpotong oleh hari libur dan pejabat setempat sedang tidak berada di tempat. Akibatnya, penelitian batal dilaksanakan di RW 8 atau RW 12 selaku posyandu dengan D/S terendah di tahun 2007 karena hari buka ke 2 posyandu tersebut telah selesai pada saat penelitian akan dimulai. Sebagai penggantinya peneliti melakukan penelitian di RW 6 dengan justifikasi bahwa RW 6 juga merupakan salah satu RW terendah D/S nya ( 39,6%), lokasi geografis RW 6 berdekatan dengan RW 8 maka peneliti berasumsi karakteristik sosial ekonomi masyarakat di kedua RW ada kemiripan. 2. Wawancara mendalam dengan drg. Titi Kepala Puskesmas Cipinang Muara gagal dilaksanakan karena yang bersangkutan tidak berada di tempat. Hal ini tidak mempengaruhi proses penelitian karena peneliti mendapatkan berhasil mewawancarai Bidan Nevilda Bidan Pembina Wilayah Cip. Muara yang kedudukannya juga selaku pihak Puskesmas Cipinang Muara dan memang memiliki Tupoksi membina dan monitoring seluruh posyandu yang ada di Kel. Cip. Muara. 3. Metode FGD hanya bisa dilakukan pada 1 kelompok informan saja yaitu kelompok ibu tidak bekerja yang memiliki anak usia 1-5 tahun. Sedangkan pada kelompok ibu bekerja tidak dilakukan FGD karena peserta FGD tidak datang pada hari yang ditentukan. Pengaturan waktu ulang tidak bisa dilakukan karena keterbatasan waktu. 4. Proses FGD sedikit terganggu karena ruangan FGD bersebelahan langsung dengan tempat anak-anak bermain sehingga moderator harus meminta peserta untuk mengulang kembali jawabannya karena kurang terdengar, di samping itu konsentrasi

-48-

peserta sempat terganggu karena ada 3 orang peserta yang pamit pulang sebelum diskusi selesai.

6.2. Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Pemanfaatan pelayanan posyandu RW 6 masih rendah, dari laporan SKDN posyandu RW 6 yang terkompilasi di Puskesmas Jatinegara bahwa persentase D/S posyandu RW 6 hanya 29,6%, ini jauh di bawah standar nasional sebesar 80%. Dari buku register pengunjung posyandu, pengunjung posyandu lebih banyak pada kelompok usia 0-1 tahun (70%) daripada kelompok usia 1-5 tahun (30%). Kegiatan posyandu yang ada di RW 6 tidak memenuhi ketentuan yang terdapat dalam Pedoman Penyelenggaraan Posyandu yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Sistem pelayanan posyandu belum menerapkan sistem 5 meja secara lengkap karena pelayanan penyuluhan kesehatan di meja 4 tidak tersedia sehingga pengetahuan ibu-ibu tentang kesehatan dan gizi anak tidak mengalami penambahan. Selain posyandu RW 6 tidak memiliki tempat untuk memeriksa kehamilan atau pemeriksaan untuk ibu nifas. Petugas kesehatan yang bertugas di meja 5 adalah bidan swasta yang diperbantukan di Posyandu RW 6. Tugas bidan tersebut adalah memberikan imunisasi pada bayi yang membutuhkan, obat pada anak yang sakit dan memberikan informasi singkat seputar gangguan kesehatan anak ibu berdasarkan kasus per kasus. Vaksin imunisasi dan alat-alat suntik disediakan oleh PKM Cipinang Muara, dan vaksin tersebut akan diambil ke PKM setiap kali akan buka posyandu. Menurut informasi dari ibu dan kader bahwa di posyandu RW 6 tidak pernah datang ahli gizi anak. Selain pelayanan kesehatan, di posyandu RW 6 juga tersedia kegiatan PAUD yang diadakan setiap hari Senin, Selasa dan Rabu jam 9 11 WIB. Jumlah murid yang terdaftar 80 orang.

-49-

6.3 Karakteristik Umur, Pendidikan dan Pekerjaan Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu yang memanfaatkan posyandu maupun yang tidak memanfaatkan posyandu mempunyai rata-rata umur sama yaitu 31 tahun. Hasil penelitian ini tidak mengindikasikan apapun sesuai dengan penelitian yang dilakukan Anderson dan Andersen yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan lebih sering dimanfaatkan oleh orang berusia anak-anak dan berusia tua. Hal tersebut disebabkan karena sejak awal peneliti telah menentukan pembatasan umur sasaran yang diteliti adalah usia 0-1 tahun dan usia 1-5 tahun, yang mana dalam hal ini anak-anak tersebut diwakili oleh ibu mereka karena mereka tidak kapabel untuk menjawab pertanyaan peneliti. Sedangkan umur informan kunci rata-rata berumur 41 tahun. Dapat kita simpulkan bahwa secara logika semakin tua seseorang dan semakin lama dia menggeluti pekerjaan yang dikerjakan sekarang, maka semakin kapabel dia menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaannya itu.

Pendidikan Peneliti menemukan fenomena bahwa lebih dari separuh informan memiliki latar belakang pendidikan relatif tinggi yaitu tamatan SMA dan perguruan tinggi. Selain itu ditemukan juga bahwa hampir semua informan yang memanfaatkan posyandu berpendidikan relatif tinggi yaitu SMA dan perguruan tinggi. Sedangkan informan yang tidak memanfaatkan posyandu berpendidikan tinggi bahkan mengecap pendidikan luar negeri. Hasil penelitian ini membenarkan penelitian yang dilakukan Anderson dan Andersen bahwa yang mendapat pendidikan formal biasanya lebih banyak mengunjungi ahli kesehatan, hanya saja dalam kasus ini, ibu yang memiliki pendidikan perguruan tinggi lebih memilih menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk memelihara kesehatan anaknya. Dari hasil wawancara peneliti menyimpulkan bahwa fenomena ini berbuhungan erat dengan faktor pekerjaan dan penghasilan keluarga, oleh karena mereka berpendidikan tinggi, ibu lebih memilih bekerja, dari pekerjaan itu mereka mendapatkan upah/ gaji yang

-50-

cukup besar sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mengakses pelayanan kesehatan lain seperti dokter spesialis dibandingkan Posyandu.

Pekerjaan Sebagian besar ibu berpendidikan relatif tinggi bekerja dan sebagian ibu bekerja tidak memanfaatkan posyandu, namun sebagian ibu bekerja tetap memanfaatkan posyandu dengan cara menyempatkan waktu ke posyandu sebelum pergi bekerja atau meminta pembantu atau keluarga lainnya untuk mengantarkan anak ke posyandu. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Tuti Pradianto tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu balita Dalam Penggunaan Posyandu di Kec. Bogor Barat Pada Tahun 1989, dimana telah dibuktikan bahwa faktor pekerjaan (status pekerjaan) ibu mempunyai pengaruh bermakna terhadap index kunjungan (penggunaan) posyandu.

6.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemanfaatan Posyandu 6.4.1 Pengetahuan Perilaku pemanfaatan pelayanan posyandu dipengaruhi oleh pengetahuan informan tentang posyandu dan PAUD itu sendiri. Pengetahuan tentang posyandu dan PAUD pada kelompok ibu yang memanfaatkan posyandu lebih tinggi dibandingkan yang tidak memanfaatkan posyandu, kondisi ini sejalan dengan temuan bahwa ibu yang tidak bekerja lebih tinggi pengetahuannya tentang posyandu dan PAUD dibandingkan ibu yang bekerja. Penilaian pengetahuan informan ini dilihat dari kemampuan mereka menjelaskan tujuan, kegiatan dan frekwensi posyandu. Hasil penelitian bahwa pengetahuan ibu yang memanfaatkan lebih tinggi daripada yang tidak memanfaatkan posyandu memperkuat hasil penelitian Ridwan M. Thaha yang membuktikan bahwa pengetahuan berhubungan signifikan dengan penggunaan posyandu, dalam penelitiannya berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Praktek Penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita di Kotamadya Ujung pandang tahun 1990. -51-

Meskipun pengetahuan ibu yang memanfaatkan pelayanan posyandu relatif tinggi dibandingkan yang tidak memanfaatkan posyandu, tetap saja pengetahuan mereka tentang posyandu belum lengkap terbukti dari jawaban informan tentang alur/ tahapan penyelenggaraan kegiatan dan sasaran posyandu yang ditanyakan. Jawaban informan tidak lengkap dan tidak sesuai dengan pedoman penyelenggaraaan posyandu bahwa alur penyelenggaraanposyandu seharusnya mengikuti sistem 5 meja, yang dimulai dari meja 1 tempat pendaftaran, meja 2 tempat penimbangan, meja 3 tempat pengisian KMS, tempat 4 penyuluhan/ konselingkesehatan dan meja 5 tempat pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan. Demikian pula dengan jawaban informan tentang sasaran posyandu, semua informan kecuali 1 orang menjawab dan 1 orang lagi menebak bahwa ibu hamil termasuk sasaran posyandu. Jawaban sebagian informan kurang sesuai dengan pedoman penyelenggaraan posyandu yang menentukan bahwa sasaran posyandu adalah bayi, anak Balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan pasangan usia subur. Namun keseragaman ketidaktahuan informan dapat dimaklumi karena memang di posyandu RW 6 tidak memiliki tempat yang layak dan privasi untuk memberikan pelayanan kesehatan pada ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui tersebut sehingga sangat terbatas informan mengetahui tentang bagaimana yang seharusnya sebuah posyandu diselenggarakan.

6.4.2 Persepsi Untuk ibu yang memanfaatkan posyandu mereka mempunyai persepsi terhadap sarana dan manfaat PAUD menjadi faktor yang mempermudah untuk memanfaatkan posyandu sedangkan bagi ibu yang tidak memanfaatkan mereka tidak dapat memberikan jawaban apapun dikarenakan mereka tidak pernah datang ke posyandu. Hasil penelitian di atas menegaskan hasil penelitian Hutagalung tahun 1992 yang menarik kesimpulan bahwa semakin lengkap kelengkapan posyandu maka semakin sering ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Kondisi ini telah sesuai dengan tujuan pengintegrasian posyandu dan PAUD yang tercantum dalam Pedoman Teknis Pos PAUD yaitu memberikan lingkungan dan sarana bermain yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Keberadaan sarana PAUD tersebut membentuk persepsi ibu-ibu

-52-

yang sering datang ke posyandu menjadi positif dan semakin mau membawa anaknya ke posyandu dan PAUD. Persepsi mereka tentang biaya PAUD masih berbeda. Namun ibu yang berpersepsi bahwa biaya PAUD mahal tidak mempengaruhi keinginan dia membawa anaknya ke PAUD. Penelitian ini memperkuat teori Anderson bahwa faktor biaya merupakan komponen enabling dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan .

6.4.3 kebutuhan Untuk ibu yang memanfaatkan posyandu, dengan adanya imunisasi gratis, lokasi posyandu yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka sehingga adanya kebutuhan untuk memanfaatkan posyandu. sedangkan bagi ibu yang tidak memanfaatkan posyandu dikarenakan ibu lebih memilih ke dokter spesialis, dikarenakan ibu lebih percaya kepada dokter, dan suami pun ikut mendukung. Faktor kebutuhan akan pelayanan kesehatan juga telah dibuktikan oleh Setyowati di Kota Pontianak yang menyimpulkan bahwa variabel kebutuhan merupakan paling dominan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh teori Anderson bahwa salah satu komponen yang mempengaruhi keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan adalah komponen need. Kebutuhan seorang individu atau sekelompok masyarakat akan dipengaruhi oleh kesadaran dirinya akan sebuah manfaat untuk dirinya sendiri dan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar. Dalam kasus ini terlihat bahwa faktor pendorong terbesar ibu membutuhkan posyandu karena ibu merasakan manfaat posyandu, melalui posyandu ibu mengetahui perkembangan berat badan dan gizi anaknya. Selain itu keberadaan makanan, imunisasi dan pelayanan gratis merupakan pemicu kebutuhan tersebut.

6.4.4 Fasilitas APE di PAUD Keberadaan fasilitas APE di posyandu merupakan faktor pendorong ibu memanfaatkan posyandu. Dengan APE yang ada anak-anak menjadi tertarik untuk datang ke posyandu dan PAUD. Anak-anak merasa senang bergaul dengan teman sebayanya.

-53-

Hal ini sesuai dengan pengertian taman posyandu yang terdapat dalam Modul Kegiatan Taman Posyandu yaitu menyelenggarakan kegiatan bermain sambil belajar untuk anak usia 24 bulan sampai 72 bulan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi, melatih kemandirian, mengembangkan rasa percaya diri, dan mempersiapkan diri untuk tingkat pendidikan selanjutnya. Hasil penelitian ini menegaskan hasil penelitian Hutagalung tahun 1992 yang menarik kesimpulan bahwa semakin lengkap kelengkapan posyandu maka semakin sering ibu menimbangkan anaknya ke posyandu, yang dalam hal ini ada kelengkapan PAUD meskipun belum sesuai dengan standar PAUD ideal yang seharusnya ada APE dalam dan APE luar ruangan.

6.4.5 Sumber Daya Keluarga/ Penghasilan Hasil penelitian di Posyandu RW 6 ini menunjukkan bahwa keluarga yang memanfaatkan posyandu berpenghasilan rata-rata Rp. 1.000.000,- per bulan. Dan jika ditelusuri lagi penghasilan ini adalah penghasilan dari suami karena ibu tidak bekerja. Sedangkan keluarga yang tidak memanfaatkan posyandu berpenghasilan Rp.20 juta 30 juta per bulan. Dan jika ditelusuri lagi penghasilan ini adalah penghasilan ibu dan suami karena kedia-duanya bekerja. Keluarga yang berpenghasilan sedikit memanfaatkan posyandu dan PAUD dengan alasan bahwa pelayanan di posyandu gratis,sedangkan biaya PAUD cukup terjangkau oleh mereka yaitu Rp. 18.000/ bulan. Sedangkan ibu yang berpenghasilan tinggi tidak menggunakan pelayanan posyandu dan PAUD karena mereka mempunyai kempuan untuk mengakses mendapatkan pelayanan kesehatan lebih profesional. Fenomena ini mempertegas penelitian yang dilakukan oleh Tuti Pradianto yang menyimpulkan bahwa faktor pendapatan keluarga yang banyak dan tersedianya jaminan kesehatan bukan merupakan faktor pendorong pemanfaatan posyandu, bahkan memungkinkan keluarga tersebut untuk memilih fasilitas kesehatan lain selain posyandu.

-54-

Hasil penelitian ini juga memperkuat teori Anderson yang menyatakan bahwa faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah merupakan komponen enablingdalam pemanfaatan pelayanan kesehatan

6.5. Faktor Pendorong/ Pemghambat Pemanfaatan Posyandu dan PAUD Untuk ibu yang memanfaatkan posyandu fator penghambat adalah lupa jadwal, serta jadwal buka posyandu yang tidak tepat untuk ibu yang bekerja. Posyandu RW 6 buka setiap tanggal 27 dan biasanya mulai jam 9.30 11.00 WIB. Jadwal buka posyandu yang telah diseragamkan di seluruh posyandu se DKI Jakarta melalui Program Gebyar Posyandu 27 belum tersosialisasi dengan baik ke masyarakat sehingga meskipun ibu-ibu masih diingatkan melalui arisan RT. Rasa gengsi ibu membawa anaknya juga sangat mempengaruhi perilaku ibu memanfaatkan posyandu. Mereka merasa tidak suka dan tidak terima jika mendapati kenyataan bahwa anak mereka berat badannya kurang dan termasuk anak kurang gizi. Selain itu adanya prasangka imunisasi yang harus bayar juga menghambat ibu untuk memanfaatkan posyandu. Faktor pendorong ibu-ibu ke posyandu adalah pengobatan gratis, imunisasi gratis, pembagian vitamin gratis, serta untuk mengetahui kesehatan anak, dan adanya makanan tambahan. Faktor Penghambat ibu-ibu untuk ke PAUD karena guru PAUD yang suka libur dikarenakan guru PAUD masih banyak yang mahasiswa,serta tidak tersedianya meja untuk kegiatan belajar mengajar. Faktor Pendorong ibu-ibu untuk mengantar anaknya ke PAUD karena mereka melihat anak menjadi pintar, ada APE di PAUD merupakan daya tarik tersendiri untuk anak balita.

-55-

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 1. Sesuai dengan tujuan penelitian ini dapat disimpulkan pemanfaatan posyandu RW 6 masih rendah karena pelayanan posyandu yang kurang menarik, monoton dan tidak lengkap. 72% Balita di RW 6 belum memanfaatkan posyandu 2. Pengetahuan dan keyakinan ibu yang memanfaatkan posyandu lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan ibu yang tidak memanfaatkan 3. Keberadaan PAUD menjadi salah satu media mengajak ibu untuk terus memanfaatkan posyandu terutama anak usia dia atas 1 tahun di mana masa wajib imunisasinya telah selesai 4. Keberadaan APE di PAUD juga menjadi salah satu alasan orangtua membutuhkan pelayanan posyandu terintegrasi PAUD 5. Faktor penghambat terbesar memanfaatkan posyandu adalah ibu sering lupa dengan jadwal posyandu, ini ada kaitannya dengan tidak adanya media promosi yang adekuat untuk posyandu 6. Faktor pendorong terbesar memanfaatkan posyandu adalah kesadaran ibu untuk mengikuti perkembangan tumbang anaknya dan adanya pelayanan gratis dan adanya APE di PAUD

7.2 Saran 1. PKM: giatkan promosi posyandu, gunakan media promosi yang tepat. Himbau kembali posyandu untuk memberikan pelayanan antenatal kepada bumil, buteki dan bufas

-56-

2. Bidan posyandu: berdayakan kader sebagai penyuluh kesehatan agar meja 4 berfungsi kembali 3. Posyandu RW 6: bicarakan masalah penyediaan tempat bermain anak di sekitar lokasi PAUD dan penyediaan ruangan periksa untuk ibu hamil, ibu nifas dan ibu meneteki 4. Ketua PAUD dan Himpaudi: ajukan proposal ke Depdikas pusat untuk mendapatkan akses dana rintisan untuk pembelian APE luar

-57-

Anda mungkin juga menyukai