Anda di halaman 1dari 3

Gangguan Menstruasi  Amenore Amenore merupakan gejala bukan suatu penyakit.

Amenore primer adalah tidak terjadinya menarke sampai usia 17 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Sedangkan amenore sekunder berarti tidak terjadi menstruasi selama 3 bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus menstruasi. Amenore dapat bersifat fisiologis, endokrinologik, organik, atau akibat gangguan perkembangan. Amenore bersifat fisiologis pada perempuan usia prapubertas, hamil, dan pasca menopause, diluar itu amenore menunjukkan disfungsi atau abnormalitas dari sistem reproduksi. Tabel. Penyebab Amenore Stadium Perkembangan

Patologi Amenore primer Tidak ada/terhentinya perkembangan seksual Disfungsi hipotalamus sekunder Disfungsi hipofisis Kegagalan ovarium/disgenesis Perkembangan seksual sekunder yang normal Disfungsi hipotalamus Disfungsi hipofisis Perkembangan sistem mulleri yang tidak lengakap Perkembangan seksual sekunder yang abnormal Disfungsi hipotalamus Disfungsi hipofisis Kegagalan ovarium/disgenesis Produksi hormon seks yang tidak fisiologik Ketidakpekaan androgen Amenore Sekunder Pascamenarke Disfungsi hipotalamus Disfungsi hipofisis Disfungsi endometrium Disfungsi ovarium Pada remaja yang belum menunjukkan tanda-tanda pubertas sampai usia 13 tahun atau tidak menstruasi sampai 5 tahun setelah pubertas harus di periksa dengan seksama. Perempuan dewasa yang mengalami amenore selama 3 bulan juga harus dicari penyebabnya. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap, dengan perhatian khusus pada pengaruh dari berubahnya keadaan hormonal yang merupakan suatu langkah awal yang penting untuk penilaian khusus. Anamnesis : diet dan kebiasaan latihan, adanya gangguan fisiologik, gaya hidup, stres lingkungan, riwayat kelainan genetik dalam keluarga, kelainan pertumbuhan dan perkembangan, dan tanda-tanda kelebihan androgen merupakan keterangan penting. Pemeriksaan fisik meliputi genital dan palpasi organ-organ pelvis dan penilaian ukuranukuran tubuh, sikap tubuh, ada atau tidak adanya rambut tubuh serta distribusinya, perkembangan dan sekresi payudara. Pemeriksaan panggul dan palpasi organ-organ internal biasanya dapat menyingkirkan anomali dari derivat duktus mulleri, seperti disgenesis gonad, sindrom insensitivitas

androgen, sindrom turner, himen imperforata, aplasia vagina atau uterus, atau septum vaginalis. Penilaian Laboratorium Pada Amenore Langkah pertama menentukan apakah gangguan hormonal oleh kelainan pada hipotalamushipofisis atau kelainan gonad, dengan mengukur FSH serum. Jika FSH serum meningkat kemungkinan kelainannya pada ovarium, namun jika FSH serumnya normal atau rendah kemungkinan kelainanannya pada hipotalamus atau hipofisis. Penilaian juga bisa dilakukan pada fungsi tiroid atau adrenal untuk mengetahui adanya kelainan pada gonadotropin atau panhipopituitarisme. Penanganan pasien amenore Penanganan sering didasarkan pada kelainan patologik penyebab. Pasien dengan adenoma hipofisis yang menyekresi prolaktin harus ditangani dengan reseksi transsfenoidal tumor hipofisis atau supresi sekresi prolaktin dengan bromokriptin. Pasien dengan sekresi androgen berlebihan harus diberikan terapi supresif dengan kortikosteroid atau kontrasepsi oral. Pada pasien dengan defisiensi hipotalamus-hipofisis atau ovarium harus mendapat terapi pergantian dengan esterogen dan progesteron yang diberikan secara siklik. Pengobatan kombinasi estrogen dan progesteron membantu memelihara karakteristik seksual sekunder dan mencegah terjadinya atrofi vagina dan payudara osteopenia. Perempuan dengan gangguan gonad primer akan tetap mengalami infertil. Ovulasi dan fertilisasi dapat dicapai dengan pemberian klomifen sitrat, suatu senyawa non-steroid yang memiliki khasiat esterogenik atau antiesterogenik tergantu dimana tempatnya bekerja. Pada perempuan dengan hipopituitary atau tumar hipofisis dapat dipulihkan dengan pemberian FSH dan hCG yang bekerja seperti LH.  Sindrom Pramenstruasi Sindrom pramenstruasi (PMS : Premenstruasi syndrom dan PMT : Premenstruasi tension) adalah Kumpulan gejala-gejala fisik dan psikologis yang tejadi selama fase luteal siklus menstruasi dan menghilang pada saat menstruasi dimulai. Gejala-gejalanya dapat sangat berat sehingga dapat mengganggu kehidupan orang tersebut. Diagnosis ditegakkan setelah perempuan tersebut mengalami gejala-gejala yang sama selama kurun waktu 2-3 bulan. Berdasarkan pengalaman dokter, ada 3 temuan untuk menegakkan diagnosis; a. Kompleks gejala sesuai dengan PMS b. Gejala hanya muncul pada fase luteal siklus menstruasi ovulasi c. Gejalanya sangat berat hingga mengganggu kehidupan perempuan tersebut Karena etiologi dari PMS tersebut tidak diketahui sehingga tujuan utama pengobatan adalah sedapat mungkin mampu meredakan gejala yang paling jelas dirasakan. Intervensi sederhana seperti latihan fisik, mengubah pola makan, menghindari alkohol, kafein, dan garam dapat memperbaiki gejala pasien. Alternatif lain untuk mengurangi gejala pada pasien dapat dberikan agonis GnRH seperti mendroksi-progesteron asetat untuk menekan ovulasi, namun efek sampingnya yang dapat menyebabkan pendarahan uterus yang abnormal dapat mengurangi kegunaan obat ini.

 Dismenore Dismenore adalah nyeri yang disebabkan selama menstruasi akibat dari kejangnya otot uterus. Dismenore primer yang terjadi tanpa gangguan fisik dan hanya terjadi selama siklussiklus ovulatorik disebabkan oleh adanya jumlah prostaglandin2 yang berlebihan pada darah menstruasi yang merangsang hiperaktivitas uterus. Pengobatannya dengan agen-agen anti inflamasi nonsteroid yang menyekat sintesis prostaglandin melalui penghambatan enzim siklooksigenase. Selain itu, progesteron juga dapat menghambat sintesis prostaglandin endometrium sehingga kontrasepsi oral juga efektif. Dismenore sekunder timbul karena adanya masalah fisik seperti endometrosis, polip uterus, leiomioma, stenosis serviks atau penyakit radang panggul (PID). Pengobatannya bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang mendasari  Perdarahan Uterus Disfungsional Perdarahan Uterus Disfungsional adalah perdarahan yang terjadi tanpa adanya penyebab organik. Biasanya pasien dengan perdarahan uterus disfungsional memiliki siklus anovulasi karena gagalnya pematangan folikel ovarium hingga mencapai ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Penyebab dari anovulasi, kemungkinan disfungsi aksis hipotalamus-hipofisisovarium. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat tidak adanya siklus ovulatorik, perubahan suhu tubuh, kadar progesteron yang rendah. Pengobatan awal dilakukan untuk menghentikan proses dengan pemberian terapi hormonal termasuk esterogen yang diikuti progesteron, progesteron, atau kombinasi pil-pil kontrasepsi oral. Esterogen terkonjugasi dosis tinggi diberikan setiap hari hingga perdarahannya terkontrol, biasanya 2-3 hari. Kemudian dosis rendah diberikan setiap hari selama sisa siklus. Metidroprogesteron asetat harian diberikan pada hari ke-15 sampai 25 pada tiap siklus untuk merangsang fase luteal. Dosis dikurangi bila perdarahan berkurang, dan pemberian Metidroprogesteron asetat harian dapat diberikan selama 10 hari bila pada pemeriksaan biopsi danmenunjukkan adanya prolifersai endometrium. Terapi dilanjutkan seama 3 sampai 6 siklus kemudian dihentikan. Evaluasi selanjutnya dibutuhkan bila anovulasi terus berlanjut.  Perdarahan uterus Abnormal Perdarahan uterus Abnormal termasuk perdarahan yang disebabkan karena kehamilan, penyakit sistemik, kanker atau menstruasi yang abnormal. Penatalaksanaan tegantung dari keadaan abnormal yang spesifik

Anda mungkin juga menyukai