Anda di halaman 1dari 7

Peran Auditor Forensik Dalam Memberantas White Collar Crime Di Indonesia

I. Latar Belakang Perekonomian Indonesia berada dalam suatu kondisi yang memprihatinkan. Budaya curang seakan-akan sudah membudaya di masyarakat bahkan semakin berkembang dan lebih canggih seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal ini ditunjukkan oleh maraknya tindak kecurangan yang dilakukan oleh institusi pemerintah maupun non pemerintah yang disebut dengan kejahatan kerah putih (white collar crime). Kejahatan kerah putih yang meliputi korupsi, pencucian uang (money laundering), perekayasaan anggaran, penyalahgunaan asset, penyalahgunaan restitusi pajak, kredit macet, dan penipuan uang melalui internet sudah sering ditemukan bermula dari tindak korupsi yang dilakukan oleh Oknum. Banyaknya kasus kejahatan kerah putih tersebut membuat aksi pemberantasan terhadap kejahatan kerah putih itu mulai banyak dilakukan. Salah satu cara yang digunakan untuk memberantas kejahatan ini adalah pembentukan lembaga-lembaga pemerintah yang menangani tindak korupsi dan audit. Sayangnya, lembaga-lembaga dan audit yang digunakan selama ini tidak efektif dan tidak menimbulkan efek jera pada para pelaku kejahatan. Hal ini disebabkan karena lemahnya hukum di Indonesia, sistem pengendalian intern yang kurang efektif, dan juga kurangnya peran akuntan publik dalam menyikapi kecurangan yang dilakukan dalam kejahatan ini. Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (misstatement) yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. Tujuan pemeriksaan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Pendapat wajar tersebut akan dinyatakan oleh auditor setelah didapatkan bukti yang relevan bahwa laporan keuangan tersebut sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Dalam memperoleh bukti atau keterangan yang berhubungan dengan pemeriksaan laporan
1

keuangan, seorang auditor akan berhubungan dengan manajemen, dewan komisaris dan komite audit, auditor intern dan pemegang saham. Namun pada kenyataannya, terkadang dalam pengumpulan bukti-bukti audit tersebut sering terdeteksi adanya tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Integrasi keseluruhan informasi baik yang diperoleh dari pihak manajemen atau informasi yang diperoleh sendiri terhadap keputusan auditing mereka, merupakan suatu dilema bagi auditor. Dilema yang terjadi menyangkut berbagai hal, seperti materialitas dan resiko, faktor-faktor ekonomis, besarnya dan karakterisistik populasi. Untuk memberikan suatu pendapat yang yang seharusnya akan hasil audit, auditor harus mempertimbangkan ketiga hal di atas. Terkadang suatu penyimpangan yang tidak terdeteksi auditor disebabkan adanya ruang lingkup audit yang dibatasi oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas hasil audit dan kredibilitas para auditor, auditor dituntut untuk semakin peka terhadap berbagai penyimpangan yang disengaja (kecurangan) dan yang tidak disengaja (kekeliruan), baik yang terdeteksi maupun yang tidak terdeteksi. Dalam rangka mendeteksi salah saji tersebut, dibutuhkan dukungan keahlian audit. II. Pembahasan Masalah Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas hasil audit dan kredibilitas para auditor, auditor dituntut untuk semakin peka terhadap berbagai penyimpangan yang disengaja (kecurangan) dan yang tidak disengaja (kekeliruan), baik yang terdeteksi maupun yang tidak terdeteksi. Dalam rangka mendeteksi salah saji tersebut, dibutuhkan dukungan keahlian audit. Salah saji terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Menurut standar pengauditan, faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang disengaja atu tidak disengaja. Terjadinya kecurangan-suatu tindakan yang disengaja-yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses
2

pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa dampak kerugian. Apabila dilihat dari peran akuntan publik, fenomena kecurangan ini menjadi masalah yang serius karena menyangkut citra akuntan publik terutama auditornya. Kecurangan-kecurangan dalam laporan keuangan ini terkadang tidak dapat terdeteksi oleh auditor. Seperti kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan perusahaan klien, misalnya kecurangan yang melanggar wilayah hukum dan peraturan yang berlaku. Biasanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan sulit terdeteksi karena pelaku biasanya merupakan orang-orang yang dipercaya oleh perusahaan. Oleh karena itu, auditor laporan keuangan harus mempunyai keahlian untuk mendeteksi kecurangan ini. Untuk tindak lebih lanjutnya, auditor laporan keuangan ini hanya dapat mendeteksi saja sedangkan untuk pengungkapannya diserahkan pada auditor forensik yang lebih berwenang. Auditor forensik inilah yang nantinya akan menggunakan suatu aplikasi audit lain selain audit biasa yang digunakan para auditor laporan keuangan untuk mengungkapkan kecurangan yaitu akuntansi forensik. Awalnya, akuntansi forensik ini digunakan oleh seorang ahli hukum untuk memecahkan kasus yang berhubungan dengan bidang Akuntansi. Namun seiring perkembangan kebutuhan akan sebuah audit yang andal, akuntansi forensik ini juga mulai dikembangkan menjadi suatu aplikasi yang digunakan oleh pihak-pihak lain di luar hukum. Akuntansi forensik di Indonesia sendiri sudah mulai diterapkan walaupun masih jarang ditemukan di masyarakat. Tetapi bukan berarti bahwa akuntansi forensik ini tidak menarik animo masyarakat. Berdasar fakta-fakta yang berhasil penulis temukan, beberapa universitas sudah mulai memasukkan mata kuliah Akuntansi Forensik ke dalam kurikulumnya. Bukan hanya di program pasca sarjana saja melainkan juga di program sarjananya. Selain itu, bukubuku literatur mengenai akuntansi forensik sudah dapat ditemukan di Indonesia baik dalam bahasa asing maupun Indonesia. Kini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pun mulai mengadakan pelatihan audit forensik bagi seorang auditor yang tertarik untuk mendalami bidang akuntansi forensik ini.

Meningkatnya animo masyarakat tersebut kemudian juga diiringi dengan animo pelayanan jasa akuntan forensik yang kompeten di bidangnya. Kompetensi yang dimiliki seorang akuntan forensik ini penting untuk meningkatkan keyakinan masyarakat akan sebuah laporan keuangan yang andal dan relevan, terutama dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Pihak-pihak yang berkepentingan ini meliputi akademisi, akuntan forensik atau auditor forensik, dan ahli hukum. Dari literatur-literatur dan studi empiris sebelumnya di Amerika, telah disebutkan secara rinci mengenai kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik dalam menangani kasus kecurangan yang dilakukan oleh penjahat kerah putih. Dalam hal ini kompetensi-kompetensi tersebut yang juga mendukung peran auditor forensik dalam memberantas kejahatan kerah putih di suatu negara. Kompetensi-kompetensi inilah yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut mengenai peran, strategi, dan kendala-kendala yang ditemui oleh auditor forensik dalam memberantas kejahatan kerah putih (white collar crime), khususnya di Indonesia.

PERAN AUDITOR FORENSIK DALAM MEMBERANTAS WHITE COLLAR CRIME DI INDONESIA Kecurangan (Fraud) Howard Silverstone dan Michael Sheetz (2004) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai sebuah aktivitas yang mengambil lokasi di bidang sosial dan memiliki konsekuensi yang besar untuk perekonomian, perusahaan, dan individu-individu. Perbedaan kecurangan (fraud) dan kekeliruan (error) adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadi salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja yaitu :

1. Kesalahan dalam proses menyusun laporan keuangan secara tidak disengaja.

2. Kesalahan penerapan prinsip akuntansi (jumlah, klasifikasi, penyajian, dan pengungkapan) secara tidak disengaja. Salah satu yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini: 1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen

pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. 2. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan. 3. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Auditor Forensik Dalam rangka meningkatkan kinerja seorang auditor forensik dalam mengungkap kecurangan yang ada diperlukan kompetensi-kompetensi khusus. Kompetensi yang dimiliki seorang auditor forensik ini penting untuk meningkatkan keyakinan masyarakat akan sebuah laporan keuangan yang andal dan relevan, terutama dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Pihak-pihak yang berkepentingan yang dimaksud di sini meliputi akademisi, akuntan forensik, dan ahli hukum. Dalam sebuah literatur asing berjudul Forensic Accounting, diungkap mengenai kompetensi-kompetensi khusus yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik meliputi: 1. Keterampilan auditing 2. Pengetahuan dan keterampilan menginvestigasi 3. Kriminologi yang secara khusus mempelajari psikologi kriminalitas. 4. Pengetahuan akuntansi secara umum 5. Pengetahuan mengenai hukum 6. Pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi informasi (TI) 7. Keterampilan berkomunikasi

Ahli hukum berpandangan bahwa seorang auditor forensik yang terpenting adalah harus mampu membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan penghitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan atau pelanggaran kontrak. Strategi yang Digunakan Auditor Forensik untuk Memberantas Kejahatan Kerah Putih Strategi yang digunakan auditor forensik untuk memberantas kejahatan kerah putih tergantung dari kejahatan yang dilakukan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi yang digunakan dalam memberantas korupsi karena kasus kejahatan yang marak di Indonesia saat ini adalah korupsi. Selain itu, kurangnya sumber daya manusia atau auditor forensik di Indonesia membuat pemberantasan korupsi berjalan dengan lambat. Namun demikian, kendala ini senantiasa diatasi dengan adanya pelatihan-pelatihan terhadap para auditor maupun calon auditor di Indonesia secara kontinu. Kendala-Kendala yang Ditemui Auditor Forensik dalam Memberantas Kejahatan Kerah Putih Seperti dijelaskan sebelumnya, Indonesia merupakan Negara yang paling parah penyakit korupsinya. Penyakit ini tidak hanya dimonopoli oleh lembaga pemerintah, tetapi keberadaan penyakit ini di lembaga pemerintah harus disoroti sejalan dengan keinginan untuk untuk menciptakan sistem pemerintahan yang bersih (good government governance). Sebenarnya Indonesia mempunyai lembaga-lembaga sebagai perangkat pengawas keuangan mulai dari tertinggi seperti badan pemeriksa keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan berbagai tingkat inspektorat sektoral dan lintas sektoral serta kantor akuntan pulik yang dapat diminta untuk melaksanakan audit jika dirasakan ada indikasi tindak pidana korupsi. Namun yang terjadi sampai detik ini kasus korupsi baik kecil maupun besar masih saja sulit diberantas, bahkan cenderung meningkat.

III. Kesimpulan Adanya tindak kecurangan keuangan dan kejahatan kerah putih di tanah air Indonesia yang semakin canggih tetapi tidak didukung oleh fundamental hukum yang kuat, menimbulkan keprihatinan masyarakat. Perlunya sarana untuk memberantas kejahatan kerah putih ini sangat dibutuhkan. Audit laporan keuangan tidak cukup untuk mendeteksi dan mengungkapkan kecurangan dalam kejahatan keuangan.Salah satu ilmu yang dikembangkan di Indonesia untuk membantu audit laporan keuangan yaitu akuntansi forensik. Auditor forensik yang diharuskan memiliki kompetensi khusus yang berbeda dengan auditor laporan keuangan melihat dari peran pentingnya dalam pemberantasan kejahatan kerah putih.

a. Saran Kejahatan kerah putih yang masih menjadi keprihatinan masyarakat Indonesia saat ini adalah korupsi yang dilakukan oleh oknum pejabat. Untuk memberantas korupsi maupun penyalahgunaan jabatan dalam bentuk kolusi atau lainnya diperlukan kemauan politik dan aksi politik yang konkrit dari pemerintah. Selain itu, peran auditor forensik juga diperlukan terutama fokus pada pengendalian intern pemerintahan. Auditor forensik diharapkan mampu menilai pengendalian intern pemerintahan dan dapat mencari bukti mengenai tindak korupsi yang dilakukan di pemerintahan dengan berbagai strategi yang kreatif. Walaupun banyak kendala dalam mengatasi kejahatan kerah putih, dalam hal ini korupsi, pemerintah masih terus berusaha melakukan berbagai upaya seperti mengadakan pelatihan-pelatihan audit forensik bagi para auditor maupun para calon auditor untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas auditor forensik di Indonesia ini.

Anda mungkin juga menyukai