Anda di halaman 1dari 3

Teori Ko-orientasi oleh Mcleod dan Chaffe (1973)

Teori-teori komunikasi pada awalnya didominasi oleh pendekatan yang linier dan mekanistis. Dimulai dari Lasswell yang memperkenalkan formula untuk mengenali

komponen dalam proses komunikasi massa dan jenis-jenis studi pada tiap komponen. Teori berikutnya yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver menggambarkan proses komunikasi secara matematis dengan mengadopsi proses telekomunikasi untuk diterapkan dalam konteks komunikasi manusia. Konsep Shannon-Weaver ini kemudian dikembangkan oleh DeFleur yang memperkenalkan dimensi umpan balik dalam proses komunikasi. Pendekatan yang lebih memperhitungkan variabel lain dalam proses komunikasi massa dikemukakan oleh McLeod dan Chaffee. Teori ko-orientasi mereka menjelaskan

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kekuatan politik, publik, dan media massa dalam menanggapi suatu peristiwa tertentu. Fokus dari teori ini adalah komunikasi antar kelompok dalam masyarakat yang berlangsung secara interaktif. Pendekatan ini memandang sumber informasi, komunikator, dan penerima dalam suatu situasi komunikasi yang dinamis. Hubungan antar elemen-elemen tersebut dituangkan dalam bagan yang manyerupai layang- layang Dalam teori ini elite biasanya diartikan sebagai kekuatan politik yang ada dalam masyarakat.

Page | 1

Teori tersebut menggambarkan hubungan antara elit, isu, publik, dan media. Elit biasanya diartikan sebagai kekuatan politik yang ada dalam masyarakat. Isu adalah perbincangan atau perdebatan mengenai suatu kejadian di dalam masyarakat. Publik adalah kelompok atau komunitas dalam masyarakat yang berkompoten dengan peristiwa yang diinformasikan dan sekaligus sebagai khalayak media. Media mengacu pada unsur-unsur yang ada dalam media, seperti wartawan, editor, dan sebagainya. Garis yang menghubungkan antar elemen ini memiliki sejumlah interpretasi dapat berupa hubungan, sikap atau pun persepsi. Demikian pula arah dari garis tersebut bisa dianggap sebagai komunikasi searah ataupun dua arah. Teori ko-orientasi menjelaskan bahwa informasi mengenai suatu peristiwa dicari dari, atau didapatkan oleh, anggota masyarakat dengan mengacu pada pengalaman peribadi, sumber dari kalangan elit, media massa atau kombinasi ketiganya (Sendjaja, 1994). Hubungan dinamis terjadi antara publik dan elit politik tertentu, pada sikap publik terhadap media, dan pada hubungan antara elit dan media. Perbedaan atau pertentangan antara publik dan elit dalam mempersepsi suatu isu akan mempengaruhi publik untuk mencari informasi melalui media dan sumber-sumber informasi lainnya. Para elit juga digambarkan dapat memanipulasi persepsi publik dengan secara langsung mencampuri peristiwa tersebut atau dengan cara mengendalikan media massa (Sendjaja, 1994). Teori koorientasi juga menerangkan bahwa berbicara penting, namun mendengar lebih penting. Kegagalan organisasi publik dapat berawal dari kekurang-mampuannya mendengar secara efektif.

Page | 2

Daftar Pustaka
Sumber buku : S.Djuarsa Sendjaja,Ph.D.,Dkk, Teori komunikasi,Dkk, Jakarta;Universitas Terbuka,2005, Drs.Wawan Kuswandi ; Komunikasi Massa Sebuah Analisis Cipta,Jakarta,1996 Sumber Internet : http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206669-teori-ko-orientasi-oleh-mcleod/ http://pksm.mercubuana.ac.id Media Televisi, Rineka

Page | 3

Anda mungkin juga menyukai