Anda di halaman 1dari 37

STUDI TENTANG ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SECARA ELEKTRONIK

Tim Studi Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL TAHUN 2005

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena kami telah menyelesaikan studi mengenai Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik. Tugas pokok dari tim ini adalah melakukan riset dan studi untuk mengetahui model yang paling tepat bagi Bapepam tentang bagaimana menganalisis laporan keuangan secara elektronik. Sebagaimana diketahui, dalam rangka pengawasan pasar modal, Bapepam berkepentingan terhadap analisis laporan keuangan berkala yang disampaikan oleh Emiten secara reguler. Dengan makin bertambahnya jumlah Emiten yang listed di Bursa, maka semakin meningkat pula beban pengawasan yang dilakukan. Berangkat dari kondisi tersebut, tentunya Bapepam berkepentingan untuk mengembangkan suatu sistem analisis laporan keuangan yang dapat diterapkan secara elektronik. Melalui sistem tersebut, diharapkan kinerja staf Bapepam yang berkaitan dengan analisis laporan keuangan dapat ditingkatkan dan menghasilkan suatu proses yang efektif dan efisien. Akhirnya, tim berharap hasil penelitian dan studi ini akan bermanfaat bagi pengembangan Pasar Modal Indonesia melalui peningkatan aspek transparansi dan akuntabilitas pelaporan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan sebagai masukan bagi kami dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.

Jakarta,

November 2005

Ketua Tim

DAFTAR ISI
Hal Kata Pengantar Daftar Isi Executive Summary Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Metode Studi D. Organisasi Studi E. Waktu Studi Bab II Tinjauan Pustaka A. Perlunya Laporan Keuangan B. Analisis Laporan Keuangan C. Prosedur Analisis Laporan Keuangan D. Tehnik Analisis Laporan Keuangan Bab III Kajian Pengembangan Sistem Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik A. Model Sistem Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik B. XBRL : Upaya Meningkatkan Efisiensi, Transparansi, dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Secara Elektronik C. Kebutuhan Sistem (Requirement) Bab IV Kesimpulan dan saran A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka Lampiran (CD) 31 32 14 25 29 4 7 10 11 1 2 3 3 3

EXECUTIVE SUMMARY

Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi (TI) dalam industri keuangan telah merambah di segala aspek dan telah mampu mengubah tatanan sistem keuangan modern. Melalui kemampuan yang ditawarkannya, TI terbukti dapat menekan biaya, menciptakan proses kerja yang lebih cepat dan efisien, serta menawarkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Didukung dengan perkembangan transaksi keuangan yang saat ini serba elektronik dan non-fisik (dematerialized), TI semakin menjadi salah satu piranti yang diunggulkan untuk digunakan di dalam industri keuangan. Para regulator di industri keuangan, termasuk Bapepam, saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menyediakan suatu sistem yang mampu mengumpulkan, memproses, menganalisa, dan mendistribusikan laporan secara efektif, akurat, dan efisien. Di sisi lain, publik dan pengguna informasi makin menuntut regulator untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan laporan yang dipublikasikan hasil dari aktivitas pengawasan dan analisis yang telah dilakukannya. Dari kajian yang telah dilaksanakan setidaknya terdapat 3 kelompok cara yang dapat dilaksanakan dalam melakukan analisis laporan keuangan secara elektronik : Sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pengolahan pelaporan keuangan secara hard-copy (paper bound), Sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pelaporan keuangan dengan menggunakan form elektronik (web-based/program bound), Sistem analisis yang dikembangkan dari sistem pelaporan yang adaptif (Adaptive Standard-Based). Sistem yang paling memiliki keunggulan untuk diimplementasikan adalah sistem yang berbasis Adaptive Standard-Based. Salah satu contoh sistem analisis yang berbasis Adaptive Standard-Based adalah XBRL (eXtensible Business Reporting Language). Laporan keuangan yang dipublikasikan dengan format XBRL akan memudahkan pihak internal maupun eksternal dalam melakukan analisis laporan. Dengan format tersebut, siapapun pihak yang memerlukan data dapat dengan mudah mendapatkannya dan melakukan analisis tanpa harus khawatir kehilangan konsistensi data dan informasi. Untuk kepentingan pasar modal, XBRL dapat diterapkan kepada Emiten dalam rangka penyampaian laporan keuangan secara berkala. Bapepam dapat bekerjasama dengan Bursa dan SRO untuk menyiapkan infrastruktur, aplikasi, dan mekanisme pelaporannya.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi (TI) dalam industri keuangan telah merambah di segala aspek dan telah mampu mengubah tatanan sistem keuangan modern. Melalui kemampuan yang ditawarkannya, TI terbukti dapat menekan biaya, menciptakan proses kerja yang lebih cepat dan efisien, serta menawarkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Didukung dengan perkembangan transaksi keuangan yang saat ini serba elektronik dan non-fisik (dematerialized), TI semakin menjadi salah satu piranti yang diunggulkan untuk digunakan di dalam industri keuangan. Salah satu pemanfaatan TI dalam industri keuangan adalah dengan diimplementasikannya sistem pelaporan data dan informasi keuangan secara on-line (online financial reporting). Dalam beberapa tahun terakhir ini telah berkembang beragam cara untuk menerapkan financial reporting, mulai pengiriman dan penyampaian file (soft copy) yang disampaikan secara manual maupun via email, sampai dengan pelaporan keuangan melalui internet (web-based form). Hasil dari sistem yang beragam tersebut akan menghasilkan output pelaporan yang beragam pula, seperti berupa file spreadsheet, HTML format, text file, dan PDF (Portable Document Format). Salah satu kelemahan dari keberagaman tersebut adalah kesulitan melakukan pengintegrasian data untuk keperluan analisis dan pengambilan keputusan (noninterchangeable formats). Kondisi tersebut makin kompleks dengan beragamnya sistem dan aplikasi analisis laporan yang digunakan oleh pengguna informasi (users computing platforms) sehingga memerlukan upaya tambahan untuk melakukan integrasi data. Para regulator di industri keuangan, termasuk Bapepam, saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menyediakan suatu sistem yang mampu mengumpulkan, memproses, menganalisa, dan mendistribusikan laporan secara efektif, akurat, dan efisien. Di sisi lain, publik dan pengguna informasi makin menuntut regulator untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan laporan yang dipublikasikan hasil dari aktivitas pengawasan dan analisis yang telah dilakukannya.

Di Pasar Modal Indonesia, dengan makin bertambahnya jumlah Perusahaan yang tercatat di Bursa (Emiten), maka makin meningkat pula volume dan jenis pelaporan yang akan disampaikan kepada Bapepam baik berupa hard-copy maupun soft-copy. Termasuk dalam hal ini adalah laporan keuangan secara berkala. Bentuk pelaporan keuangan yang selama ini diserahkan kepada Bapepam berupa hard-copy (printed annual report and semiannual report) dan soft-copy (PDF, Ms Excel). Dengan belum adanya metode dan cara pengiriman yang terstandar, mengakibatkan Bapepam mengalami kesulitan dalam melakukan analisis secara cepat dan tepat. Untuk menganalisisnya, staf Bapepam memerlukan klarifikasi dan input ulang, di mana hal tersebut tentunya sangat memerlukan waktu dan tenaga serta berisiko tinggi akan terjadinya kesalahan. Saat ini Bapepam sedang berupaya untuk mengembangkan suatu sistem yang mampu menganalisis laporan keuangan berkala Emiten secara elektronik. Maksud dari istilah secara elektronik adalah sistem tersebut diharapkan mampu mengolah data yang telah diinput sedemikian rupa sehingga menghasilkan ukuran-ukuran tertentu (output) yang memberikan informasi kondisi keuangan secara cepat, tepat, konsisten, dan dapat digunakan sesuai kebutuhan. Tujuan utama dari upaya tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan pengawasan Bapepam terhadap kondisi finansial Emiten, sebagai salah satu early-warning system dalam mengamati kesehatan kondisi finansial Emiten. Merujuk pada hal di atas, maka sangat relevan untuk diadakan suatu studi yang memberikan suatu solusi alternatif yang tepat guna dalam upaya merealisasikan sistem analisis laporan keuangan secara elektronik di Bapepam, mudah untuk dilaksanakan (applicable) dan implementatif. Diharapkan dari studi ini akan diketahui model pengembangan sistem analisis laporan keuangan yang paling tepat bagi Bapepam dalam upaya meningkatkan kemampuan pengawasan Bapepam di masa mendatang.

B. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan studi ini adalah sebagai berikut:

Mengetahui model-model analisis laporan keuangan secara elektronik, Mengetahui kebutuhan (requirement) dalam mengembangkan model analisis laporan keuangan secara elektronik,

Mengusulkan model sistem analisis laporan keuangan secara elektronik yang tepat bagi Bapepam .

C. Metode Studi Adapun metode studi yang dilakukan meliputi:

Riset Internet (online research) Hal tersebut dilakukan dengan mengunjungi website dan mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan analisis laporan keuangan secara elektronik. Selain itu juga melihat sistem pelaporan keuangan secara elektronik di beberapa institusi pasar modal negara lain seperti : SEC-USA (Securities Exchange Commission) dan TSE-Japan (Tokyo Stock Exchange).

Studi Pengembangan Studi pengembangan dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan

Departemen Informatika, Institut Teknologi Bandung (ITB). Hal ini diperlukan untuk mengetahui alternatif pemanfaatan teknologi yang dapat digunakan dalam sistem analisis laporan keuangan secara elektronik.

D. Organisasi Studi Organisasi studi terdiri dari :


1 orang sebagai Pengarah 1 orang sebagai Ketua 1 orang sebagai Wakil Ketua 1 orang sebagai Sekretaris 9 orang sebagai Anggota Peneliti 4 orang sebagai Pembantu Peneliti 2 orang sebagai Staf Sekretariat

E. Waktu Studi Studi dilakukan pada tahun anggaran 2005 dengan jangka waktu dari bulan Januari sampai dengan Desember 2005.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlunya Laporan Keuangan Sebagai upaya dalam mewujudkan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu dengan memberikan perlindungan yang maksimal kepada masyarakat pemodal. Salah satu bentuk perlindungan tersebut diantaranya adalah dengan berusaha memastikan bahwa seluruh investor (publik) selaku pihak eksternal dapat memperoleh informasi dan fakta-fakta material yang sama dengan yang diperoleh oleh pihak internal perusahaan, seperti informasi kinerja perusahaan sebagai salah satu dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Informasi seputar kinerja suatu perusahaan bisa dilihat dari berbagai media, diantaranya adalah melalui laporan keuangan secara periodik dari perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah merupakan sebuah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. 1 Adapun laporan keuangan menurut Erich A. Helfert adalah : Seperangkat laporan yang biasanya terdiri dari neraca untuk periode tertentu, laporan operasi untuk periode tertentu, dan laporan arus dana untuk periode yang sama, ditambah dengan laporan khusus yang menjelaskan perubahan ekuitas kepemilikan pada neraca. 2 Sedangkan PSAK edisi revisi tahun 2004 menjelaskan bahwa Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang

S. Munawir. Drs. Akuntan, Analisa Laporan Keuangan, Liberty Yogyakarta, Edisi Ke-empat, Cetakan Kesembilan 1998, hlm 2.
2

Erich A. Helfert, Analisa Laporan Keuangan, Erlangga Jakarta, Edisi Ke-tujuh, Cetakan Kedua 1995, hlm 9.

berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segemen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. 3 Sedangkan definisi laporan keuangan menurut peraturan Bapepam Nomor : VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dijelaskan bahwa laporan keuangan terdiri dari : Neraca yang menggambarkan posisi keuangan yang menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu; Laporan Rugi Laba yang merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya; Laporan Perubahan Ekuitas yaitu laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan; Laporan Arus Kas yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dengan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan; Catatan Atas Laporan Keuangan yang memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya.
4

Sementara itu tujuan laporan keuangan sebagaimana tertuang dalam surat edaran ketua Bapepam Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002, adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan

PSAK I, Standar Akuntansi Keuangan- Ikatan Akuntan Indonesia (SAK-IAI), penerbit salemba empat jakarta, edisi revisi, 1 oktober 2004, halaman 2.
4

Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian laporan Keuangan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-06/PM/2000, halaman 7, huruf 3.

keputusan ekonomi. Secara umum, laporan keuangan menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 5 Sebagaimana diketahui bahwa ada banyak pihak yang mempunyai kepentingan bersama terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, adapun pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap posisi keuangan dari suatu perusahaan diantaranya adalah : para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisisli dan para buruh/karyawan serta pihak-pihak lainnya. Pentingnya laporan keuangan bagi manajemen perusahaan diantaranya adalah untuk menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya yang biasanya dinilai/ diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Dengan kata lain laporan keuangan diperlukan oleh manajemen perusahaan untuk menilai seberapa besar hasil-hasil yang telah dicapai, dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa memprediksi bagian keuntungan yang akan diterima serta perkembangan kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Adapun hal yang terpenting bagi manajemen perusahaan bahwa laporan keuangan dimaksud adalah merupakan alat untuk mempertanggung jawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Pentingnya laporan keuangan bagi pemerintah diantaranya adalah untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan yang dalam hal ini juga dibutuhkan oleh pihak lain seperti Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan tenaga kerja untuk dasar perencanaan pemerintah. Disamping pihakpihak tersebut di atas, tentunya masih banyak lagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan seperti misalnya : organisasi perusahaan sejenis, bursa efek, pasar uang dan pasar modal. Sedangkan pentingnya laporan keuangan bagi para investor (penanam modal) selaku pihak yang menanamkan modalnya di perusahaan tersebut diantaranya adalah untuk melihat seberapa besar prospek keuntungan yang akan diperolehnya dimasa yang akan datang (rate of return) dan untuk mengetahui perkembangan perusahaan selanjutnya serta untuk mengetahui jaminan atas investasinya. Untuk itu para investor menganggap perlunya untuk melakukan analisis-analisis atas laporan keuangan dimaksud dengan tujuan dapat atau tidaknya untuk menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh dimasa yang akan

Surat Edaran ketua Bapepam Nomor : SE-02/PM/2002 tanggal. 22 Desember 2002.

datang

khususnya

berkaitan

dengan

penanaman

modalnya

diperusahaan

yang

bersangkutan. Sebagaimana umumnya standar penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan terdiri dari neraca, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal atau laba yang ditahan, walaupun dalam prakteknya sering diikut sertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, perhitungan harga pokok maupun daftar-daftar lampiran yang lain. Adapun standar penyusunan dan atau penyajian laporan keuangan untuk perusahaan yang bergerak di industri pasar modal, diantaranya adalah : Laporan keuangan harus disajikan secara wajar yang meliputi posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan disertai pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan PSAK (Neraca, Laporan Rugi Laba, laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan). Informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan sesuai dengan ketentuan Bapepam yang terkait dengan laporan keuangan, serta yang sesuai dengan praktik akuntansi yang lazim berlaku di pasar modal tetap dilakukan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK.

B. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progres report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Adapun sifat dari laporan keuangan dimaksud adalah menyajikan data historis serta menyeluruh yang terdiri dari data yang merupakan hasil kombinasi antara : Fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulated) serta pendapat pribadi (personal judgement). Data keuangan tersebut akan lebih berarti lagi bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila di analisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh informasi yang dapat mendukung keputusan-keputusan yang akan diambil dikemudian hari. Untuk itu ada beberapa aspek dalam laporan keuangan yang dianggap penting dan perlu mendapat perhatian khusus sehingga perlu dievaluasi serta di dianalisis lebih lanjut. Aspek dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Likwiditas Sebagaimana diketahui bahwa likwiditas merupakan bentuk kemampuan yang dalam hal ini adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likwid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya jika suatu perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan dimaksud dalam keadaan illikwid b. Solvabilitas Adapun solvabilitas adalah merupakan suatu bentuk kemampuan dari perusahaan dalam hal memenuhi kewajiban keuangannya pada saat dan atau apabila perusahaan tersebut dilikwidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun kewajiban keuangan jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel. Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang illikwid menunjukkan keadaan keuangan yang kurang baik, karena kedua-duanya pada suatu waktu akan menghadapi kesulitan keuangan. Perusahaan yang illikwid akan segera mengalami kesulitan keuangan walaupun perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel; sebaliknya jikalau perusahaan dalam keadaan insolvabel tetapi likwid maka tidak akan segera mengalami kesulitan keuangan, dan kesulitan keuangan baru akan timbul jikalau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hubungan antara likwiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan keadaan yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu : (1) perusahaan yang likwid dan solvabel; (2) perusahaan yang likwid tetapi insolvabel; (3) perusahaan yang illikwid dan insolvabel; dan (4) perusahaan yang illikwid tetapi solvabel.

c. Rentabilitas atau provitabilitas Rentabilitas atau provitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam hal menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas dari suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus sehingga perlu dianalisis demi memperoleh penilaian atas profitability atau rentabilitas suatu perusahaan. Pada umumnya rentabilitas sering digunakan untuk mengukur effisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rendabel. Oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi jauh lebih penting daripada keuntungan yang besat. d. Stabilitas usaha Stabilitas usaha dari suatu perusahaan yaitu, merupakan bentuk kemampuan dari perusahaan tersebut dalam hal mempertahannkan operasional perusahaan yang bersangkutan dan pada umumnya ditunjukkan dengan kemampuan melakukan usaha secara stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya perusahaan bisa membayar kembali hutang-hutangnya tepat pada waktunya. Disamping itu perusahaan juga mampu untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. Faktor-faktor tersebut di atas (likwiditas, solvabilitas, rentabilitas dan stabilitas usaha) akan dapat diketahui dengan cara melakukan analisis dan menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode dan atau tehnik analisis yang tepat/ sesuai dengan tujuan analisis. Laporan keuangan dari suatu perusahaan perlu dianalisis, hal ini menunjukkan bahwa dengan analisis tersebut akan dapat diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

C. Prosedur Analisis Hasil analisis laporan keuangan dari suatu perusahaan harus dapat menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Harus diakui bahwa bentuk dan isi laporan keuangan tidak atau belum ada keseragaman diantara perusahaan-perusahaan industri, perdagangan hingga ke industri pasar modal, sehingga klasifikasi dari pos-pos yang ada dalam laporan keuangan suatu perusahaan akan berbedabeda dengan perusahaan yang lain. Untuk itulah perlunya mencermati sisi-sisi perbedaan yang biasanya muncul dalam melakukan analisis laporan keuangan yang biasanya disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah : a. Laporan keuangan tersebut disesuaikan dengan tekanan atau tujuan manajemen atau maksud pengguna laporan tersebut, misalnya untuk tujuan intern atau untuk tujuan perencanaan dan pengawasan intern akan berbeda dengan laporan yang ditujukan untuk ketentuan penentuan pajak (kemungkinan adanya laba yang disembunyikan), juga akan berbeda dengan lapoan yang ditujukan untuk para kreditor atau calon kreditor dimana untuk tujuan kreditor ini akan dotonjolkan tingkat likwiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan; b. Perbedaan pendapat diantara penyusun laporan keuangan dimaksud, misalnya : perbedaan pendapat tentang besarnya suatu pengeluaran untuk perbaikan mesin yang harus dikapitalisir, taksiran umur suatu aktiva tetap dll; c. Perbedaan pengetahuan serta pengalaman diantara akuntan yang menyusun laporan keuangan tersebut. Misalnya : akuntan yang memperoleh pendidikan atau pengetahuan sistem akuntansi secara continental (rekening stelsel) dengan akuntan yang memperoleh pengetahuan akuntansinya secara anglo saxon (accounting), maka sudah barang tentu bentuk dan susunan laporannya juga akan berbeda pula; d. Ada kalanya menjumpai kegagalan dalam mengetrapkan sebutan-sebutan (terminology) ataupun klasifikasi terbaru yang telah diterima umum atau lazim digunakan. Untuk itulah prosedur yang harus dilalui oleh setiap analis sebelum melakukan perhitungan-perhitungan adalah dengan terlebih dahulu melihat, mempelajari dan mereview secara menyeluruh atas laporan keuangan dimaksud dan jika perlu bisa dilakukan penyusunan kembali (reconstruction) sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dan tujuan analisis. Dengan demikian analis akan terbantu dalam melakukan dan mengadakan perhitungan-perhitungan, analisis dan interpretasi yang ditunjang dengan menggunakan metode serta tehnik analisis yang tepat sesuai dengan tujuan analisis itu sendiri.
10

D. Tehnik Analisis Metode dan tehnik analisis (alat-alat analisis) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, seperti misalnya : diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Tujuan dari setiap metode dan tehnik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Untuk itu pertama-tama analis harus mengkoordinir atau mengkompilasi data yang diperlukan, selanjutnya mengukur dan kemudian menganalisis serta menginterpretasikan sehingga data tersebut menjadi lebih berarti. Ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap analis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis horisontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horisontal ini disebut pula sebagai metode analisis dinamis. Adapun analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya diketaui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya. Ada beberapa tehnik analisis yang biasa digunakan oleh para analis dalam menganalisis laporan keuangan, diantaranya adalah : 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, yaitu : metode atau tehnik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan : a. data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah; b. kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah; c. kenaikan atau penurunan dalam prosentase; d. perbandingan yang dinyatakan dengan ratio; e. prosentase dari total.

11

Analisis dengan menggunakan metode ini akan diketahui perubahan-perubahan yang akan terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan evaluasi serta penelitian lebih lanjut. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), yaitu suatu metode dan tehnik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common-size statement, yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash flow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis ratio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisis Break-Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Metode dan tehnik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat

12

agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

13

BAB III
KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SECARA ELEKTRONIK

A. Model Sistem Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik Sistem analisis laporan keuangan yang akan dilakukan secara elektronik juga harus memperhatikan sistem pelaporan (reporting system) yang terkait dengannya. Hal ini dikarenakan kelancaran dan mutu data yang akan diolah sangat tergantung dengan kehandalan sistem pelaporan tersebut. Terdapat 6 prinsip utama yang harus diperhatikan dalam menyusun sistem pelaporan yang ideal : Timely (tepat waktu) Agar informasi dan data dapat digunakan secara maksimal, sistem pelaporan harus meyakinkan penggunanya bahwa informasi dan data yang diperlukan dapat disajikan secara cepat dan tepat waktu. Accurate (keakuratan) Informasi dan data yang dilaporkan harus bebas dari kesalahan dan manipulasi Reasonable (tingkat kesulitan) Pihak penerima laporan (regulator) harus mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dihadapi pihak pelapor dalam menggunakan mekamisme yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, sistem dan mekanisme pelaporan jangan sampai menyulitkan pihak pelapor sehingga menghasilkan hasil yang kontraproduktif. Relevant (relevansi) Data dan informasi yang disampaikan oleh pelapor dan kemudian diolah oleh penerima laporan harus menghasilkan informasi yang benar-benar dibutuhkan sebagaimana yang telah ditentukan.

14

Efficient (efisien) Biaya yang diperlukan dalam rangka pengumpulan data dan informasi harus proporsional dengan besarnya manfaat dan nilai informasi yang dihasilkan.

Transforming (dapat diolah) Data dan informasi yang diterima harus dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut dan mempermudah user (analis) untuk melakukan kajian lebih lanjut. Hal ini dikarenakan banyak sistem pelaporan yang menghasilkan data yang statis, tidak up-to-date, dan tidak dapat diolah kembali.

Dari kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim, setidaknya terdapat 3 kelompok cara yang dapat dilaksanakan dalam melakukan analisis laporan keuangan secara elektronik (Reforming Regulatory Reporting, John Turner, KPMG : 2004). Ke-3 cara tersebut tidak berdiri sendiri atau saling menggantikan (substiute), tapi lebih merupakan hasil proses pengembangan. Ke-tiga cara tersebut adalah : Sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pengolahan pelaporan keuangan secara hard-copy (paper bound) Sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pelaporan keuangan dengan menggunakan form elektronik (web-based/program bound) Sistem analisis yang dikembangkan dari sistem pelaporan yang adaptif (Adaptive Standard-Based)

Evolusi cara penyampaian dan analisis laporan keuangan :

15

1. Sistem analisis laporan keuangan yang dikembangkan dari hasil pengolahan pelaporan keuangan secara hard-copy (paper bound) Secara ringkas, mekanisme sistem ini adalah sebagai berikut: Pelapor: pihak pelapor menyampaikan laporan keuangan dalam bentuk hardcopy, yaitu berupa laporan keuangan berkala (tahunan, tengah tahunan, dan triwulanan). Penerima: pihak penerima laporan akan melakukan klarifikasi dan kemudian melakukan re-input ulang terhadap data dan informasi yang diperlukan untuk dianalisis. Piranti analisis: untuk melakukan analisis dapat digunakan aplikasi (tools), seperti Ms. Excel (spreadsheet) atau aplikasi database. Output: hasil dari analisis hanya dapat dimanfaatkan oleh pihak internal dan biasanya tidak dapat diolah lagi secara langsung oleh pihak eksternal. Pihak eksternal memerlukan input ulang (copy-paste) untuk melakukan analisis sesuai kebutuhan. Secara umum, analisis laporan keuangan berdasarkan mekanisme ini belum menciptakan efisiensi dan efektifitas analisis. Walaupun sistem yang digunakan relatif mudah untuk dibangun, namun sistem analisis ini belum menghasilkan efisiensi, membutuhkan waktu pengolahan data yang lebih lama (timeconsuming), dan memiliki risiko terjadinya kesalahan yang lebih besar (erorrprone)

16

Jika diukur berdasarkan 6 prinsip utama yang harus diperhatikan dalam menyusun sistem pelaporan yang ideal, maka sistem analisis paper-bound dapat digambarkan sbb:

Salah satu contoh sistem analisis dengan metode ini adalah analisis model Altman Z-Score. Analis dapat menggunakan sistem ini dengan melakukan re-input data laporan keuangan yang telah diterima (paper-based). Untuk mendeteksi tanda-tanda kebangkrutan suatu perusahaan, para investor umumnya menghitung dan menganalisis berbagai macam rasio keuangan seperti modal kerja, rasio-rasio profitabilitas, tingkat hutang atau leverage, dan likuiditas. Permasalahannya adalah masing-masing rasio mempunyai kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Kadang-kadang rasio-rasio tersebut juga terlihat berlawanan satu sama lain. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya.

17

Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, Edward Altman seorang professor of finance dari New York University School of Business memperkenalkan rumus Z-Score pada akhir 1960-an. Altman Z Score adalah suatu model analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Rumus Z Score adalah sebagai berikut : Z = 1,2A + 1,4B + 3,3C + 0,6D + 1,0E Z = nilai hasil perhitungan A = modal kerja / Total Aktiva B = Saldo Laba / Total Aktiva C = Laba sebelum Beban Bunga dan Pajak / Total Aktiva D = Nilai pasar dari Ekuitas / Total Kewajiban E = Total Pendapatan atau Penjualan / Total Aktiva Secara umum, semakin rendah nilai dari perhitungan berdasarkan rumus Altman Z Score maka semakin tinggi potensi kebangkrutan perusahaan. Jika nilai Z-Score lebih rendah dari 1,8 maka perusahaan sedang di ambang kebangkrutan; jika di atas 3 maka perusahaan dalam kondisi sehat; dan jika antara 1,8 3 maka kondisi perusahaan harus diperhatikan dengan seksama. Formula Z Score untuk Perusahaan Publik (Terbuka) adalah : Z = 1,2A + 1,4B + 3,3C + 0,6D + 1,0E Sehat jika Z > 2,99; Grey Zone jika 1,81 < Z <2,99; Tidak Sehat jika Z < 1,81 Formula Z Score untuk Perusahaan Tertutup adalah : Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D Sehat jika Z > 2,60; Grey Zone jika 1,1 < Z < 2,59; Tidak Sehat jika Z < 1,1

18

Dari penjelasan atas formula Z Score tersebut, investor dapat menggunakan model tersebut sebagai indicator awal dalam berinvestasi. Menggunakan model di atas jelas mempermudah analisis atas kondisi keuangan perusahaan daripada investor menghitung sekian banyak rasio keuangan secara individual lalu menginterpretasi masing-masing rasio satu per satu. Model ini juga berguna dalam penelaahan laporan keuangan perusahaan. Jika Z Score memberikan nilai rendah maka penelaahan harus dilakukan secara lebih mendalam. Tetapi jika Z Score memberikan nilai tinggi, penelaahan dapat dilakukan secara cepat atau ditunda sampai penelahaan atas perusahaan dengan Z Score rendah selesai dilakukan. Namun demikian, Z Score bukanlah model analisis keuangan yang sempurna dan harus dihitung serta ditafsirkan secara hati-hati. Hal-hal yang dapat menyebabkan hasil Z Score memberikan indikasi yang salah, antara lain : Nilai Z Score bisa direkayasa atau dibiaskan melalui penerapan prinsip akuntansi yang salah atau rekayasa keuangan lainnya. Z Score akan efektif jika data yang dimasukkan dalam formula adalah data yang benar. Formula Z Score kurang tepat untuk perusahaan baru yang labanya masih rendah atau bahkan masih merugi. Nilai Z Score biasanya akan rendah. Perhitungan Z Score secara triwulanan pada suatu perusahaan dapat memberikan hasil yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk menghapus piutang di akhir tahun secara sekaligus.

19

2. Sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pelaporan keuangan dengan menggunakan form elektronik (web-based/program bound) Secara ringkas, mekanisme sistem ini adalah sebagai berikut: Pelapor: pihak pelapor menyampaikan laporan keuangan dengan mengisi form yang disediakan dan ditentukan sebelumnya. Biasanya form tersebut disediakan di website atau menggunakan aplikasi khusus yang didistribusikan (download). Dibandingkan dengan metode pertama, pelapor akan merasa lebih mudah dan lebih aman dalam melakukan pelaporan. Penerima: pihak penerima laporan tidak perlu melakukan klarifikasi karena pada form tersebut telah diprogram (coded) sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya kesalahan. Data yang diinput akan disimpan dalam suatu database. Piranti analisis: untuk melakukan analisis dapat digunakan aplikasi yang dapat mengambil data dari database dan di-set untuk melakukan analisis sebagaimana yang dibutuhkan. Dibandingkan dengan metode pertama, penerima laporan akan lebih mudah melakukan analisis. Jika merasa dibutuhkan, program analsis dapat dikembangkan lebih lanjut (continues programming) Output: hasil dari analisis dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun oleh pihak eksternal walaupun tidak dapat diolah lagi secara langsung. Meskipun hasil analisis dapat segera dipublikasikan dan diakses oleh pihak eksternal, namun user tetap memerlukan input ulang (copy-paste) untuk melakukan analisis sesuai kebutuhan. Secara umum, analisis laporan keuangan berdasarkan mekanisme ini lebih mudah dilaksanakan dibandingkan mekanisme sebelumnya. Namun untuk menyelenggarakan sistem analisis ini memerlukan sumber daya yang lebih banyak (tenaga, dana, dan waktu).

20

Namun yang harus diperhatikan adalah data dan hasil analisis dari mekanisme ini belum siap untuk digunakan oleh aplikasi lainnya yang dikembangkan dengan bahasa programming yang berlainan (data exchange).

Jika diukur berdasarkan 6 prinsip utama yang harus diperhatikan dalam menyusun sistem pelaporan yang ideal, maka sistem analisis web-based/program bound dapat digambarkan sbb:

Salah satu contoh sistem analisis dengan metode ini adalah sistem yang telah dikembangkan oleh Bapepam dalam Sistem Database Emiten dan Perusahaan Publik (CoreSystem). Sistem ini menyediakan form elektronik bagi Emiten (pelapor) untuk menyampaikan informasi keuangan berkalanya. Jika sistem tersebut nantinya dikembangkan menjadi sistem pelaporan secara elektronik (e-reporting), maka Emiten tinggal men-download form laporan keuangan sesuai dengan masing-masing bidang industri. Adapun bentuk form tersebut adalah sebagai berikut:

21

22

3. Sistem analisis yang dikembangkan dari sistem pelaporan yang adaptif (Adaptive Standard-Based) Secara ringkas, mekanisme sistem ini adalah sebagai berikut: Pelapor: pihak pelapor menyampaikan laporan keuangan secara elektronik melalui beberapa cara : form web-based, format spreadsheet, maupun menyusun sendiri format laporannya. Namun satu hal yang pasti adalah : lewat model penyampaian apapun, semua cara tersebut akan dikaitkan dengan requirement khusus (terstandar). Hasil dari pengolahan data atau informasi yang diinput/dilaporkan akan dapat dibaca secara konsisten pula, siapapun usernya dan apapun aplikasi (tool) yang digunakan. Perbedaan dengan kedua metode sebelumnya, pelapor harus mengikuti kaidahkaidah yang telah ditetapkan dalam melakukan pengisian/pelaporan data. Hal ini ditujukan agar data/informasi tersebut dapat diolah lebih lanjut secara lebih mudah dan lebih konsisten. Penerima: pihak penerima laporan tidak perlu melakukan klarifikasi karena pada form tersebut karena pelapor mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan (tersatndar) sehingga dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya kesalahan. Data yang diinput akan disimpan dalam suatu database. Piranti analisis: untuk melakukan analisis dapat digunakan aplikasi yang comply terhadap standar data ayng telah ditentukan, yang dapat mengambil data dari database dan di-set untuk melakukan analisis sebagaimana yang dibutuhkan. Dibandingkan dengan kedua metode sebelumnya, penerima laporan akan lebih mudah melakukan analisis. Bahkan user lain dapat mengambil data (exchange data) dengan lebih mudah tanpa harus merasa khawatir kehilangan konsistensi data dan informasi. Output: hasil dari analisis dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun oleh pihak eksternal, bahkan dapat diolah sedemikian rupa menjadi format lainnya sesuai dengan kebutuhan user (extensible).

23

Secara umum, analisis laporan keuangan berdasarkan mekanisme ini lebih berdaya guna dan efisien dibandingkan dengan kedua sistem sebelumnya. Namun untuk menyelenggarakan sistem analisis model ini memerlukan sumber daya yang relatif banyak mengingat diperlukannya penyusunan standar yang digunakan, baik oleh pelapor, penerima laporan, maupun pihak eksternal lainnya yang terkait dengan penggunaan data dan informasi.

Jika diukur berdasarkan 6 prinsip utama yang harus diperhatikan dalam menyusun sistem pelaporan yang ideal, maka sistem analisis adaptive standard-based dapat digambarkan sbb:

Salah satu contoh sistem analisis dengan metode ini adalah penggunaan XBRL (eXtensible Business Reporting Language) dalam sistem pelaporan keuangan secara elektronik. Laporan keuangan yang dipublikasikan dengan format XBRL akan memudahkan pihak internal maupun eksternal dalam melakukan analisis laporan. Dengan format tersebut, siapapun pihak yang memerlukan data dapat dengan mudah mendapatkannya dan melakukan analisis tanpa harus khawatir kehilangan konsistensi data dan informasi.

24

Contoh implementasi XBRL dalam pelaporan keuangan secara elektronik adalah apa yang dikembangkan oleh Deutsche Brse. Hasil dari pelaporan berbasis XBRL, maka secara otomatis akan menghasilkan format laporan dalam bentuk Ms Excel, HTML, PDF, dan XBRL.

B. XBRL : Upaya Meningkatkan Efisiensi, Transparansi, dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Secara Elektronik

XBRL merupakan salah satu sistem yang bisa dikategorikan sebagai sistem yang adaptive (Adaptive Standard-Based). Pada beberapa tahun belakangan ini banyak regulator di industri keuangan di seluruh dunia yang mulai menerapkan apa yang disebut dengan XBRL (eXtensible Business Reporting Language). XBRL bukan merupakan suatu produk software. XBRL merupakan suatu open standar, bersifat gratis (royalty-free). XBRL disusun oleh XBRL International Inc. (www.xbrl.org),

25

suatu konsorsium internasional, organisasi non-profit, yang saat ini beranggotakan lebih 250 institusi. Keanggotaan tersebut mewakili dari berbagai kalangan baik dari pemerintahan, swasta, maupun LSM (http://www.xbrl.org/XBRLandBusiness/). Secara singkat, dengan XBRL, suatu organisasi dapat menambahkan label informasi terstandar pada suatu data keuangan sehingga data tersebut akan memiliki struktur dan konteks (data on data) yang konsisten dan bisa diperbandingkan. Dari data tersebut dapat dihasilkan beragam format laporan disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dengan mengimplementasikan XBRL, suatu organisasi akan dapat menghasilkan suatu informasi keuangan secara lebih cepat, konsisten, akurat, dan lebih relevan.

Keunggulan lain dari data dan informasi keuangan yang sudah berbasiskan XBRL adalah data dan informasi tersebut mudah dimegerti, diolah, diintegrasikan, dan dianalisis oleh siapa saja, dengan aplikasi manapun asalkan XBRL-enabled. Saat ini hampir seluruh software developer terkemuka sudah memuatkan XML, dasar dari XBRL, dalam sistem dan aplikasi yang dikembangkannya (Microsoft, Sun, Oracle, HP, Linux, dll). Bahkan XBRL juga dapat diolah melalui aplikasi yang dikembangkan dengan teknologi berbasis open source. XBRL bukan merupakan standar akuntansi baru dan tidak memerlukan perubahan terhadap standar akuntansi yang sudah ada. XBRL hanya akan menambahkan suatu deskripsi (tagging) yang terstandar sehingga suatu data akan lebih konsisten untuk diperbandingkan dan dianalisis lebih lanjut. Hal ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi

26

investor global yang ingin memperbandingkan kinerja keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang berada di luar negeri. Mendasarkan pada keunggulan tersebut maka saat ini jumlah organisasi yang mengimplementasikan XBRL semakin meningkat. Beberapa negara yang mulai mengimplementasikan XBRL adalah Amerika Serikat, Austalia, Canada, Jerman, Irlandia, Inggris, Jepang, Nederland, New Zealand, Spanyol, dan Negara-negara Uni Eropa. Sedangkan beberapa negara Asia yang saat ini tengah mengkaji implementasinya adalah Hong Kong, Singapura, dan China. Di masing-masing negara tersebut, organisasi yang ikut serta dalam implementasi dan pengembangan XBRL mencakup lembaga pemerintah (regulator, departemen), Bursa Efek, penyedia jasa keuangan (perbankan, asuransi, multifinance), kantor akuntan publik, penyedia jasa informasi, pengembang aplikasi, dan lain-lain. Implementasi XBRL di suatu negara memerlukan kerjasama antar-lembaga terkait. Hal ini dikarenakan XBRL bukan hanya memerlukan dukungan teknologi (TI), tapi lebih dari itu adalah kesiapan standarisasi (taxonomy) dan regulasi yang mengatur pengimplementasiannya. Sebagai contoh adalah yang dilakukan Hong Kong saat ini. Dalam rangka menyiapkan dan implementasi XBRL, Hong Kong telah membentuk XBRL Prepatory Working Group. Group bertugas untuk meningkatkan awareness mengenai XBRL dan melakukan persiapan untuk implementasi XBRL di Hong Kong. Dari penjelasan tersebut nampak bahwa pengembangan dan implementasi XBRL di suatu negara seharusnya dilaksanakan dengan melakukan koordinasi dari seluruh partisipan yang terkait dalam financial and business reporting supply chain.

27

Dengan mengimplementasikan XBRL, maka sistem pelaporan keuangan beserta sistem analisisnya dapat dilakukan secara otomatis dan dapat menghindari redundancy data dan re-input data. Secara garis besar, proses alur informasi yang dihasilkan dari implementasi XBRL dapat digambarkan sebagai berikut:

28

C. Kebutuhan Sistem (Requirement)

Apapun sistem analisis laporan keuangan yang akan dikembangkan, setidaknya sistem tersebut harus didukung oleh kesiapan infrastruktur yang memadai dalam pengimplementasiannya. Dari hasil kajian, bentuk arsitektur infrastruktur bagi sistem analisis laporan keuangan secara elektronik setidaknya dapat digambarkan di bawah ini. Bentuk tersebut memperhatikan perkembangan terkini dari sistem pelaporan yang telah banyak memanfaatkan teknologi internet (online).

Pelapor (Emiten) dapat menyampaikan laporan keuangannya secara elektronik dengan dua cara: mekanisme pelaporannya yang menggunakan format yang telah ditentukan (spreadsheet template) atau melalui pengisian form yang telah disediakan di website. Data yang telah dikirimkan tersebut selanjutnya akan diolah oleh application server dan disimpan dalam suatu database server. Setelah diolah sedemikian rupa dan menghasilkan perhitungan analisis dan rasio keuangan, maka hal tersebut akan secara otomatis dipublikasikan secara online lewat internet sehingga analis, publik, atau user lainnya dapat mendapatkan data dan informasi tersebut secara murah dan mudah.

29

Salah satu hal perlu diprioritaskan adalah penambahan sistem keamanan (security) dan back-up system. Hal tersebut mutlak diperlukan untuk menjaga keamanan, kebenaran, dan kelanjutan data dan informasi. Penggunaan firewall selalu dianjurkan bila sistem terhubung dengan koneksi jaringan internet.

30

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Para regulator di industri keuangan, termasuk Bapepam, saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menyediakan suatu sistem yang mampu mengumpulkan, memproses, menganalisa, dan mendistribusikan laporan secara efektif, akurat, dan efisien. Di sisi lain, publik dan pengguna informasi makin menuntut regulator untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan laporan yang dipublikasikan hasil dari aktivitas pengawasan dan analisis yang telah dilakukannya. 2. Laporan keuangan berkala yang dilaporkan kepada Bapepam, baik berupa hard-copy maupun soft-copy, belum memiliki metode dan cara pengiriman yang terstandar sehingga mengakibatkan Bapepam mengalami kesulitan dalam melakukan analisis secara cepat dan tepat. Untuk menganalisisnya, staf Bapepam memerlukan klarifikasi dan input ulang, di mana hal tersebut tentunya sangat memerlukan waktu dan tenaga serta berisiko tinggi akan terjadinya kesalahan. 3. Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam menyusun sistem pelaporan yang ideal adalah : timely (tepat waktu), accurate (keakuratan), reasonable (tingkat kesulitan), relevant (relevansi), efficient (efisien), dan transforming (mudah untuk diolah). Hasil dari suatu sistem analisis sangat tergantung dari inputan yang berasal dari sistem pelaporan yang menyertainya. 4. Terdapat tiga kategori dalam melakukan analisis laporan keuangan, yaitu sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pengolahan pelaporan keuangan secara hard-copy (paper bound), sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pelaporan keuangan dengan menggunakan form elektronik (web-based/program bound), dan sistem analisis yang dikembangkan dari sistem pelaporan yang adaptif (Adaptive Standard-Based). 5. Sistem yang adaptif-lah yang paling memberikan keunggulan untuk dimanfaatkan sebagai alat untuk menganalisis laporan keuangan secara elektronik. Laporan keuangan yang disusun dengan format XBRL (eXtensible Business Reporting Language) akan memudahkan pihak internal maupun eksternal dalam melakukan analisis laporan. Dengan format tersebut, siapapun pihak yang memerlukan data dapat dengan mudah mendapatkannya dan melakukan analisis tanpa harus khawatir kehilangan konsistensi data dan informasi.
31

B. Saran

1. Memperhatikan peningkatan kebutuhan Bapepam dalam melakukan pengawasan kinerja keuangan Emiten secara efektif dan efisien, maka sudah sepatutnya Bapepam memiliki suatu mekanisme dan sistem yang mampu melakukan analisis laporan keuangan Emiten secara elektronik, kepada publik. 2. Bapepam sebaiknya mulai melakukan kajian terhadap potensi XBRL (eXtensible Business Reporting Language) sebagai sistem laporan keuangan Emiten secara online. Hal ini karena XBRL membuat data dan informasi tersebut keuangan menjadi mudah dimegerti, diolah, diintegrasikan, dan dianalisis oleh siapa saja. XBRL juga dapat diolah melalui aplikasi yang dikembangkan dengan teknologi berbasis open source. 3. Perlu segera dikaji dan dipersiapkan kerangka kerjasama dalam menerapkan sistem pelaporan keuangan yang berbasis XBRL. Hal ini karena XBRL tidak hanya membutuhkan pengembangan sistem teknologi informasi, tapi juga membutuhkan dukungan dalam hal penyusunan standarisasi akun agar comply terhadap standar akuntansi internasional (taxonomy). 4. Untuk kepentingan pasar modal, maka XBRL dapat diterapkan kepada Emiten yang memberikan laporan keuangan secara berkala. Bapepam dapat bekerjasama dengan Bursa dan SRO untuk menyiapkan infrastruktur, aplikasi, dan mekanisme pelaporannya. Sedangkan dalam menyusun taxonomy, dapat dilakukan kerjasama regulator lain (Bank Indonesia), Ikatan Akuntansi Indonesia, Kantor Akuntan Publik, Information Vendor, dan pihak Universitas. 5. Rencana implementasi XBRL terhadap proses pelaporan keuangan dan analisisnya secara elektronik dapat dikaitkan dengan rencana pengembangan sistem pelaporan Emiten (eReporting) 6. Dukungan dan konsistensi pimpinan Bapepam merupakan syarat mutlak bagi rencana pengimplementasian XBRL. Karena selain masalah sistem informasi, sistem ini juga membutuhkan dukungan dan kajian aspek lain seperti hukum (peraturan) dan dana (investasi). Aspek-aspek tersebut memerlukan kajian periodik menyesuaikan kebutuhan sistem itu sendiri sejalan dengan kebutuhan. di mana selain menghasilkan analisis untuk kepentingan internal juga akan mempermudah Bapepam dalam mempublikasikannya

32

ANGGOTA TIM STUDI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SECARA ELEKTRONIK

Ketua Djoko Hendratto, MBA Wakil Ketua Bambang Sutedjo, MM Sekretaris Hudiyanto, MM Anggota Abu Rohman, SE Achmad Derry E, MBA Anhar Rudy, S.Kom Asep Dewanto, S.Kom Edward Horas Parhulutan, SE Herry Siswanto, MBA M Sjahrir Ibrahim, S.Kom Nevianti, SH Ngapon, Drs Pembantu Pelaksana Elly Uminarsih, Sip Daliman Fernando Tua, SE Tirto Nadiono, Drs Sekretariat Victoria Situmeang Duduh Sunaryo

ii

Anda mungkin juga menyukai