(3 SKS)
Teknik Elektro
Program Studi Teknik Elektronika
Dosen Pengampu:
Sigit Priyambodo, S.T.,M.T.
Buku Referensi
• Definisi Sistem:
Sekumpulan Komponen/elemen yang saling
terkait satu sama lain sedemikian sehingga
saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu
seperti maksud dari si-perancang sistem
tersebut.
Sistem Digital
Masukan Keluaran
{a,b,c,d} Sistem {p,q}
Digital
Penyandian :
Masukan : Keluaran :
a = 00 p=0
b = 01 q=1
c = 10
d = 11
Level Perancangan Sistem Digital
• Level Arsitektural
• Level Logika
• Level Elektronis
Level Arsitektural
Struktural MULT
Level PC = PC + 1
FETCH(PC+1) ADD
Arsitektural DECODE(INST) CONTROL
RAM
Level Logika
Contoh:
a
State B b
x
State A State C c
d D Q
y
clock Ck Q
Level Elektronik
Contoh :
Spesifikasi dan Implementasi sistem digital
Proses Analisis
Spesifikasi dan Implementasi sistem digital
• Spesifikasi :
mengacu pada diskripsi fungsional sistem
apa yang dapat dilakukan oleh sistem dan
karakteristik pemakaiannya (kecepatan,
teknologi, konsumsi dayanya dsb)
Spesifikasi dan Implementasi sistem digital
• Implementasi :
Implementasi (hasil rancangan)
mendiskripsikan bagaimana sistem
dikonstruksikan, dengan saling
menghubungkan komponen-komponen
dasar pada level tertentu.
Spesifikasi dan Implementasi sistem digital
• Perancangan :
adalah proses merancang implementasi
yang dapat memenuhi spesifikasi sistem.
Spesifikasi dan Implementasi sistem digital
• Analisis :
adalah proses mencari spesifikasi sistem,
analisis dilakukan terhadap sebuah hasil
rancangan (Implementasi).
Spesifikasi dan Implementasi sistem digital
ADDER
a) RIPPLE CARRY ADDER
FA1
C1+1 S1
Cn S2 C2 S1 C1 S0
Contoh pendekatan arsitektural :
• n-bit Ripple Carry Adder :
Carry-out dari FA1 dirambatkan ke bit berikutnya melalui
carry-in C1+1 pada FA1+1
Perambatan carry dari LSB (Least Significant Bit-bit
dengan bobot terkecil) ke MSB (Most Significant Bit-bit
dengan bobot tertinggi) menimbulkan tunda perambatan.
Bila tunda perambatan pada sebuah Full Adder adalah
∆FA, maka hasil penjumlahan lengkap dua bilangan n-bit
membutuhkan tunda perambatan maksimum (yang
mungkin terjadi) sebesar n ∆FA
Contoh pendekatan arsitektural :
• n-bit Ripple Carry Adder :
Contoh pendekatan arsitektural :
• Perkalian :
Multiplicant Quptient
X MULTIPLIER
Hasil
Contoh pendekatan arsitektural :
• Perkalian tak bertanda
M : mn-1 … m1 m0
Q : qn-1 … q1 q0
Untuk 1110 : 1 0 1 1 (M)
1310 : 1 1 0 1 (Q) X
Dekoder sekuensial untuk panjang
sandi bervariasi :
• Pada sistem sandi dengan panjang sandi
bervariasi terdapat ketentuan dimana
kombinasi biner dari sebuah sandi tidak
boleh digunakan lagi sebagai bit-bit awal
pada sandi yang lain. Ketentuan ini untuk
memudahkan pemisahan (pendeteksian
batas) antar sandi.
Dekoder sekuensial untuk panjang
sandi bervariasi :
Sandi Input Output
0 a
1 0 b
1 1 0 c
1 1 1 0 d
1 1 1 1 e
Dekoder sekuensial untuk panjang
sandi bervariasi :
• Diagram aliran Isyarat:
Sa
1
0/b
Sb
0/a 1 0/c
Sc
1
0/d
1/e Sd
Untai Hitung Sekuensial
• Untai hitung sekuensial adalah untai
hitung yang masukannya diberikan secara
serial, bit per bit.
• Contoh :
• Penjumlahan paralel n bit, penjumlahan
pada bit ke-i harus menunggu “ carry “ dari
hasil penjumlahan bit ke i-1.
Bit : 3 2 1 0
X 0 1 0 1
Y 0 1 1 1 + X0
Sum0 1 0 X1 S0
X2
S1
Carry0 0 1 + X3
S2
Sum1 0 S3
Y0
Carry1 1 +
Y1 C
Sum2 1 Y2
Y3
Carry2 1 +
Sum3 1
Carry3 0
• Pada Penjumlahan n-bit serial,
Bit ke 0 1 ….. n-1
X: x(0) x(1) x(n-1)
Sebagai runtun input
Y: y(0) y(1) y(n-1)
Sintesis
Implementasi
Modifikasi
Analisis
CONTOH :
• Tabel Kebenaran Biner :
Dengan flip-flop D sebagai unsur pengingat keadaan,
maka Q(t+1) = D(t)
Qa(t+1) = Da(t) dan Qb(t+1) = Db(t).
1. Semi Custom :
Menggunakan chip/IC yang seluruh atau sebagian rangkaian
internalnya sudah diprogam oleh pabrik.
2. Custom Design Chips
1. Semi Custom :
transformasi
Model perilaku Model Struktural
*Menggambarkan fungsi rangkaian, *Menggambarkan interkoneksi
komponen-
tanpa menyinggung inplementasinya. Komponen yang
mengimplementasikan
fungsi-fungsi yang terdapat pada model
perilaku.
Model
X S Z
Model
• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)
X(t), Z(t)
X(t)
Z(t)
0 t t
Model
z = F(x)
Sebuah sistem digital adalah sistem dinamis yang
input dan outputnya pada waktu t hanya dapat
mengambil harga dari himpunan berhingga nilai-
nilai diskret.
Pada sisten digital sinkron fungsi-fungsi waktu
tersebut hanya dapat berubah harga pada titik-titk
waktu diskret yang ditentukan oleh clock
penyinkron.
Model
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t
t fungsi input
t fungsi output
Model
• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)
Untuk sistem digital sinkron, output pada saat t
dinyatakan oleh fungsi G,
z(t) = G{x(t),x(0,t-1)}
Input saat t
Input-input sebelumnya
{
1 bila runtun input [x(0), x(1), ..., x(t)] mengandung
harga”2” yang jumlahnya genap dan harga “1”
Z(t) = yang jumlahnya ganjil.
S0 ganjil genap
S1 ganjil ganjil
diskripsi
S2 genap ganjil keadaan
S3 genap genap
Model
Next-state S(t+1)
Model
Output z(t)
Model
• MODEL ALGORITMIS
• MODEL ALGORITMIS
Operasi2 kontrol :
• SETCOUNT menginisialisasi isi COUNT dengan
nilai 1.
MAX TEMP
EXCHANGE END
EXCHANGE
CONTROL
COMPARE
COMPARE
I/O
COMP
SETCOUNT
COUNT
COUNTUP
Model Algoritmis
y(t) = F{x(t)}
SISTEM SEKUENSIAL
• Output sistem ditentukan oleh input sistem
pada saat itu dan input input sebelumnya
Pengingat/tunda
KONSEP KEADAAN
pengingat
Clock
keadaan
MODEL FSM ASINKRON
FSM ASINKRON
Input Output
Sistem
pengingat
keadaan
Metode Diagram Keadaan
-Fungsi output :
y(t)=F{x(0,t)}
=S(t),x(t)
maka,
y(t)=F{S(t),x(t)}
Fungsi Transisi Keadaan
• Transisi Keadaan Sistem, yaitu transisi dari
keadaan saat ini (Present State) ke keadaan
berikutnya (Next State), dinyatakan oleh fungsi
transisi
S(t+1)=G{S(t),x(t)}
• Me sin Mealy :
State (t+1) = [State(t),Input(t)]
Output(t) = G[State(t),Input(t)]
MESIN MEALY & MOORE
• Me si n Moore :
State(t+1)={State(t),Input(t)}
Output(t) = G{State(t)
DIAGRAM KEADAAN
-Diagram Keadaan Mealy :
Pandang S1 sebagai
S1 S2
“present state” :
-“present input” a akan
memberikan “present
S3
output” p
dan transisi ke keadaan S2
pada clock berikutnya
(“next state”)
DIAGRAM KEADAAN
-Diagram Keadaan Mealy :
Pandang S1 sebagai
S1 S2
“present state” :
- “present input” b akan
memberikan “present output” q
S3
dan transisi ke keadaan S3
(sebagai “next state”)
DIAGRAM KEADAAN
-Diagram Keadaan Moore :
Pandang “present state” S1
S1/p S2/q yang “present output”nya p :
- “present input” a akan
S3 menyebabkan transisi ke
keadaan S2.
DIAGRAM KEADAAN
Diagram Keadaan Moore :
Pandang “present state” S1
S1/p S2/q yang “present output”nya p :
- “present input” b akan
S3
menyebabkan transisi ke
keadaan S3
ASM Chart
x
Simbol ini menyatakan pengujian
input
pada suatu keadaan. Hasil pengujian
menentukan arah transisi keadaan
(Next state), dan output yang harus
diaktifkan.
PENCACAH
t
f(t) = ∑ x(i)mod p
i=0
• - Fungsi Next State :
1, bila x(t-m+1,t) = P
f(t) =
0, bila selain syarat diatas
Contoh :
Pola P = 010
Runtun input : 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1
-Diskripsi keadaan :
Untuk mengenal pola yang panjangnya m, maka
sistem ini harus mengingat m-1 input sebelumnya
PENGENAL POLA BLOK
∑ a + ∑b
0 0
start
Sawal/0 S0/p S1/p1
start d
d d
Sk-1/pk-1 S2/P2
d
PEMBANGKIT POLA PERIODIS
• Satu input “start” membangkitkan runtun pola P.
• Runtun output F(ik+1,ik+k) = P, bila x(0) = start,
untuk I = 0,1,2,..
start d
Sawal/0 S0/p S1/p
start
d d
Sk-1/pk-1 d S2/p2
“free running”
DEKODER SEKUENSIAL
• Dekoder Kombinatorial
• Dekoder Sekuensial
DEKODER SEKUENSIAL
Sa
1
0/b
Sb
0/a 1 0/c
Sc
1
0/d
1/e Sd
Untai Hitung Sekuensial
• Untai hitung sekuensial adalah untai
hitung yang masukannya diberikan secara
serial, bit per bit.
• Contoh :
• Penjumlahan paralel n bit, penjumlahan
pada bit ke-i harus menunggu “ carry “ dari
hasil penjumlahan bit ke i-1.
Bit : 3 2 1 0
X 0 1 0 1
Y 0 1 1 1 + X0
Sum0 1 0 X1 S0
X2
S1
Carry0 0 1 + X3
S2
Sum1 0 S3
Y0
Carry1 1 +
Y1 C
Sum2 1 Y2
Y3
Carry2 1 +
Sum3 1
Carry3 0
• Pada Penjumlahan n-bit serial,
Bit ke 0 1 ….. n-1
X: x(0) x(1) x(n-1)
Sebagai runtun input
Y: y(0) y(1) y(n-1)
Spesifikasi
Sintesis
Implementasi
Modifikasi
Analisis
IMPLEMENTASI FSM SINKRON
• Implementasi Kakonis (baku)
Bagian pengingat keadaan terdiri dari
beberapa flip-flop (membentuk register
paralel-in paralel-out)
IMPLEMENTASI FSM SINKRON
input output
Bagian
kombinatorial
eksitasi
Flip-flop 2
keadaan (register)
keadaan
IMPLEMENTASI FSM SINKRON
• Implementasi Non-kanonis
Bagian pengingat keadaanya dapat
menggunakan pencacah, register geser,
RAM dsb.
Kedua implementasi tersebut dapat
diimplementasikan secara modular atau
non-modular
IMPLEMENTASI FSM SINKRON
• Implementasi modular
Menggunakan modul-modul kombinatorial
standard (Mux, Demux, Dekoder, Enkoder,
ROM, PLA) dan modul-modul standard
sekuensial (register, register geser, pencacah)
• Implementasi Non-modular
Menggunakan gerbang-gerbang nalar dan flip-
flop
IMPLEMENTASI KAKONIS
• Pencatat/register keadaan : Terdiri dari
sejumlah flip-flop (jumlah FF tergantung
pada penyandian keadaan)
• Bagian kombinatorial membentuk fungsi
output dan fungsi eksitasi.
• Fungsi eksitasi :
Fungsi ini mengarahkan transisi keadaan
FSM, dalam hal ini transisi keadaan flip-flop 2
pengingat keadaan.
feks (t) = F{input (t), keadaan (t)}
CONTOH :
a) FSM dengan dua flip-flop D sebagai
pengingat keadaan:
Qa Da Fungsi-fungsi eksitasi :
Qb Db
clk
clock
CONTOH :
Fungsi-fungsi eksitasi :
* Ja = F{input(t), S(t)} * Ka = G{input(t), S(t)}
* Jb = H{input(t), S(t)} * Kb = I{input(t), S(t)}
TRANSISI KEADAAN FLIP-FLOP
• Masalah Analisis:
Diketahui untai kombinatorial sebuah rancangan,
sehingga eksitasinya diketahui. Selanjutnya transisi-
keadaan dapat ditentukan.
S(t+1) = F[e(t)]
• Masalah Sintesis:
Diketahui transisi-keadaannya, sehingga fungsi eksitasi
dapat ditentukan. Selanjtnya untai kombinatorial (untuk
pembentukan fungsi eksitasi) dapat dirancang.
a) FF D :
Presen Input Next
t FF State
State Transisi Eksitasi
Q(t) D(t) Q(t+1)
0 0 0 Q(t) Q(t+1) D(t)
0 1 1 d 0 0
1 0 0 d 1 1
1 1 1 D = don’t care (x)
= sembarang
b) FF SR (Set/Reset) :
Q Q+ S R
Q S R
Q+ 0 0 0 d
0 0 0 0
0 1 1 0
0 0 1 0
1 0 0 1
0 1 0 1
1 1 d 0
0 1 1 *
1 0 0 1 D-FF
1 0 1 0 D Q
clk
1 1 0 1
c) FF JK :
Q J K Q Q+ J K
Q+
0 0 0 0 0 0 0 d
0 0 1 0 0 1 1 d
0 1 0 1 1 0 d 1
0 1 1 1 1 1 d 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 0
d) FF T :
Q T Q+ Q Q+ T
0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 1
1 0 1 1 0 1
1 1 0 1 1 0
ANALISIS FSM SINKRON
KANONIS
• Analisis silakukan pada suatu hasil rancangan
dengan tujuan untuk mengetahui perilakunya.
• Untuk FSM, dari bagian kombinatorialnya dapat
diketahui fungsi output dan fungsi eksitasi
keadaannya.
• Selanjutnya, dari fungsi eksitasi tsb dapat
ditentukan transisi keadaan flip-flop2nya,
sehingga dapat dibuat tabel Transisi keadaan
level biner.
ANALISIS FSM SINKRON
KANONIS
• Dari tabel keadaan level biner dapat dibuat
tabel keadaan level tinggi.
• Berdasarkan tabel keadaan level tinggi dapat
dibuat Diagram keadaan/ ASM yang
menggunakan perilaku FSM ybs.
CONTOH :
.
1 Analisislah rangkaian sekuensial di bawah ini:
X
Qa Qa Da
Qa Qa ck Clock
Qb Qb Db
Qb Qb ck
CONTOH :
X Qb Qb Qa Qa
Qa Da
Clk Clock
Qa
Qb Db
Clk
Qb
CONTOH :
• Fungsi output :
Z = Qa.Qb …………….(1)
Y = Qa.Qb …………….(2)
• Fungsi eksitasi :
Da = X.Qb ……………..(3)
Db = Qb ………………..(4)
CONTOH :
• Tabel Kebenaran Biner :
Dengan flip-flop D sebagai unsur pengingat keadaan, maka Q(t+1) =
D(t)
Qa(t+1) = Da(t) dan Qb(t+1) = Db(t).
PS Input Output Eksitasi NS
Qa Qb X Z=(1) Y=(2) Da=(3) Db=(4) NQa=Da NQb=Db
0 0 0 0 0 1 1 1 1
1 0 0 0 1 0 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 1 1 1
1 0 1 0 1 0 1
1 1 0 1 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0
CONTOH :
• Dengan penyandian keadaan sbb:
Keadaan Qa Qb
S0 0 0
S1 0 1
S2 1 0
S3 1 1
CONTOH :
• Maka Diagram keadaannya adalah sbb:
SINTESIS FSM UNTUK IMPLEMENTASI KANONIS
*Diskripsi Keadaan
(Diagram/Tabel Keadaan Level Tinggi)
*Reduksi Keadaan
*Pemilihan Flip-flop
Turunkan :
*Fungsi output, fungsi eksitasi
PS NS/output
S(t) x(t)=a x(t)=b x(t)=c
A E,0 D,1 B,0
B F,0 D,0 A,1
C E,0 B,1 D,0
D F,0 B,0 C,1
E C,0 F,1 F,0
F B,0 C,0 F,1
CONTOH :
• Iterasi 1 :
Terdapat dua kelompok ekivalen-1, yaitu:
a) [A,C,E] dimana untuk input a; b; c outputnya adalah 0; 1; 0
b) [B,D,F] dimana untuk input a; b; c outputnya adalah 0; 0; 1
• Iterasi 2 :
a) Dari kelompok ekivalen-1, [A,C,E]
untuk input a; b; c : Kelompok ekivalen-1
NS dari A adalah E ; D ; B
Kelompok ekivalen-1
NS dari C adalah E ; B ; D
NS dari F adalah C ; F ; F Kelompok ekivalen-1
Kelompok ekivalen-2
b) Kelompok [B,D]
Kelompok ekivalen-3
NS dari B adalah F ; D ; A
Kelompok ekivalen-3
NS dari D adalah F ; B ; D
PS NS/output
S(t) X(t) = a X(t) = b X(t) = c
S0 S1,0 S2,1 S2,0
S1 S0,0 S3,1 S3,0
S2 S3,0 S2,0 S0,1
S3 S2,0 S0,0 S3,1
PENYANDIAN KEADAAN
Sandi keadaan level tinggi Sandi keadaan level biner
• Penyandian sederhana :
Untuk m buah keadaan, penyandian yang paling sederhana adalah
dengan menggunakan jumlah variabel keadaan minimal,
n = [ log2 m]
dan menggunakan m buah sandi pertama dalam urutan pencacahan
naik.
PENYANDIAN KEADAAN
Dalam perancangan sistem sekuensial, kriteria
hasil penyandian yang baik adalah :
5. Kehandalan tinggi.
PENYANDIAN KEADAAN
{
0, untuk kode keadaan awal
Nilai Q1 =
1, untuk kode bukan keadaan awal
{
Nilai Q2 =
0, harga output pada keadaan tersebut = 0
{
0, pada keadaan tersebut, x(t-1) = 0
Nilai Q3 =
1, pada keadaan tersebut, x(t-1) = 1
PENYANDIAN KEADAAN
• Hasil penyandian :
Sawal 0 0 0
S1 1 0 0
S2 1 1 0
S3 1 0 1
S4 1 1 1
PENYANDIAN KEADAAN
• Penyandian “one shot” :
Penyandian ini menggunakan jumlah var.
non-minimal n = m
Keadaan Kode
Q0 Q 1 Q2 Q3 Q4
S0 0 0 0 0 1
S1 0 0 0 1 0
Pada umumnya penyandian
S2 0 0 1 0 0 menghasilkan untai eksitasi
S3 0 1 0 0 0 yang sederhana, karena untuk
S4 1 0 0 0 0 tiap transisi-keadaan hanya
ada dua buah FF yang harus
berubah keadaan
Penyandian lokus minimal
S4 1 0 0
Penyandian lokus minimal
• Transisi
S0 S1 000 010
S0 S2 000 011 S1
S0
S1 S3 010 101
S2 S3 011 101
S3 S4 101 100 S2
S3 S4
S4 S1 100 010
Penyandian lokus minimal
• Peta Karnaugh
ALT 2
BC
A 00 01 10 11
0 S3 S3 S1 S0
1 - - S4 S.
Penyandian lokus minimal
• Contoh : (Sistesis)