Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang Belajar merupakan proses bagi manusia untuk mampu mempertahankan

kehidupannya dengan menguasai kemampuan kemampuan yang dibangun sejak dia lahir sampai sepanjang hayatnya. Kompetensi, keterampilan dan sikap yang semakin hari semakain terbentuk matang membuat manusia semakin pandai dan berkembang dalam meningkatkan taraf hidupnya. Terlihat jelas dengan perkembangan teknologi saat ini, manusia menjadi semakin maju dalam membangun kehidupan yang memberi pengaruh besar pada hampir semua bidang. Salah satunya ialah dunia pendidikan, dimana Teknologi Informasi dan Komunikasi menjadi faktor yang menjadi penentu perkembangan pembelajaran ke arah modernisasi. Dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di dunia pendidikan ini, semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar dan pembelajaran harus berusaha menyesuaikan diri dalam membangun pendidikan yang sesuai dengan tuntutan jaman. Khusunya guru yang harus menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan yang lebih sesuai untuk membangun pengetahuan siswa secara mandiri (sebagai fasilitaor). Winataputra (2008: 1.1) mengatakan Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, sebagai salah satu unsur pendidik agar mampu melaksanakaan tugas profesionalnya adalah memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami tentang bagaimana siswa belajar. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru seyogyanya menguasai hakikat dan konsep dasar belajar dan bagaimana guru mengimplementasikan konsep belajar tersebut dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Apakah siswa telah melakukan apa yang dimaksudkan dengan kata belajar secara seutuhnya atau-kah kegiatan belajar siswa hanya sekedar menulis dan mengingat materi pelajaran yang disajikan di kelas. Belajar lebih dari sekedar menulis dan mengingat materi pelajaran yang disajikan di kelas, bagi siswa untuk dapat benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus belajar untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergaul dengan ide-ide baru. Paradigma yang terbentuk lama dalam benak seorang pendidik haruslah dirubah secara sadar dan nyata bahwa tugas pendidikan tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar
1

konsep-konsep penting dan sangat berguna dapat terbangun secara sempurna dan tertanam kuat dalam benak siswa. Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Dalam hal ini guru akan berperan besar dalam merencanakan pembelajaran yang efektif ke arah pembentukan pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik. Ini sesuai dengan perspektif konstruktivisme yang mengartikan belajar sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa mengkonstruksi atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki (Jonassen dalam Suciati, 2008 :66). Pendekatan kontruktivisme akhir-akhir ini banyak dibahas dan berkembang menjadi wacana nasional berbagai pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendekatan ini dianggap sebagi fenomena baru yang menjanjikan dalam upaya melaksanakan pembelajaran yang efektif dan mendukung mengembangkan potensi siswa secara optimal. Pendekatan ini memang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran yang lainnya. Dalam pendekatan kontruktivisme, guru harus menyelenggarakan pembelajaran yang benar-benar membuat peserta didik memperoleh pengetahuan dan pengertiannya dengan cara membangun pengetahuan-pengetahuan yang diberikan lewat pengalaman belajarnya. Peserta didik menginterprestasikan pengalaman baru dan

memperoleh pengetahuan baru berdasarkan realitas yang telah terbentuk di dalam pikirannya dengan kematangan kognitif yang dimilikinya. Pendekatan kontruktivisme mempunyai sejarah yang cukup panjang. Ciri pendekatan ini bahkan dapat ditelusuri mulai dari Socrates, filosof Yunani terkenal yang hidup pada tahun 470 399 sebelum Masehi. Socrates menggunakan metode bertanya untuk medidik murid muridnya berpikir kritis. Dalam bentuk kelompok diskusi, Sokrates membimbmbing murid muridnya untuk aktif berpikir dan menghasilkan suatu kesimpulan dari berbagai permasalahan. Dalam bentuknya yang sekarang, pendekatan kontruktivisme telah

berkembang melalui beberapa pemikir seperti Vygitsky, Piaget, dan Jhon Dewey. Mereka menyimpulkan bagaimana proses belajar yang dialami oleh individu untuk membentuk pengetahuannya yang baru berdasarkan pada faktor-faktor internal dari individu itu sendiri dan bagaimana individu itu berinteraksi dengan sesamanya (interaksi sosial). Kebanyakan para pendidik tidak menyadari bahwa faktor-faktor seperti yang disebutkan diatas memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan pengetahuan yang dialami oleh peserta didik. Pengajaran yang bersifat tradisional beranggapan bahwa pengetahuan dapat

dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa hanya dengan pendekatan ceramah saja, itu tidaklah benar. Pandangan ini perlu digeser menuju pandangan kontruktivisme yang beasumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam diri siswa (Howe, 1996 : 45 ). Ini menjadi suatu acuan bagi penulis untuk menyelengarakan kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa diberikan kesempatan untuk mengalami belajar yang dilakukannya sendiri ataupun bekerja sama dengan temannya dalam memperoleh informasi untuk membangun pengetahuannya secara mandiri. Pendekatan penggunaan teori pengajaran dan pembelajaran memainkan peranan penting dalam menentukan keberkesanan sesuatu pengajaran dan pembelajaran dalam bidang pendidikan. Menurut Arif Sukardi (1987) teori pembelajaran memainkan peranan yang penting kepada guru karena menerusi teori-teori ini guru akan memahami proses pembelajaran yang berlaku di dalam diri peserta didik, memahami faktor yang mempengaruhi dan mempercepatkan proses pembelajaran para peserta didik. Selain itu guru akan dapat membuat ekspektasi yang tepat tentang hasil yang diharapkan dari proses belajar dan pembelajaran. Sehubungan dengan itu salah satu teori yang berkesan dalam proses pengajaran dan pembelajaran adalah teori konstruktivisme. Teori ini pada umumnya adalah merupakan pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran manusia. Penulis berharap dengan penggunaan teori pembelajaran kontruktivisme ini, kegiatan pengajaran dan pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kematangan kognitif peserta didik dan melatih peserta didik untuk berinteraksi dalam kelas dalam membangun pengetahuannya secara mandiri. Mata pelajaran TIK adalah mata pelajaran yang bersifat konsep logika dan praktik, diperlukan pendekatan yang lebih untuk mengembangkan pemikiran peserta didik secara mandiri dalam menguasai keterampilan keterampilan dengan cara mandiri. Menurut Munir (2008:94), salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran TIK adalah kontruktivisme. Kontruktivisme mengembangkan pemikiran peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Pendekatan pembelajaran kontruktivisme merupakan suatu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. McBrien & Brandt (1997) menyatakan konstruktivisme adalah satu pendekatan pengajaran berdasarkan kepada penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar.

Kebanyakan penyelidik berpendapat setiap individu membina pengetahuan dan bukannya menerima pengetahuan daripada orang lain. Penulis berusaha menerapkan pendekatan kontruktivisme pada mata pelajaran Teknologi Informasidan Komunikasi dengan harapan

siswa dapat memahami esensi dari belajar yang dialaminya. Model pembelajaran kontruktivisme yang dirujuk dalam penelitian ini adalah kontruktivisme yang dikembangkan oleh Needham (1987) yaitu model kontruktivisme lima fase Needham. Needham (1987) menyatakan dalam model ini proses pembelajaran dilakukan dalam lima fase, yaitu : fase orientasi (engage) yang bertujuan untuk menarik perhatian dan minat; fase pencetusan ide (explore); fase penstrukturan semua ide (explain), fase aplikasi ide (elaborate)dan fase refleksi (evaluate). Dalam model pembelajaran kontruktivisme ini, guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan kegitaan dalam kelasnya berdasarkan sitasi perkembangan kognitif peserta didik. Dari uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian tentang Efektivitas Pendekatan Kontruktivisme Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK.

1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini

ke dalam dua rumusan, yaitu : a. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan pembelajaran kontruktivisme berbasis multimedia dengan model pembelajaran konvensional ? b. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan pembelajaran kontruktivisme berbasis multimedia ?

1.3.

Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dan untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, diperluka beberapa batasan masalah dalam penilitan ini, antara lain : a. Pendekatan pembelajaran kontruktivisme yang dikembangkan adalah model kontruktivisme lima fase Needham (1987) b. Hasil belajar pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang meliputi aspek ingatan ( recall /C1), aspek pemahaman (comprehension /C2) dan aspek penerapan (application /C3)

1.4.

Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan utama

penelitian ini adalah menguji efektivitas pendekatan kontruktivisme berbasis multimedia dalam pembelajaran TIK di SMP kelas IX secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara pendekatan pembelajaran kontruktivisme bebasis multimedia dengan model pembelajaran konvensional. b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan pendekatan pembelajaran kontruktivisme bebasis multimedia.

1.5.

Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : a. Bagi Penulis Menambah wawasan dalam pengajaran dan pembelajaran mengenai efektivitas yang dihasilkan dari pendekatan pembelajaran kontruktivisme berbasis multimedia pada mata pelajaran TIK . Serta mengetahui tingkat keberhasilan penerapan metode ini. b. Bagi guru Hasil penelitian ini secara keseluruhan diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk seluruh guru dan calon guru mata pelajaran TIK dalam rangka pengembangan diri dan peningkatan mutu pendidikan serta pembelajaran yang menarik dan efektif. c. Bagi siswa Hasil penelitian ini kiranya dapat menambah hasil belajar siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. d. Bagi sekolah Kiranya penelitian ini menambah khazanah pengetahuan dan informasi dalam pendidikan yang dapat digunakan ulang oleh semua guru di sekolah.

1.6.

Variable Penelitian Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme berbasis multimedia dan variable terikatnya yaitu hasil belajar siswa.

1.7.

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode quasi eksperiment

dengan desain penelitian yang digunakan adalah pretest-postest control group design. Dalam desain ini terdapat 2 kelompok yang dipilih secara random, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme berbasis multimedia sedangkan kelompok control adalah kelompok yang diberikan perlakukan model pembelajaran tradisional. Kedua kelompok ini diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal pada masing-masing kelompok. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok control. Kemudian kedua kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan posttest untuk mengetahui hasil belajar keduanya.

1.8.

Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan dalam penelitian

yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini, hipotesis yang dapat ditetapkan adalah Terdapat efektivitas penerapan pendekatan kontruktivisme berbasis multimedia terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK.

Anda mungkin juga menyukai