Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis kronis atau empisema. Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti oleh hiperaktivitas jalan nafas dan kadangkala parsial reversibel, sekalipun empisema dan bronkitis kronis harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar pasien PPOK mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut. Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada penderita laki-laki lanjut usia. Oleh karena itu penyakit PPOK haruslah mendapatkan pengobatan yang baik dan terutama perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOK di rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif dan paripurna saat di Rumah Sakit. Dalam makalah ini, penyusun membahas tentang bronchitis dan emfisema, mulai dari konsep medisnya sampai pada konsep keperawatannya. 1.2 Permasalahan 1. Bagaimana konsep medis dan konsep keperawatan pada klien bronchitis? 2. Bagaimana konsep medis dan konsep keperawatan pada klien emfisema? 1.3 Tujuan Penyusunan 1. Menjelaskan konsep medis dan konsep keperawatan pada klien bronchitis. 2. Menjelaskan konsep medis dan konsep keperawatan pada klien emfisema.

Bronchitis dan Emfisema

Page 1

BAB II PEMBAHASAN 21 Bronchitis 2.1.1 Konsep Medis Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulangulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturutturut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain. Bronkitis Kronik merupakan suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan dalam setahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut. 2. Etiologi Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial. 1) Rokok Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut. 2) Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie. 3) Polusi Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. 1. Pengertian

4) Keturunan Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. 5) Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek. 3. Patofisiologi Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel-sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. 4. Manifestasi klinis a) Batuk, mulai dengan batuk-batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, batuk produktif sehingga penderita terganggu tidurnya.

Bronchitis dan Emfisema

Page 3

b) Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental. c) Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang-kadang disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap. d) Biasanya sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu), lelah, bahkan sakit kepala. 5. Pemeriksaan fisik Inspeksi: a. Wajah pucat. b. Berkeringat. c. Bibir sianosis. Palpasi: a. Turgor kulit buruk. b. Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali. Perkusi : adanya hipersonor, pekak jantung berkurang. Auskultasi: a. Bunyi napas lembab kasar. b. Terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. c. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi, disertai bising mengi. d. Suara nafas dan suara jantung lemah. 6. Pemeriksaan diagnostik 1. Pemeriksaan radiologis Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. 2. Pemeriksaan fungsi paru 3. Analisa gas darah Pa O2 : rendah (normal 80 100 mmHg)

Pa CO2 : tinggi (normal 35 45 mmHg). Saturasi hemoglobin menurun. Eritropoesis bertambah.

4. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi. 5. TLC : Meningkat 6. Volume residu : Meningkat. 7. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat. 8. Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa. 9. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen. 10. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF. 7. Penatalaksanaan a) Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang : Menghindari merokok Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan. Nutrisi yang baik. Hidrasi yang adekuat. b) Terapi khusus (pengobatan). Bronchodilator Antimikroba Kortikosteroid Terapi aerosol Terapi oksigen Penyesuaian fisik Latihan relaksasi Meditasi Menahan nafas Bronchitis dan Emfisema Page 5

Rehabilitasi Komplikasi 2.1.2 dari bronchitis antara lain Atelektasis, Hipoksemia, Pneumothoraks, Emfisema, Deformitas thoraks, bahkan gagal nafas. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian. Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis : Aktivitas/istirahat Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari. Ketidakmampuan untuk tidur. Dispnoe pada saat istirahat. Tanda : Keletihan Gelisah, insomnia. Kelemahan umum/kehilangan massa otot. Sirkulasi Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Tanda : Peningkatan Bunyi Integritas Ego Gejala : Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang. Makanan/cairan Gejala : Mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia Ketidakmampuan untuk makan Penurunan berat badan, peningkatan berat badan Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat. Penurunan berat badan, palpitasi abdomen tekanan redup, darah, Warna peningkatan kulit/membran frekuensi mukosa jantung/takikardia berat, Distensi vena leher, Edema dependent, jantung normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.

Hygiene Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan Tanda : Kebersihan buruk, bau badan. Pernafasan Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Episode batuk hilang timbul. Tanda : Pernafasan biasa cepat. Penggunaan otot bantu pernafasan Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas ronchi Perkusi hyperresonan pada area paru. Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan. Keamanan Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya/berulangnya infeksi. Seksualitas Gejala : Penurunan libido Interaksi sosial Gejala : Hubungan ketergantungan Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat Penyakit lama/ketidakmampuan membaik. Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain. 2. Diagnosa Keperawatan, Intervensi, dan Rasional 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. Ditandai dengan : Bronchitis dan Emfisema Page 7

Penyataan sulit bernafas Bunyi nafas tak normal Batuk menetap dengan/tanpa sputum Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten. Rencana Tindakan: 1. Auskultasi bunyi nafas Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas. 2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. 3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian tempat tidur. Rasional : Peninggian tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi 4. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara. 5. Observasi karakteristik batuk Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan 6. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran. 7. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi Rasional : mempercepat proses penyembuhan dan pengurangan penyakit. 2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus. Ditandai dengan : Dispneu Bingung, gelisah

Ketidakmampuan membuang secret

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Rencana Tindakan: 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit. 2. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam. Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas. 3. Kaji/ awasi secara rutin warna kulit dan membrane mukosa. Rasional : sianosis mungkin perifer atau sentral. 4. Auskultasi bunyi nafas. Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. 5. Awasi tingkat kesadaran/ status mental Rasional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum dari hipoksia. 6. Awasi tanda vital dan irama jantung Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. 7. Awasi GDA Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil. 8. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia. 3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan imun, menetapnya sekret, proses penyakit kronis. Bronchitis dan Emfisema Page 9

Ditandai dengan : Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnose aktual Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi Rencana Tindakan: 1. Awasi suhu. Rasional Rasional : : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi. Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan 2. Observasi warna, bau sputum. adanya infeksi. 3. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum. Rasional : mencegah penyebaran patogen. dapat mempengaruhi kesehatan umum dan 4. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat. Rasional : Malnutrisi menurunkan tekanan darah terhadap infeksi. 5. Berikan anti mikroba sesuai indikasi Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur. 4) Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. Ditandai dengan : Laporan verbal kelelahan Sianosis ketika beraktivitas Dispneu karena kerja Tujuan : Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran Rencana tindakan: a) Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai. Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.

5) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Ditandai dengan : Dispneu berat Adanya ancaman kematian Respon psikologis terhadap hipoksemia Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas. Rencana tindakan: 1. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat). Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya. 2. Berikan dorongan emosional. Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami. 3. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan 4. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan. 5. Beri dorongan spiritual Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya. 6) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah Ditandai dengan : Pertanyaan tentang informasi Tidak akurat mengikuti instruksi Pernyataan masalah/kesalahan konsep Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Intervensi : 1. Jelaskan proses penyakit individu Bronchitis dan Emfisema Page 11

Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan. 2. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas 3. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau. Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.

3. Penyimpangan KDM

Bronchitis dan Emfisema

Page 13

4. Evaluasi Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya.

2.2 Emfisema 2.2.1 Konsep Medis 1. Definisi Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi. Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli. Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,disertai kerusakan dinding alveoli. 2. Etiologi a) Faktor Genetik Factor genetic mempunyai peran pada penyakit emfisema. Factor genetic diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia atau peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein alfa-1 anti tripsin. b) Hipotesis Elastase-Anti Elastase Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema. c) Rokok Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitits kronik dan emfisema paru. Secara patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan. d) Infeksi Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanyapun lebih berat. Infeksi pernapasan bagian atas pasien bronchitis kronik selalu menyebabkan infeksi paru bagian dalam, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae.

Bronchitis dan Emfisema

Page 15

e) Polusi Sebagai factor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.. f) Faktor Sosial Ekonomi Emfisema lebih banyak didapat pada golongan social ekonomi rendah, mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan factor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek. 3. Patofisiologi Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian tau seluruh paru. Pada emfisema, beberapa factor penyebab obstruksi jalan nafas yaitu inflamasi dan pembengkakan bronki, produksi lender yang berlebihan, dan kolaps bronkiolus. Karena dinding alveoli mengalami suatu kerusakan (suatu proses yang dipercepat oleh infeksi kambuhan) Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari alveolus. Pada emfisema terjadi penyempitan saluran nafas, penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan sesak, penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru. 4. Manifestasi Klinis 1. Dispnea 2. Pada inspeksi: bentuk dada burrel chest 3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid) 4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang paru. 5. Pada auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan perpanjangan ekspirasi

6. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum 7. Distensi vena leher selama ekspirasi. 5.Pemeriksaan Fisik Inspeksi: bentuk dada burrel chest. Palpasi : fremitus melemah, sela iga melebar Perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang paru. Auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan perpanjangan ekspirasi 6. Pemeriksaan diagnostik Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal selama periode remisi (asma). Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis., bronkodilator. TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang pada asma; penurunan emfisema Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan asma FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun pada bronkitis dan asma GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis h.Bronkogram: dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi, kollaps bronkial pada ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronchitis JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas), Page 17

Bronchitis dan Emfisema

peningkatan eosinofil (asma) Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnosa emfisema primer Sputum: kultur untuk patogen; menentukan pemeriksaan adanya sitolitik infeksi, untuk mengidentifikasi

mengetahui keganasan atau gangguan alergi EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat); disritmia atrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS (emfisema) EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan. 7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan emfisema paru terbagi atas : 1. Penyuluhan : Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik. 2. Pencegahan a) Rokok ; Merokok harus dihentikan meskipun sukar. Penyuluhan dan usaha yang optimal harus dilakukan. b) menghindari lingkungan polusi: Sebaiknya dilakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama pada pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat-zat polutan yang berbahaya terhadap saluran nafas. c) Vaksin Dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi, terutama terhadap influenza dan infeksi pneumokokus. 3. Terapi farmakologi Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai komponen yang reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat

dilakukan dengan : 1. Pemberian bronkodilator a. golongan teofilin :Biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg BB per oral dengan memperhatikan kadar teofilin dalam darah. Konsentrasi dalam darah yang baik antara 10-15 mg/L b. golongan agonis B2: Biasanya diberikan secara aerosol/nebuliser. Efek samping utama adalah tremor,tetapi menghilang dengan pemberian agak lama. 2. Pemberian kortikosteroid Pada beberapa pasien, pemberian kortikosteroid akan berhasil mengurangi obstruksi saluran nafas.Hinshaw dan Murry menganjurkan untuk mencoba pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru dihentikan. 3. Mengurangi sekresi mucus 1. Minum cukup,supaya tidak dehidrasi dan mucus lebih encer sehingga urine tetap kuning pucat. 2. Ekspektoran, yang sering digunakan ialah gliseril guaiakolat, kalium yodida, dan amonium klorida. 3. Nebulisasi 4. Mukolitik bromheksin. 4. Fisioterapi dan rehabilitasi Tujuan fisioterapi dan rehabilitasi adalah meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan pasien dari segi social, emosional dan vokasional. Program fisioterapi yang dilaksanakan berguna untuk : 1. Mengeluarkan mucus dari saluran nafas. 2. Memperbaiki efisiensi ventilasi. 3. Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis 5. Pemberian O2 dalam jangka panjang dan dapat humidifikasi digunakan dengan uap air atau menurunkan viskositas dan mengencerkan sputum. asetilsistein

Bronchitis dan Emfisema

Page 19

Pemberian O2 dalam jangka panjang akan memperbaiki emfisema disertai kenaikan toleransi latihan. Biasanya diberikan pada pasien hipoksia yang timbul pada waktu tidur atau waktu latihan. Menurut Make, pemberian O2 selama 19 jam/hari akan mempunyai hasil lebih baik dari pada pemberian 12 jam/hari. Komplikasi 2.2.2 dari emfisema antara lain Atelektasis, Hipoksemia, Pneumothoraks, PPOK, Deformitas thoraks, bahkan gagal nafas. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian 1) Aktivitas/Istirahat Gejala: Tanda: Keletihan, gelisah, insomnia. Kelemahan umum/kehilangan massa otot Keletihan, kelelahan, malaise Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan

2) Sirkulasi Gejala: Tanda Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia, distensi vena leher Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada) pembengkakan pada ekstremitas bawah

Gejala:

Warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-abu/sianosis Pucat dapat menunjukkan anemia

3) Makanan/Cairan Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema) Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronkitis)

Tanda: Turgor kulit buruk, edema dependen Berkeringat, penuruna berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan (emfisema). Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali (bronkitis) 4) Hygiene Gejala: Tanda: Gejala: Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma) Lapar udara kronis Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun Kebersihan, buruk, bau badan 5) Pernafasan Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Bronchitis dan Emfisema

Page 21

sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dapat banyak sekali (bronkitis kronis). Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat terjadi produktif (emfisema). Riwayat pneumonia berulang: terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang (mis., rokok sigaret) atau debu/asap (mis., abses, debu atau batu bara, serbuk gergaji) Gejala: Gejala: Gejala: Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, ketidak Penurunan libido 8) Interaksi social Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya/berulangnya infeksi Kemerahan/berkeringat (asma) Faktor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa-anti tripsin (emfisema) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus Pernafasan: biasanya cepat, dapat lambat, penggunaan otot bantu pernapasan. Dada: hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar, lembut atau krekels, ronki, mengi sepanjang area paru. Perkusi: hiperesonan pada area paru Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku. Tanda:

6) Keamanan

7) Seksualitas

mampuan membaik/penyakit lama. Tanda: Gejala: Penggunaan/penyalahgunaan menghentikan merokok, kegagalan untuk membaik. obat pernapasan, alkohol secara kesulitan teratur, penggunaan Ketidakmampuan untuk/membuat mempertahankan suara pernafasan Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan dengan anggota keluarga lalu

9) Penyuluhan/Pembelajaran

2. Prioritas Keperawatan 1) Mempertahankan patensi jalan napas. 2) Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas. 3) Meningkatkan masukan nutrisi 4) Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi 5) Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan 3. Diagnosa, Intervensi dan rasional Keperawatan 1) Jalan nafas inefektif b/d bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental d/d pernyataan kesulitan bernapas, perubahan kedalaman/kecepatan bernapas, penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi nafas tidak normal, mis., ronki, mengi, krekels; batuk (menetap) dengan/tanpa produksi sputum. Kriteria Hasil: Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih dan jelas. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, mis., batuk efektif dan mengeluarkan secret. Intervensi Rasional: Intervensi Bronchitis dan Emfisema Rasional Page 23

Mandiri: 1) Auskultasi bunyi tambahan, mengi, ronki. bunyi napas mis., krekels, 1) Beberapa spasme terjadi dan derajat bronkus dengan dapat/tidak napas, catat adanya

obstruksi jalan napas dimanifestasikan adanyan bunyi napas advertisius.

2) Kaji/pantau frekuensi pernapasan, rasio inspirasi/ekspirasi. catat

2) Takipnea ada pada derajat ditemukan penerimaan selama

biasanya beberapa dapt pada atau dan

stres/adanya

proses infeksi akut. 3) Catat adanya derajat dispnea, distres penggunaan bantu napas. ansietas, pernapasan, otot 3) Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di Rumah Sakit. 4) Tempatkan/atur posisi mis., pasien peninggian senyaman mungkin, kepala tempat tidur 15-30, duduk pada sandaran tidur. tempat 4) Peninggian tempat memudahkan pernapasan menggunakan gravitasi. kepala tidur fungsi dengan

5) Pertahankan lingkungan/ minimalkan lingkungan, debu, asap, dll.

udara polusi mis.,

5) Pencetus tipe reaksi alergi dapat 6) Memberikan mengatasi mengontrol dan pernapasan mentriger pasien dan dispnea menurunkan membantu sekret, cairan dapat spasme

episode akut. beberapa cara untuk

6) Bantu latihan napas abdomen atau bibir.

7) Tingkatkan masukan cairan sesuai jantung. Berikan/anjurkan minum air hangat. 8) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai indikasi, mis., bronkodilator sampai toleransi dengan 3000 ml/hari

jebakan udara 7) Hidrasi kekentalan penggunaan hangat menurunkan bronkus. 8) Merilekskan halus menurunkan otot dan spasme menurunkan

jalan napas, mengi, dan produksi mukosa. 2) Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas) oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara, kerusakan alveoli d/d dispnea, bingung, gelisah, ketidakmampuan mengeluarkan sekret nilai GDA tidak normal (hipoksia dan hiperkapnea), perubahan tanda vital, penurunan toleransi terhadap aktivitas. Kriteria Hasil: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan. Bronchitis dan Emfisema Page 25

Berpartisipasi

dalam

program

pengobatan

dalam

tingkat

kemampuan/situasi. Intervensi Rasional: Intervensi 1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, penggunaan 2) Tinggikan otot kepala catat bantu tempat 2) Pengiriman dapat tinggi nafas menurunkan paru mengeluarkan 3) Sianosis kuku) 4) Sputum kental, tebal serta utama 5) Auskultasi bunyi nafas, cata area penurunan udara/bunyi tambahan. 6) Awasi tanda vital dan irama jantung jalan banyaknya gangguan napas kecil. sekresi adalah sumber pertukaran gas pada Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif 5) Bunyi nafas mungkin redup penurunan 7) Kolaborasi: udara atau karena aliran area mungkin perifer (terlihat pada dan oksigen diperbaiki latihan untuk kolaps Rasional 1) Berguna dalam

evaluasi derajat distres pernafasan/kronisnya proses penyakit.

pernapasan, napas bibir. tidur, bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan. 3) Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa 4) Anjurkan diindikasikan. sputum, penghisapan bila

dengan posisi duduk

Berikan oksigen sesuai indikasi Berikan penekan SSP (anti ansietas sedatif atau narkotik) dengan hati-hati indikasi. sesuai

konsolidasi,

adanya

mengidentifikasi spasme bronkus 6) Takikardi, dan dapat efek jantung. 7) Kolaborasi Dapat memperbaiki/mencega h buruknya hipoksia disritmia td penurunan

menunjukkan hipoksemia

sistemik pada fungsi

Untuk mengontrol ansietas/gelisah yang meningkatkan konsumsi/kebutuhan oksigen. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnea, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah d/d penurunan berat badan, kehilangan massa otot, tonus otot buruk, kelemahan, keengganan untuk makan. Kriteri hasil: Menunjukkan BB meningkat. Mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk menngkatkan dan mempertahankan BB yang tepat. Intervensi Rasional: Intervensi 1) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat BB, turgor kulit, BB dan derajat kekurangan Bronchitis dan Emfisema Rasional 1) Berguna mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang Page 27 dalam

ketidakmampuan menelan. 2) Pastikan pola diet biasa pada pasien disukai yang disukai/tidak

tepat. 2) Membantu khusus. dalam Pertimbangan

mengidentifikasi kebutuhan keinginan individu dapat

3) Awasi pemasukan/pengeluaran dan BB secara periodik. 4) Selidiki anoreksia, mual dan muntah. Catat kemungkinan dengan obat, awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. 5) Berikan sering. periode istirahat

memperbaiki masukan diet. 3) Berguna dalam mengukur keefektifan 4) Dapat pilihan nutrisi dan dukungan cairan. mempengaruhi diet dan

mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan nutrien. 5) Membantu energi menghemat bila metabolik rasa tidak sisa yang khususnya pemasukan

6) Berikan perawatan mulut.

kebutuhan 6) Menurunkan enak

meningkat saat demam. karena

7) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. 8) Hindari makanan yang sangat panas dan sangat dingin. 9) Anjurkan makan sedikit tapi sering TKTP dengan makanan

sputum/obat

merangsang pasien muntah. 7) Dapat distensi abdomen diafragma. 8) Suhu yang ekstrim dapat mengganggu dan menghasilkan abdomen yang napas gerakan

10) Motivasi untuk dari

orang dan

terdekat makanan untuk pasien

meningkatkan batuk 9) Memaksimalkan nutrisi tanpa

spasme masukan kelemahan,

membawa rumah dengan

membagi 11) Kolaborasi:

kecuali kontraindikasi Rujuk ke ahli diet untuk menentukan diet. Kaji/observasi pemeriksaan glukosa, Lab, nilai mis: komposisi

menurunkan iritasi gaster. 10) Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal. 11) Kolaborasi Memberikan bantuan dalam perencanaan nutrisi adekuat. Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi diet dengan

profil asam amino, besi, pemeriksaan fungsi hati dan elektrolit.

4) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan dan peningkatan pemajanan terhadap lingkungan, proses penyakit kronis dan malnutrisi. Kriteria Hasil: Pasien akan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi. Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman. Intervensi Mandiri: 1. Kaji dan awasi suhu tubuh. 2. Kaji napas, pentingnya batuk latihan efektif, 1) Demam karena dehidrasi 2) Aktivitas ini Page 29 dapat infeksi terjadi atau Rasional Intervensi Rasional:

Bronchitis dan Emfisema

perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat. 3. Observasi warna, karakter dan bau sputum 4. Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat 5. Kolaborasi: Dapatkan untuk spesimen pewarnaan Berikan anti sputum gram, mikrobial dengan batuk dan pengisapan /kultur/sensitifitas. sesuai indikasi

meningkatkan mobilisasi dan untuk paru. 3) Sekret berbau, kuning atau kehijauan 4) Malnutrisi menunjukkan dapat adanya infeksi paru mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi 5) Kolaborasi Dikakukan mengiden-tifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti microbial untuk pengeluaran sekret menurunkan

terjadinya resiko infeksi

Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi 5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan tindakan perawatan b/d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi d/d pertanyaan tentang informasi, tidak akurat mengikuti instruksi Kriteria Hasil: Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan Intervensi Rasional: Intervensi Rasional

1) Jelaskan

tentang

proses

1) Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada

penyakit individu. 2) Instruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif, dan latihan kondisi umum.

rencana pengobatan 2) Napas bibir dan napas perut menguatkan pernapasan, meminimalkan (abdominal) otot membantu kolaps umum toleransi

jalan napas kecil. Latihan 3) Diskusikan menghindari aktif 4) Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan meghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat 5) Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan 6) Tunjukkan/ajarkan penggunaan inhaler 5) Pentung memahami antara efek mengganggu merugikan. Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifannya. 4. Evaluasi 1) jalan nafas efektif. Bronchitis dan Emfisema Page 31 bagi pasien perbedaan samping dan teknik pentingnya orang yang kondisi meningkatkan rasa sehat 3) Menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran pernapasan atas 4) Penghentian rokok dapat menghambat PPOM. kemajuan

sedang infeksi pernapasan

aktivitas, kekuatan otot dan

2) pola nafas efektif. 3) pertukaran gas adekuat.m 4) asukan nutrisi adekuat 5) infeksi tidak terjadi 6) intolerans aktivitas meningkat 7) kecemasan berkurang/hilang 8) klien memahami kondisi penyakitnya.

5. Penyimpangan KDM

Bronchitis dan Emfisema

Page 33

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulangulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturutturut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain. Sedangkan emfisema adalah suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai dengan pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar yang terjadi sedikit demi sedikit selama bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok yang berkisar 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat menyebabkan kegagalan nafas dan meninggal dunia. 3.2 Saran Bronchitis dan emfisema dapat menimbulkan penyakit yang lebih serius lagi berupa PPOK. Untuk itu pentingnya kiranya mengetahui tentang konsep medis dan konsep keperawatan dari kedua penyakit tersebut. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.Bagi para pembaca diharapkan dapat mengatur pola hidup sehat mulai dari sekarang seperti tidak merokok, menghidari linkungan polusi dan bila perlu dapat dilakukan vaksinasi.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Askep PPOK. Dapat (diakses diakses pada tanggal di 14 http//:www.medicalword.com/Askep_PPOK Desember 2011). Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi EGC : Jakarta. Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta. PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, EGC, Jakarta. Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta. Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI, Jakarta.

Bronchitis dan Emfisema

Page 35

Anda mungkin juga menyukai