Anda di halaman 1dari 5

Artikel: Seandainya Buruh Hidup Sejahtera

Penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi buruh dalam artikel Menjelaskan sejarah kelas menurut marx Dibenturkan sama keadaan buruh yang di artikel Kaitkan dengan teori sistem weber yang menjelaskan tetnatng keadaan stuktur masyarakat indonesia hari ini. 5. Kaitkan hal ideal yang harus terjadi menurut weber dan marx 6. Kemudian jelasknan keadaan senyatanya... kaitkan teori 7. Masukin paragraf analisis prbadi (karena teori bukan hal yang sepenuhnya benar. Beda teori beda pemikiran, beda analisis)

1. 2. 3. 4.

Dalam berita yang akan saya analisis berjudul Seandainya buruh hidup sejahtera dalam berita ini terdapat pengelompokan kelas sosial yaitu buruh. Dalam berita tersebut diuraikan kondisi buruh yang ada di indonesia dengan segala permasalahannya yaitu 70 persen dari 109,7 juta pekerja berada di sektor informal apa lagi Indonesia masih memiliki 7,7 juta penganggur yang berebut lapangan kerja dan ditambah sedikitnya 2,5 juta lulusan pendidikan formal yang masuk ke pasar kerja setiap tahun. Belum lagi upah buruh yang belum ideal. Sebagai contoh di DKI Jakarta menetapkan UMR tahun 2012 sebesar 1.529.150/bulan berdasarkan survey kebutuhan hidup layak tahun 2011 sebesar Rp 1,29 juta. Padahal untuk memenuhi kebutuhan hidup buruh idealnya pendapatan mereka adalah 2,02 juta/bulan (berdasarkan hasil survey asosiasi serikat pekerja indonesia). Artikel ini akan saya coba analisis menggunakan teori kelas Karl Marx dan stratifikasi sosial Max Weber. Dalam sautu kehidupan masyarakat Marx percaya bahwa masyarakat terbentuk di sekeliling kontradiksi-kontradiksi yang hanya bisa deselesaikan melalui perubahaan sosial yang aktual. Salah satu kontradiksi mendasar yang dilihat Marx adalah antara sifat dasar manusia dan syarat-syarat kerja di dalam kapitalisme. Bagi Marx, sifat dasar manusia dikaitkan dengan kerja yang mengekspresikan dan mentransformasikan hakikat kita. Di bawah kapitalisme, kerja kita dijual sebagai sebuah komiditas, dan hal ini menyebabkan kita teralineasi dari aktivitas produktif kita, tujuan-tujuan yang kita buat, rekan-rekan kerja kita, dan bahkan dengan diri kita sendiri. Begitu juga dengan buruh, dimana buruh adalah orang yang tidak memiliki alat produksi. Kemudian, bagaimana sistem akhirnya bisa menindas buruh? Dengan memakai analisis Marx, hal tersebut terjawab yaitu karena adanya peta kapital, dan berujung pada globalisasi. Di dalam kapitalisme, nilai tukar komoditas cenderung melebihi penggunaannya yang aktual di dalam memenuhi kebutuhankebutuhan manusia, oleh karena itu, komoditas-komoditas mulai tampak terpisah dari kerja manusia dan kebutuhan manusia pada akhirnya tampak menjadi berkuasa atas manusia.

Statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Buruh merupakan salah satu kelompok yang masuk ke dalam lapisan sosial bawah. Menurut Weber, aspek terpenting dari analisis kasus sosial seperti ini adalah bahwa Weber tidak mau mereduksi stratifikasi menjadi sekedar faktor ekonomi (atau kelas, menurut pengertian Weber), melainkan melihatnya sebagai sesuatu yang bersifat multidimensional. Jadi, masyarakat terstratifikasi menurut basis ekonomi, status, dan kekuasaan. Implikasi yang ditimbulkannya adalah bawha orang dapat menempati peringkat yang tinggi di satu atau dua dimensi stratifikasi tersebut sementara berada pada posisi yang rendah di dimensi (atau dimensidimensi) lainnya, sehingga memungkinkan analisis yang jauh lebih canggih terhadap stratifikasi sosial daripada ketika stratifikasi tersebut dibatasi hanya pada variasi situasi ekonomi suatu stratifikasi (sebagaimana dilakukan dalam analisis Marx). Dari artikel ini dapat saya analisis, bahwa kasus kesejahteraan buruh jika dipandang menurut analisis Marx adalah sesuai dengan yang Marx nyatakan bahwa keadaan ekonomi pada kenyataannya telah menyudutkan salah satu pihak, yang dalam kasus ini adalah buruh. Dalam artikel ini dijelaskan, bahwa memang pemerintah berusaha mensejahterakan buruh dengan berbagai upaya seprti perundingan untuk menentukan Survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yg mengacu pada 46 komplemen sesuai dg peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi no 17 th 2005 setiap bulan selain lebaran dan libur sekolah. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa perundingan ini selalu menimbulkan polemik dan berakhir dengan unjuk rasa buruh. Artinya, memang benar bahwa dalam sistem ekonomi seperti yg Marx katakan, bahwa yang menguasai perekonomian adalah mereka yg kaya, atau dengan kata lain, mereka yang kaya akan semakin kaya dan mereka yang miskin justru menjadi semakin miskin. Dan jika artikel ini dianalisis menggunakan teori Weber, bahwa tipe ideal birokrasi adalah semua bagian-bagian dri birokrasi harus berfungsi dan punya kontrol masing-masing, punya kompetensi masing2, sehinga keputusan yang diambil (yang dalam kasus ini adalah pemerinyah) adalah keputusan yg baik demi kemaslahatan semua pihak. Namun, ketika teori Weber dan Marx disandingkan, terdapat perbedaan bahwa Marx yg menyatakan bahwa tidak ada yg dikuasai dan menguasai, sedangkan Weber menyatakan bahwa justru dengan birokrasilah dapat tercipta kehidupan masyarakat yang seimbang. Pada kenyataanya sekarang ini, pemerintah sebagai birokrasi belum dapat membuat kebijakan yang dapat mensejahterakan kaum buruh, dan tetap saja dalam stratifiaksi sosial mereka masuk ke dalam lapisan sosial bawah. Jika menurut Weber, bawha stratifikasi sosial tidak hanya bertumpu pada ekonomi, yaitu juga pada komponen lain seperti kekuasaan dan pendidikan, namun kenyataannya kesejahteraan buruh yang kurang berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, dan kekuasaannya dalam satu kehidupan sosial. Dalam perburuhan, mereka yang ber-modal-lah yang memiliki kuasa, sedangkan yang tidak bermodal akan menjadi kaum yang disuruh. Dengan banyaknya permasalahan tentang buruh di Indonesia membuat buruh akan suit untuk dapat menaikan stratifikasi sosial dan status sosial mereka di dalam masyarakat,mereka akan tetap dianggap sebagai kalangan bawah. Berbagai keluhan dan tuntutan yang selama ini dilayangkan oleh kaum buruh kepada pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan tampaknya belum juga dapat terwujud. Kaum buruh hingga kini masih saja menjadi kaum yang termarjinalkan dengan berbagai

kebijakan yang tidak pernah berpihak. Karenanya kaum buruh terus berada dalam posisi yang sulit dan serba salah. Padahal keberadaan kaum buruh di berbagai negara sangat penting untuk menggerakkan roda perindustrian. Makanya tak heran kalau kaum buruh selama ini dianggap sebagai sumber penghasil devisa negara. Tapi sayangnya upah yang diterima oleh kaum buruh, sering tidak sesuai dengan kerja keras yang telah mereka lakukan. Dengan keadaan demikian, stratifikasi buruh tidak akan pernah naik dari lapisan sosial tempat mereka sekarang berada,yaitu di lapisan sosial bawah. Semakin terlihat jelas perbedaan yang mencolok antara buruh, pengusaha, dan pemilik modal. Istilahnya, mereka yang kaya semakin kaya, dan yang miskin menjadi semakin miskin. Kesenjangan sosial seprti ini yang hendaknya dapat diantisipasi dengan meningkatkan kesejahteraan buruh.

Referensi: Ritzer, George, dan Goodman, J. Douglas. 2011. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana.

Dalam kehidupan sosial masyarakat, terdapat stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Sedangkan statifikasi sosial menurut max weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisanlapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Buruh merupakan salah satu kelompok yang masuk ke dalam lapisan sosial bawah. Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Diantara lapisan yang atasan dan yang rendah itu ada lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan sendiri oleh mereka yang hendak mempelajari system masyarakat itu. Biasanya golongan yang berada dalam lapisan atas tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat,tetapi kedudukannya yang tinggi. Mereka mempunyai kekuasaan besar mudah menjadi kaya dan mengusahakan ilmu penegetahuan. Bentuk-bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada sekalipun dalam masyarakat kapitalistis,demokratis,komunistis,dsb. Semakin rumit dan semakin maju teknologi maka semakin kompleks pula system lapisan masyarakat. Secara teoritis semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial hal nya tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian system sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan masyarakat berpokok pada system pertentangan dalam masyarakat.

Lapisan masyarakat memiliki banyak bentuk-bentuk konkret. Akan tetapi secara prinsipil bentukbentuk tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga macam kelas,yaitu yang ekonomis,politis,dan yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Mereka yang termasuk kedalam suatu lapisan atas dasar ukuran politis biasanya juga merupakan orang-orang yang menduduki suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis. Demikian pula mereka yang kaya biasanya menempati jabatan-jabatan yang senantiasa penting. Bagaimana kaum besar seperti para pejabat,pengusaha,dan orang tinggi lainnya menguasai segala sector pemerintahan. Terlebih untuk sector ekonomi,para kaum kaya akan merasa diuntungkan,dibandingkan dengan para kaum kecil seperti buruh,petani,dan orang miskin lainnya. Pada masyarakat-masyarakat kecil serta bersahaja biasanya pembedaan kedudukan dan peranan bersifat minim karena warganya sedikit dan orangorang yang dianggap tinggi kedudukannya juga tak banyak baik macam maupun jumlahnya. Secara teoritis semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial hal nya tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian system sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan masyarakat berpokok pada system pertentangan dalam masyarakat. Dalam berita yang akan saya analisis berjudul Seandainya buruh hidup sejahtera dalm berita ini terdapat pengelompokan kelas sosial yaitu buruh,dalam berita tersebut diuraikan kondisi buruh yang ada di indonesia dengan segala permasalahannya yaitu 70 persen dari 109,7 juta pekerja berada di sektor informal apa lagi Indonesia masih memiliki 7,7 juta penganggur yang berebut lapangan kerja dan ditambah sedikitnya 2,5 juta lulusan pendidikan formal yang masuk ke pasar kerja setiap tahun. Belum lagi upah buruh yang belum ideal. Sebagai contoh di DKI Jakarta menetapkan UMR tahun 2012 sebesar 1.529.150/bulan berdasarkan survey kebutuhan hidup layak tahun 2011 sebesar Rp 1,29 juta. Padahal untuk memenuhi kebutuhan hidup buruh idealnya pendapatan mereka adalah 2,02 juta/bulan (berdasarkan hasil survey asosiasi serikat pekerja indonesia) DIBANDINGIN Buruh, pada masa kini, pada saat dunia berfahamkan ideologi kapitalisme modifikasi, yang ditandai dengan adanya campur tangan pemerintah dalam hubungan buruh-pengusaha, mulai mengakomodir keberadaan buruh ketempat yang lebih baik. Buruh pada saat ini, di negara-negara maju, diposisikan sebagai asset perusahaan. Kalau dulu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba maksimum maka saat ini tujuan perusahaan yang paling utama adalah kesejahteraan karyawan. Dengan posisi sebagai asset, buruh mempunyai daya tawar (bargaining) yang cukup kuat dengan pengusaha. Apalagi ada kebijakan yang memungkinkan buruh untuk ikut serta dalam kepemilikan saham. Tentu saja kondisi ini hanya berlaku di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Bagaimana di Indonesia yang merupakan kelompok negara berkembang. Posisi buruh di Indonesia secara faktual masih dianggap sebagai salah satu produksi posisi buruh masih tetap lemah walaupun beberapa instrumen peraturan perundangan telah dibuat oleh pemerintah. Berbagai kelemahan daya tawar buruh dapat dilihat dari alotnya pembahasan berbagai bentuk upah yang dengan mudah ditebak, selalu dimenangkan oleh kepentingan pengusaha. Demikian juga tuntutan-tuntutan terhadap hak-hak normatif buruh seperti kesejahteraan dan peningkatan kualitas kerja, hasilnya sering dikompromikan sesuai dengan keinginan pengusaha.

Dengan keadaan demikian stratifikasi buruh tidak akan pernah naik dari lapisan sosial tempat mereka sekarang berada,yaitu di lapisan sosial bawah. Semakin terlihat jelas perbedaan yang mencolok antara buruh, pengusaha, dan pemilik modal. Istilahnya, mereka yang kaya semakin kaya, dan yang miskin menjadi semakin miskin. Kesenjangan sosial seprti ini yang hendaknya dapat diantisipasi dengan meningkatkan kesejahteraan buruh. Kesimpulan Dengan banyaknya permasalahan tentang buruh di Indonesia membuat buruh akan suit untuk dapat menaikan stratifikasi sosial dan status sosial mereka di dalam masyarakat,mereka akan tetap dianggap sebagai kalangan bawah. Berbagai keluhan dan tuntutan yang selama ini dilayangkan oleh kaum buruh kepada pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan tampaknya belum juga dapat terwujud. Kaum buruh hingga kini masih saja menjadi kaum yang termarjinalkan dengan berbagai kebijakan yang tidak pernah berpihak. Karenanya kaum buruh terus berada dalam posisi yang sulit dan serba salah. Padahal keberadaan kaum buruh di berbagai negara sangat penting untuk menggerakkan roda perindustrian. Makanya tak heran kalau kaum buruh selama ini dianggap sebagai sumber penghasil devisa negara. Tapi sayangnya upah (gaji) yang diterima oleh kaum buruh, sering tidak sesuai dengan kerja keras yang telah mereka lakukan. Kebijakan yang Tidak Berpihak terhadap Kaum Buruh. Hingga kini pemerintah belum juga dapat menunjukkan ketegasan sikapnya terhadap berbagai kasus yang telah menimpa kaum buruh migran yang bekerja di luar negeri tersebut. Padahal mereka juga warga negara Indonesia yang harusnya berhak mendapatkan perlindungan. Tapi inilah kenyataan yang terjadi di negara kita, kekuasaan uang bisa mengalahkan segalanya. Meski telah berjuang habis-habisan untuk menuntut hak-haknya sebagai pekerja, dimulai pada masa penjajahan Belanda dengan dibentuknya Serikat Buruh hingga pada awal pemerintahan orde baru, perjuangan kaum buruh belum juga membuahkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan setelah orde reformasi bergulir, berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah selalu saja berupaya untuk menghambat ruang gerak kaum buruh dalam memperjuangkan nasibnya untuk mendapatkan kesejahteraan hidup yang layak.

Buruh salah satu kelas Alienasi bagaimana buruh terasingkan bahkan dari dirinya sendiri. Analisis pake marx

Anda mungkin juga menyukai