Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik di mana penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula dalam darah. Keadaan ini baru disadari oleh penderita setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuhnya. Diabetes mellitus sering di juluki the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai variasi. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai seseorang pergi ke dokter dan di perksa kadar glukosa darahnya (Atun M, 2010). Para ahli mengatakan bahwa saat ini peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus berhubungan langsung dengan gaya hidup. Semakin baik tingkat ekonomi maka semakin tinggi keinginan untuk menikmati makanan dan minuman yang berpotensi menimbulkan penyakit. Jumlah kebutuhan kalor, protein, maupun lemak tidak diperhatikan lagi. Rambu-rambu kesehatan banyak dilanggar oleh masyarakat modern (Hery, 2011). Diabetes mellitus adalah penyakit menahun (kronik). Pada penyakit ini tidak digunakan istilah sembuh, tetapi dikatakan gula darah terkontrol, yaitu dapat dikendalikan dalam batas-batas normal. Pada dasarnya sasaran pengobatan penyakit diabetes yang utama adalah senantiasa menjaga gula darah normal, dengan gula darah

normal terus, kemungkinan timbulnya penyakit lain (komplikasi) menjadi berkurang. Untuk menjaga gula darah normal, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan obat diabetes, diet dan olahraga. Ketiga cara pengobatan tersebut harus saling beriringan, karena jika hanya mengkonsumsi obat tanpa disertai dengan diet dan olahraga maka hal tersebut tidak dapat menjamin keberhasilan pengobatan diabetes. Diet dalam hal ini yaitu mengurangi makan berlebihan, mengurangi mengkonsumsi makanan olahan, berkadar lemak tinggi, dan kurang serat. Diet dapat menyebabkan penurunan berat badan dan olahraga dapat menjaga kesinambungan penurunan berat badan. Namun, kenyataan yang terjadi dimasyarakat yakni bahwa sebagian penderita diabetes mengangggap bahwa hanya dengan mengkonsumsi obat kadar gula darah dapat menjadi normal. Berdasarkan urain diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Yang Tidak Tergantung Insulin Terhadap Pola Hidup Yang Berpengaruh Pada Pengobatan Diabetes Mellitus Di Ruang Rawat Inap RSUD Toto. 1.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin terhadap pola hidup yang berpengaruh pada pengobatan diabetes mellitus di Ruang rawat inap RSUD Toto

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin terhadap pola hidup yang berpengaruh pada pengobatan diabetes mellitus di Ruang Rawat Inap RSUD Toto 1. Menambah wawasan bagi peneliti mengenai pengaruh pola hidup pada pengobatan diabetes mellitus dikalangan masyarakat 2. Sebagai informasi yang bermanfaat dan menambah pengetahuan pasien mengenai pengaruh pola hidup pada pengobatan diabetes mellitus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah sebagai ingatan atas berbagai bahan yang telah dipelajari dan ini mungkin menyangkut mengingat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terpenuhi dari teori. Tetapi apa yang diberikan adalah menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai, akibatnya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat olehsetiap orang setelah mengalami, menyaksikan,mengamati dan belajar sejak ia lahir hingga dewasa. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior ). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (Berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1. Awarenester (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman,rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 2.2 Diabetes Mellitus 2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa darah terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu. Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik di mana penderita diabetes tidak bias memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi elebihan gula dalam darah. Keadaan ini biasanya baru di sadari oleh penderita setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuhnya .

Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington,

kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain.(Anonim,2010)

2.2.2 Etiologi Ada bukti yang menunjukkan bahwa etiologi diabetes mellitus bermacammacam. Meskipun berbagai lesi dan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah pada insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita diabetes melitus. Manifestasi klinis dari diabetes melitus terjadi jika lebih dari 90% sel-sel beta rusak. Pada diabetes melitus dalam bentuk yang lebih berat, sel-sel beta telah dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolik yang berkaitan dengan defisiensi insulin (Novita 2009) 2.2.8 Antidiabetik Oral 1. Golongan Sulfonilurea Kerja dari obat ini adalah dengan merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksi dengan ATPsensitive K channel pada membran sel-sel yang menimbulkan depolarisasi membran dan ,

keadaan ini akan membuka kanal Ca++, sehingga ion Ca++ akan masuk sel

merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Selain itu, sulfonylurea juga dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

Sulfonilurea diklasifikasikan menjadi 2, yaitu generasi pertama dan generasi kedua. Penggolongan ini didasarkan perbedaan pada potensi efek terapi, potensi efek samping selektif dan penempelan pada protein serum. Yang termasuk dalam generasi pertama meliputi asetoheksamid, klorpropamid, tolazamid dan tolbutamid.

Sedangkan sulfonilurea golongan kedua adalah glimepirid, glipizid dan gliburid, yang mempunyai potensi hipoglikemi lebih besar dari generasi pertama. Sulfonilurea jika digunakan bersama obat lain (insulin, alkohol, fenformin, sulfonamid, dikumarol, salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, MAO, guanetidin, probenezid, steroid

kloramfenikol,

penghambat

anabolik

fenfluramin dan klofibrat) akan meningkatkan risiko hipoglikemia 2. Meglitinid Mekanisme kerja obat golongan ini hampir sama dengan sulfonilurea. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATPindependent di sel pankreas. Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan obat ini. Absorbsinya cepat saat diberikan secara oral dan mencapai kadar puncaknya dalam waktu 1jam. Waktu paruhnya 1jam, maka harus diberikan beberapa kali dalam sehari, pada waktu sebelum makan. Obat ini mengalami metabolisme di hati (utamanya), 10% dimetabolisme di dalam ginjal. Efek samping utama hipoglikemia dan gangguan saluran pencernaan, juga reaksi alergi (Suherman, 2007).

Anda mungkin juga menyukai