Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alvian Safrizal NPM : 0806328221

Tugas Individu Analisis Lokasi Properti Critical Review A. Topik (Kasus) : Jembatan Selat Sunda B. Penjelasan Singkat Topik (Kasus): B.1 Gambaran Umum Selat Sunda

Selat Sunda adalah salah satu selat yang pendek dari banyak selat yang memisahkan pulau-pulau baik berukuran besar dan kecil dari seluruh 13.667 buah kepulauan di Indonesia. Selat ini berada diantara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Jarak terdekat dari 2 (dua) buah Pulau (Sumatera - Jawa) tersebut adalah 24 Km. Berdasarkan sejarah, di Selat Sunda telah berkali-kali terjadi bencana tsunami yang tercatat dalam katalog tsunami. Tsunami yang terjadi ini disebabkan oleh beberapa fenomena geologi, di antaranya erupsi gunung api bawah laut Krakatau yang terjadi tahun 416, 1883, dan 1928; gempa bumi pada tahun 1722, 1852, dan 1958; dan penyebab lainnya yang diduga kegagalan lahan berupa longsoran baik di kawasan pantai maupun di dasar laut pada tahun 1851, 1883, dan 1889. Kondisi tektonik Selat Sunda sangat rumit, karena berada pada wilayah batas Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, tempat terbentuknya sistem busur kepulauan yang unik dengan asosiasi palung samudera, zona akresi, busur gunung api dan cekungan busur belakang. Palung Sunda yang menjadi batas pertemuan lempeng merupakan wilayah yang paling berpeluang menghasilkan gempa-gempa besar. Adanya kesenjangan kegiatan gempa besar di sekitar Selat Sunda dapat menyebabkan terakumulasinya tegasan yang

menyimpan energi, dan kemudian dilepaskan setiap saat berupa gempa besar yang dapat menimbulkan tsunami. Sepanjang sejarah letusan, busur gunung api bawah laut Krakatau telah mengalami empat tahap pembangunan dan tiga tahap penghancuran. Setiap tahap penghancuran mengakibatkan terjadinya tsunami dengan kemungkinan potensi peristiwa serupa akan terjadi antara tahun 2500 hingga 2700.

Kondisi geologi dasar laut Selat Sunda yang labil, terutama disebabkan oleh perkembangan struktur geologi aktif yang membentuk terban, juga berpotensi menimbulkan bencana longsor apabila dipicu oleh gempa bumi. Sementara kondisi topografi pantai yang relatif terjal dengan tingkat pelapukan yang tinggi di sekitar Teluk Semangko dan Teluk Lampung, merupakan faktor lain yang dapat menimbulkan

bencana longsor terutama apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi antara bulan Desember hingga Februari. Lebih jauh lagi, bahwa apabila material longsoran jatuh ke laut, meskipun sangat kecil dan bersifat lokal dapat juga berpotensi mengakibatkan tsunami. Data Kementerian Koordinator Perekonomian menunjukkan pada tahun 2009 ada sekitar 2,7 juta kendaraan roda empat menyeberang selat sunda, jumlah itu meningkat pada tahun 2010 menjadi 2,9 juta kendaraan roda empat dan lebih dari 3 juta kendaraan roda dua menyeberang melalui kapal ferry. B.2 Gambaran Umum Mega Proyek Jembatan Selat Sunda Jembatan Selat Sunda akan dibangun dengan dua sistem, yaitu jembatan gantung ultrapanjang dari baja (untuk melangkahi palung-palung lebar) dan viaduct beton pracetak balanced cantilever untuk lintasan selebihnya. Panjang keseluruhan Jembatan Selat Sunda adalah 31 kilometer yang terbagi dalam lima seksi (dari timur ke barat), yakni seksi I sepanjang 7,5 km, seksi II (7 km), seksi III (7 km), seksi IV (3,5 km), dan seksi V (6 km). Sementara lebar Jembatan Selat Sunda dirancang 60 meter dengan 2 x 3 lajur lalu lintas jalan raya, lintasan ganda (double track) kereta api, dan 2 x 1 lajur pejalan kaki, serta jalur darurat. Jembatan Selat Sunda akan dirancang dengan memiliki tiga jalur, yaitu kendaraan roda empat di kedua sisinya dan jalur kereta ganda. Sementara rongga di bawahnya akan dimanfaatkan untuk menempatkan pipa gas dan jaringan kabel serta menggunakan konstruksi gantung yang melewati (dari timur ke barat) Pulau Ular, Sangiang, dan Panjurit dengan ketinggian 70 meter dari permukaan air laut. Salah satu bentang jembatan diprediksi selebar 3,5 kilometer "melompati" palung Selat Sunda. Peletakan batu pertama pembangunan jembatan ini direncanakan berlangsung pada 2014 dengan masa pembangunan sekitar 10 tahun dan dapat dioperasikan pada 2025. Jembatan tersebut akan terhubung dengan jalan tol Jakarta-Merak serta rencana jalan tol Cilegon-Ciwandan sepanjang 14 kilometer. Demikian pula terhubung dengan jalan tol Bakauheni-Bandar Lampung-Metro sepanjang sekitar 80 kilometer. Biaya pembangunan jembatan diperkirakan menghabiskan dana Rp100 triliun hingga Rp 250 triliun.

C. Pandangan Pribadi: C.1 Manfaat Dibangunnya Mega Proyek Jembatan Selat Sunda  Pembangunan jembatan ini dapat mendorong percepatan implementasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan juga dapat menekan biaya logistik dan transportasi dalam dunia industri secara signifikan.  Jarak terdekat dari 2 (dua) buah Pulau (Sumatera - Jawa) tersebut adalah 24 Km, jarak tersebut jika ditempuh dengan kendaraan bermotor (darat/jembatan) hanya membutuhkan waktu 30 menit 1 jam, dibandingkan dengan menggunakan kapal Ferry dari Pulau Sumatra ke Pulau Jawa dan sebaliknya dalam keadaan normal berkisar 150 menit hingga 270 menit. Waktu tempuh tersebut dapat berubah menjadi 300 menit hingga 1 (satu) hari bahkan lebih, apabila terjadi ganguan antara lain: Badai angin dan gelombang, fasilitas pelabuhan rusak, beberapa kapal Ferry dalam perbaikan, padatnya penumpang akibat arus mudik (eventual).  Mengurangi faktor biaya penyeberangan serta biaya tambahan untuk jasa penyeberangan khusus yang akan meningkat drastic jika dalam keadaan tidak normal (badai angin dan gelombang, fasilitas pelabuhan rusak, beberapa ferry dalam perbaikan, padatnya penumpang akibat arus mudik, dll).  Kemakmuran rakyat akan semakin meningkat dan merata, mengingat jumlah penduduk di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa hampir mencapai 60% (enam puluh persen) dari penduduk Indonesia pada umumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 80 persen kontribusi produk domestik bruto (PDB) RI dalam struktur ekonomi tahun 2010 berasal dari kedua pulau tersebut.  Jembatan Selat Sunda dapat menjadi salah satu Daerah tujuan Wisata Dunia, karena sejak dulu Jembatan dengan bentang panjang selalu menjadi obyek pemandangan yang spektakuler yang dapat meningkatkan wisatawan dalam maupun luar negeri sehingga meningkatkan pendapatan propinsi maupun pusat.  Sarana efisien untuk pengangkutan barang dan jasa dari Sumatera ke Jawa dan sebaliknya, yang relatif bebas hambatan cuaca dan gelombang.  Mempermudah pergeseran pembangunan kegiatan industri yang terkonsentrasi di Pulau Jawa untuk didistribusikan ke Sumatera.  Membuat lahan pertanian di Sumatera yang lokasinya lebih jauh dari Jakarta dan dapat dikembangkan sebagai pemasok hasil tani untuk Pulau Jawa.  Mempermudah berkembangnya kegiatan ekonomi utama pada setiap kaki jembatan. Sejumlah kawasan yang diproyeksikan antara lain resor pariwisata Tanjung Lesung (1.500 ha), kawasan

sekitar peti kemas Bojonegara (500 ha), kawasan industri Cilegon, serta kawasan industri dan pergudangan di Lampung ( Sesuai Data Kementrian PU).  Pengaruh kedua pulau ini pada geoekonomi dunia akan sangat berarti. Terutama terhadap sektor industri jasa pariwisata dan transportasi lintas ASEAN bahkan Asia-Australia.  Dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di Sumatera. Dengan adanya jembatan ini, diharapkan dapat terjadi pemerataan aktivitas perekonomian yang tadinya hanya terpusat di Pulau Jawa dapat terbagi ke Pulau Sumatera.  Pelayanan transportasi barang dan jasa antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa dengan

penyeberangan kapal feri semakin lama terasa semakin tidak optimal sehingga lebih menguntungkan dengan adanya Jembatan Selat Sunda. C.2 Kelemahan Dibangunnya Mega Proyek Jembatan Selat Sunda Proyek Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera ini sangat rentan dan bisa jadi penghamburan anggaran dan sangat berpeluang terjadi korupsi (dana pembangunan antara 100 -250 Triliun Rupiah). kondisi Anak Gunung Krakatau yang sewaktu-waktu bisa meletus. Apalagi diketahui, kawasan Selat Sunda yang terletak pada zona peralihan tektonik aktif antara Sumatera dan Jawa ini dikenal sebagai salah satu kawasan rawan bencana geologi atau ring fire di Indonesia. Kerawanan ini ditandai dengan terjadinya bencana geologi seperti gempa bumi, letusan guning api, tsunami, dan gerakan tanah (pantai atau dasar laut). Merubah pola arus laut sehingga berimplikasi terhadap perubahan komposisi oseanografi dan ekosistem laut (Indonesia Maritime Institute). Dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang terampil dan unggul untuk membuat jembatan ini dengan menggunakan teknologi yang canggih karena rentan dan labilnya keadaan di dasar maupun permukaan Selat Sunda. Kedua hal ini cukup sulit karena keterbatasan SDM unggul dan kompeten serta penggunaan dan keberadaan teknologi yang canggih dan inovatif di negeri kita. D. KESIMPULAN Saya sangat setuju dengan adanya rencana mega proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda karena menurut pandangan saya lebih banyak manfaatnya daripada kelemahannya bagi Indonesia khususnya percepatan pembangunan ekonomi di Pulau Sumatera dan Jawa dalam bidang ekonomi maupun sosial secara keseluruhan. Dengan catatan Pemerintah menggunakan dana dari pihak swasta untuk membangun jembatan ini agar APBN tidak terbebani dengan biaya pembangunan jembatan ini yang cukup besar maupun biaya perwatannnya nanti atau jika pun harus menggunakan dana dari APBN,

pemerintah bisa mencari pinjaman lunak dengan bunga pinjaman yg rendah ke pihak-pihak yang tertarik dengan pembangunan mega proyek ini. Pemerintah harus dapat memberdayakan SDM yang unggul di negeri ini serta penggunaan teknologi yang canggih dengan menggunakan produk dalam negeri dengan tidak mengesampingkan produk maupun teknologi serta SDM dari pihak luar negeri (negara-negara maju). Pemerintah juga harus dapat meminimalisir ancaman bahaya dari letusan gunung anak Krakatau ataupun potensi tsunami yang akan terjadi di Selat Sunda. Dan yang paling penting penegakan hukum dan pengawasan dana proyek harus ketat demi tidak adanya dana yang diselewengkan (dikorupsi) oleh pihakpihak tertentu. Urgensi pembangunan Jembatan Selat Sunda memang sangat dibutuhkan karena faktor pelayanan jasa penyeberangan Kapal ferry yang selama ini kurang optimal malah cenderung menurun atau berbanding terbalik dengan meningkatnya jasa peermintaan penyeberangan ferry sehingga sering terjadi antrian kendaraan bermotor yang ingin menggunakan jasa ini hingga berkilometer panjang antrian, hal ini sangat merugikan pihak industri maupun masyarakat yang waktu serta dana dan tenaganya terbuang sia-sia.

D. Tinjauan Pustaka Yudhicara dan Budiono, K. Tsunamigenik di Selat Sunda: kajian terhadap catalog tsunami Soloviev. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMB) Badan Geologi. http://nasional.kontan.co.id/v2/read/1305024490/67112/Jalan-layang-Merak-resmi-beroperasihttp://www.jembatanselatsunda.com/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=1 &Itemid=54&limitstart=200 http://lampungpost.com/opini/14171-pembangunan-koridor-ekonomi-sumatera.html http://indomaritimeinstitute.org/?p=835 http://www.jembatanselatsunda.com/index.php?limitstart=12 http://properti.kompas.com/read/2011/11/25/15530275/Tak.Ada.Rencana.Tunda.Proyek.Jembatan.Selat.S unda http://www.detiknews.com/read/2011/12/27/161146/1800557/10/badan-pengelola-jembatan-selat-sundadiresmikan-6-bulan-lagi

Anda mungkin juga menyukai