Anda di halaman 1dari 18

OBAT ANTI PERDARAHAN Ifan Fanani*, Wahyu Hendarto**

ABSTRACT Hemostasis and coagulation can also be defined as a complex series of reactions that lead to control of bleeding through the formation of platelets and fibrin clot at the site of injury. This happens because of a complicated series of reactions and inter-related, namely constriction of blood vessels, formation of platelet plug (thrombus) and the formation of fibrin through the coagulation mechanism. Efforts to stop the bleeding is one of them is a hemostatic. Hemostatic substance or drug that is used to stop bleeding. These medications are needed to control bleeding that includes large areas. Hemostatic divided into two major classifications of hemostatic, that is Local Hemostatic and Systemic Hemostatic. Selection of drugs should be done properly in accordance with the pathogenesis of bleeding. Keyword : Hemostasis, Coagulation, hemostatic

ABSTRAK Hemostasis dan koagulasi juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cidera. Hal ini terjadi oleh karena serangkaian reaksi yang rumit dan saling

berkaitan, yaitu konstriksi pembuluh darah, pembentukan sumbat trombosit (trombus) dan pembentukan fibrin melalui mekanisme koagulasi. Upaya untuk menghentikan perdarahan ini salah satunya adalah dengan hemostatik. Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan perdarahan. Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Hemostatik dibagi menjadi dua klasifikasi besar yaitu Hemostatik Lokal dan 1

Hemostatik Sistemik. Pemilihan obat harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis perdarahan. Kata Kunci : Hemostasis, koagulasi, hemostatik Pendahuluan Hemostasis dan koagulasi juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cidera 1. Sistem hemostasis merupakan mekanisme tubuh dalam mengontrol respon terhadap perdarahan atau terjadinya trombosis yang berlebihan sehingga proses trombogenesis dan proses fibrinolisis dalam keadaan seimbang. Proses hemostasis pada keadaan normal membantu menghentikan perdarahan dan bila berlebihan akan menimbulkan oklusi trombotik dan infark sistemik. Trombosis terjadi bila ada ketidakseimbangan antara faktor trombogenik dan mekanisme proteksi. 2

Mekanisme Hemostatis Hasil dari setiap prosedur bedah, meskipun prosedur bedah minor, tergantung pada komplek faktor yang saling mempengaruhi yang mengakibatkan tebentuknya bekuan yangstabil. Endotel pembuluh darah, trombosits, dan substansi lain yang ada dalam sirkulasi semuanya memberikan peranan. Bila pembuluh darah terputus maka akan terjadi haemostasis fisiologis atau penghentian perdarahan secara spontan karena terbentuknya sumbat haemostatik. Hal ini terjadi oleh karena serangkaian reaksi yang rumit dan saling berkaitan sebagai berikut : 1. 2. 3. Konstriksi pembuluh darah. Pembentukan sumbat trombosit (trombus). Pembentukan fibrin melalui mekanisme koagulasi. 2

Dalam pembentukan sumbat haemostatik yang terutama berperan adalah trombosit dan mekanisme koagulasi untuk pembentukan fibrin. Peran pembuluh darah relatif tidak penting karena hanya berlangsung sementara dan terjadi hanya pada pembuluh darah kecil. 3 Fungsi trombosit Dengan putus / pecahnya pembuluh darah maka darah akan berhubungan dengan permukaan yang bukan endotel seperti kolagen atau membran basalis. Trombosit akan mengadakan adhesi dengan jaringan, terutama kolagen, yang selanjutnya dengan cepat akan menarik trombosit-trombosit yang lainnya dalam sirkulasi yang saling menempel satu dengan lainnya ( aggregasi trombosit ) sehingga terbentuk sumbat trombosit. Sumbat trombosit saja sudah cukup untuk menimbulkan efek haemostasis pada venula dan kapiler yang pecah, akan tetapi untuk pembuluh darah yang lebih besar, dimana aliran darah lebih cepat memerlukan pembentukan fibrin untuk memperkuat sumbat trombosit. 3 Trombosit ikut aktif berinteraksi dengan sistem koagulasi. Trombosit teraktivasi melepaskan 5 prokoagulan yaitu III, IV, V, VIII dan XIII. 3 Pembentukan kompleks faktor-faktor pada permukaan trombosit yang teraktivasi ini akan memperkuat aktivitas prokoagulan dengan meningkatkan konsentrasi faktor-faktor yang dibutuhkan dalam proses koagulasi.3 Agregasi trombosit Trombosit mempunyai daya kohesi satu dengan yang lainnya karena pengaruh Adenine di-Phosphate (ADP) dan tromboksan A2 (TxA2). Daya kohesi ini disebut fungsi agregasi trombosit. Adanya pelepasan ADP dan TxA2 menyebabkan trombosit yang ada beragregasi

pada tempat luka pembuluh darah. ADP menyebabkan trombosit membengkak dan mempermudah membrane trombosit yang berdekatan saling melekat satu sama lain. 3 Setelah terjadi reaksi pelepasan tambahan ADP dan TxA2 akan menyebabkan terjadinya agregasi trombosit sekunder. Proses ini berjalan terus menerus mengakibatkan pembentukan massa trombosit yang cukup besar untuk menyumbat daerah luka endotel. 2 Agregasi trombosit adalah perlekatan antar sesama trombosit. Agregasi trombosit

dapat dirangsang oleh berbagai inductor antara lain : ADP, epinefrin, dan kolagen . Berdasarkan kekuatannya, induktor dapat dibedakan atas lemah, sedang, dan kuat. Termasuk inductor lemah adalah ADP dan adrenalin, induktor sedang adalah TxA2, induktor kuat adalah trombin dan kolagen. 2 Agregasi trombosit bersifat reversible bila kadar ADP yang dipakai sebagai inductor kecil. Bila kadar ADP lebih tinggi, maka akan terjadi pelepasan asam arakhidonat yang selanjutnya akan diubah menjadi prostaglandin G2 (PGG2), PGH2 dan TxA2 yang akan menimbulkan sekresi ADP dari granula sehingga terjadi agregasi yang ireversible. 2,3 Untuk merangsang agregasi, kolagen memerlukan struktur fibriler. Setelah kolagen melekat pada reseptornya di membrane trombosit, terjadi interaksi antara permukaan trombosit dengan fibriler kolagen yang akan memberi signal untuk mobilisasi ion Ca. Selanjutnya akan dilepaskan asam arakhidonat dan terbentuk TXA2 yang akan merangsang sekresi ADP dari granula dan terjadi agregasi trombosit yang irreversible. 4. Trombin adalah induktor fisiologis yang paling kuat dan mampu untuk merangsang perubahan bentuk, pelepasan asam arakhidonat, agregasi dan sekresi dari berbagai granula. 4

Jadi agregasi trombosit dapat terjadi melalui tiga jalur yaitu pertama sekresi ADP, kedua pembentukan TXA2, jalur ketiga adalah agregasi trombosit yang terjadi setelah perangsangan dengan trombin kadar tinggi walaupun jalur ADP dan TXA2 dihambat. Diduga perantara jalur ini adalah Platelet Activating Faktor (PAF). PAF dilepaskan oleh basofil yang telah disensitisasi oleh antigen, karena itu PAF juga merupakan perantara yang penting pada peradangan dan reaksi alergi. 3,4 Mekanisme koagulasi Proses koagulasi (pembekuan darah) berlangsung melalui beberapa tahap dengan pembentukan fibrin sebagai hasil akhir. Dalam garis besarnya urutan proses pembekuan darah adalah 1. 2. 3. Aktivasi tromboplastin. Pembentukan trombin dari protrombin. Pembentukan fibrin dari fibrinogen. Fibrin yang terbentuk diperlukan untuk memperkuat sumbat trombosit. Hemostasis definitif tercapai apabila fibrin yang dibentuk oleh koagulasi darah ditambahkan pada massa trombosit tersebut serta ada retraksi atau pemadatan bekuan yang diinduksi oleh trombosit. 4 Setelah cedera vaskuler, aktivasi faktor jaringan mengaktifkan faktor VII untuk mengawali kaskade koagulasi. Agregasi trombosit dan reaksi pelepasan mempercepat proses koagulasi dengan cara menyediakan fosfolipid membran yang berlimpah. Trombin yang dihasilkan pada daerah cedera, mengubah fibrinogen plasma yang terlarut menjadi fibrin,

memperkuat agregasi dan sekresi trombosit , dan juga mengaktifkan faktor XI dan XII serta kofaktor V dan VIII. Komponen fibrin pada sumbat hemostasis bertambah sejalan dengan autolisis trombosit yang sudah berfusi dan setelah beberapa jam, seluruh sumbat hemostasis tersebut berubah menjadi massa padat fibrin yang berikatan silang. 3 Jenjang koagulasi Tujuan sistem koagulasi adalah menghasilkan enzim serin protease aktif, yaitu trombin yang akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang tidak larut. Fibrin adalah produk akhir koagulasi yang dapat dilihat dan merupakan suatu protein gelatinosa. Fibrin, pada dasarnya, bekerja sebagai bahan semen untuk menstabilkan sumbat trombosit primer. Pembentukan trombin dapat melalui jalur koagulasi intrinsik atau jalur koagulasi ekstrinsik. 3 Mekanisme ekstrinsit : y Pelepasan faktor jaringan Jaringan yang luka melepaskan faktor jaringan atau tromboplastin jaringan. Faktor ini terdiri dari fosfolipid dari membrane jaringan dan kompleks lipoprotein yang mengandung enzim proteolitik. y Aktivasi faktor X peranan faktor VII dan faktor jaringan. Kompleks lipoprotein dari faktor jaringan bergabung dengan faktor VII, bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, faktor ini bekerja sebagai enzim terhadap faktor X untuk membentuk faktor Xa. y Efek dari faktor Xa dalam membentuk activator protrombin peranan faktor X

Faktor Xa berikatan dengan fosfolipid jaringan yang merupakan bagian dari faktor jaringan, atau dengan fosfolipid tanbahan yang dilepaskan oleh trombosit, dan faktor V, untuk membentuk senyawa yang disebut activator protrombin. Senyawa itu memecah protrombin mejadi trombin lalu terjadilah proses pembekuan. Faktor V yang terdapat dalam kompleks activator protrombin bersifat inaktif, tapi setelah proses pembekuan dimulai dan trombin mulai terbentuk, kerja proteolitik dari trombin akan mengaktifkan faktor V. Faktor ini kemudian akan menjadi akselerator tambahan yang kuat dalam mengaktifkan protrombin. ii. Mekanisme intrinsik : y Pengaktifan faktor XII dan pelepasan fofsfolipid trombosit oleh darah yang terkena trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan kolagen pembuluh darah akan mengubah dua faktor pembekuan penting dalam darah : faktor XII dan trombosit. Bila faktor XII terganggu maka akan merubah menjadi enzim proteolitik (faktor XIIa). Trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit akibat bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan basah, sehingga akan melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein yang disebut faktor III pembekuan. y Pengaktifan faktor XI Faktor XIIa bekerja secara enzimatik terhadap faktor XI dan mengaktifkannya. Reaksi ini membutuhkan kininogen HMW dan dipercepat oleh prekalikrein.

Pengaktifan faktor IX oleh faktor XIa. Faktor XIa bekerja secara enzimatik terhadap faktor IX dan

mengaktifkannya. y Pengaktifan faktor X peranan faktor VIII. Faktor IXa bekerja sama dengan faktor VIIa dan dengan fosfolipid trombosit dan faktor III dari trombosit yang rusak, mengaktifkan faktor X. y Kerja faktor Xa dalam pembentukan activator protrombin peranan faktor V. Faktor Xa bergabung dengan faktor V dan trombosit atau fosfolipid jaringan untuk membentuk suatu kompleks yang disebut activator protrombin. Activator protrombin mengawali pemecahan protrombin menjadi trombin. 5

Gambar 1. Kaskade Koagulasi 8

Tabel 1. Faktor Koagulasi dan Sinonimnya. 5


Faktor Prekallikrein (PK) Trivial Name(s) Fletcher faktor Pathway Intrinsic Characteristic Functions with HMWK and faktor XII Co-faktor in kallikrein and faktor XII activation, necessary in faktor XIIa activation of XI, precursor for bradykinin (a potent vasodilator and inducer of smooth muscle contraction Contains N-term. gla segment Protein cofaktor This is Va, redundant to Faktor V Endopeptidase with gla residues

High molecular weight kininogen (HMWK)

contact activation cofaktor; Fitzgerald, Flaujeac Williams faktor

Intrinsic

I II III IV V VI (same as Va)

Fibrinogen Prothrombin Tissue Faktor Calcium Proaccelerin, labile faktor, accelerator (Ac-) globulin Accelerin Proconvertin, serum prothrombin conversion accelerator (SPCA), cothromboplastin Antihemophiliac faktor A, antihemophilic globulin (AHG) Christmas Faktor, antihemophilic faktor B,plasma thromboplastin component (PTC) Stuart-Prower Faktor Plasma thromboplastin antecedent (PTA) Hageman Faktor Protransglutaminase, fibrin stabilizing faktor (FSF), fibrinoligase

Both Both Extrinsic Both Both

Both

VII

Extrinsic

VIII

Intrinsic

Protein cofaktor

IX

Intrinsic

Endopeptidase with gla residues Endopeptidase with gla residues Endopeptidase Endopeptidase

Both

XI XII

Intrinsic Intrinsic

XIII

Both

Transpeptidase

b. Sistem Fibrinolitik dan Penyembuhan Tujuan utama dari sistem fibrinolitik adalah untuk membatasi pembentukan thrombus pada sisi luka, juga melarutkan pembekuan selama penyembuhan luka, sehingga timbul rekanalisasi pembuluh. Sistem ini diatur oleh rangkaian aktivator dan inhibitor. Jika aktivitas fibrinolitik tertekan, trombotic diathesis bisa tejadi. Sebaliknya, overaktivitas sistem ini menimbulkan pendarahan. 4

Plasminogen dan Plasmin Pecahnya ikatan peptida tunggal, merubah plasminogen menjadi plasmin, Bentuk aktif dari enzym. Plasmin bisa menurunkan fibrin dan fibrinogen. Plasminogen disintesa di hati. Kelainan kongenital displasminogenemia atau hipoplasminogenemia jarang terjadi dan ini dihubungkan dengan trombotic diathesis. Plasminogen Aktivator Tissue Plasminogen Activator (tPA) dan urokinase type plasminogen activator (uPA) dua - duanya memecahkan plasminogen dan menghasilkan plasmin. tPA dihasilkan oleh sel endotelial dan dilepaskan kedalam sirkulasi. Konsentrasi lokal yang tinggi dari trombin dan kondisi vena stasis menstimulasi pelepasan tPA. Hal ini lepaskan dengan cepat oleh hati. tPA terikat kuat dengan fibrin, dan membawanya ke ikatan fibrin plasminogen dan meningkatkan aktivasi enzymatik tPA. tPA menghasilkan plasmin kedalam trombus dengan sedikit aktivator sirkulasi plasmin uPA ditemukan dalam jumlah terbatas dalam darah. Urokinase adalah salah satu uPA yang bertanggung jawab tehadap aktivator fibrinolitik dalam urine. uPA mengurangi aktivitas tPA dan tidak menunjukkan aktivitas enzymatik yang besar tehadap plasminogen dalam munculnya fibrin. Urokinase sangat efektif sebagai zat trombolitik, tidak ada efek hemostasis. Streptokinase, glikprotein yang dihasilkan oleh streptokokus beta hemolitikus, bukan enzyme 10
3

proteolitik dan tidak mengubah plasminogenogen menjadi plasmin, malahan dia bergabung bersama plasminogen, dan gabungan ini biasanya mengaktifkan molekul plasminogen lainnya. Afinitas streptokinase tehadap protein sangat rendah. Seperti uPA, streptokinase tidak selektif untuk ikatan fibrin plasminogen karena streptokinase bukan human protein, dia bisa menimbulkan alergi ( demam ). Sistem aktivator intrinsik plasminogen diawali dengan kontak dengan faktor XII dengan permukaan. Faktor XII mengubah prekalikrein menjadi kalikrein yang meningkatkan aktivitas uPA. Dengan demikian aktivasi intriknsik sistem koagulasi in vivo juga mengaktifkan fibrinolisis. Plasmin aktivates faktor XII membentuk sistem yang kuat. 3

Gambar 2. Skema Fibrinolisis.3

11

2. Pembahasan Obat a. HEMOSTATIK Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan perdarahan. Obatobat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis perdarahan. Bila daerah perdarahan kecil, tindakan fisik seperti penekanan, pendinginan, atau kauterisasi seringkali dapat menghentikan perdarahan dengan cepat. 6

Hemostatik lokal Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan mekanisme hemostasisnya. 6

Hemostatik serap Hemostatik serap (absorbable hemostatiscs) menghentikan perdarahan dengan

pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan asing, trombosit akan pecah dan membebaskan faktor yang memulai proses pembekuan darah. Hemostatik golongan ini berguna hanya untuk mengatasi perdarahan dari pembuluh darah kecil saja, misalnya kapiler, dan tidak efektif untuk menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intravaskulernya cukup besar. Termasuk kelompok ini adalah spons gelatin, oksisel (selulosa oksida) dan busa fibrin insani (human fibrin foam). Spons gelatin dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang, seperti yang terjadi pada penggunaan kain kasa. Untuk absorpsi yang sempurna dari kedua zat ini diperlukan waktu sampai 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka panjang. Busa fibrin insani yang berbentuk spons, setelah dibasahi, dengan tekanan sedikit dapat menutup dengan baik permukaan yang berdarah. 6

12

Astrigen Zat ini bekerja lokal dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan dapat dihentikan. Sehubungan dengan cara penggunaannya, zat ini juga dinamakan stypic. Yang termasuk kelompok ini antara lain feri klorida, nitras argenti, asam tanat. Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler, tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokonstriktor ynag digunakan lokal. 6

Koagulan Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostasis dengan 2 cara, yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen. 6

Aktivator protrombin Ekstrak yang mengandung aktivator protrombin dapat dibuat antara lain dari jaringan otak yang diolah secara kering dengan asetat. Beberapa racun ular memiliki pula aktivitas tromboplastin yang dapat menimbulkan pembekuan darah. Salah satu contoh adalah Russells viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik lokal dan dapat digunakan umpamanya pada alveolus gigi yang erdarah pada pasien hemofilia; untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1 % dan ditekankan kedalam alveolus sehabis ekstraksi gigi. 6

Trombin Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaan lokal. Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segera menimbulkan pembekuan dengan bahaya emboli. 6

Vasokonstriktor Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokonstriksi, dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan. Cara penggunaannya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan larutan 1:1.000 tersebut pada permukaan yang berdarah. 6

13

Hemostatik Sistemik Dengan memberikan transfusi darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan dengan segera. Hal ini terjadi karena pasien mendapatkan semua faktor pembekuan darah yang terdapat dalam transfusi. Keuntungan lain dari transfusi adalah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti/memberikan faktor pembekuan yang kurang. 6

Faktor Antihemofilik (Faktor VIII) dan Cryoprecipitated Antihemophilic Factor Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada pasien hemofilia A (defisiensi faktor VIII yang sifatnya herediter) dan pada pasien yang darahnya mengandung penghambat faktor VIII. Cryoprecipitated antihemophilic faktor dapat dibuat dari plasma donor tunggal dan kaya akan faktor VIII, fibrinogen dan protein plasma lain. Akan tetapi jumlah faktor VIII yang dikandung bervariasi dan hal ini berbeda dengan preparat konsentrat faktor antihemofilik yang mengandung faktor VIII dalam jumlah baku. Selain untuk pasien hemofilia A, cryoprecipitated antihemophilic factor juga dapat digunakan untuk pasien dengan penyakit von Willebrand. 6

Posologi Kadar faktor antihemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya diperlukan untuk mengatasi perdarahan pada pasien hemmofilia. Biasanya hemostasis dicapai dengan dosis tunggal 15-20 unit/KgBB. Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 10 unit/KgBB. Pada pasien hemofilia sebelum operasi diperlukan kadar antihemofilik sekurang-kurangnya 50% dari normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25% dari normal untuk 7-10 hari. 6

Kompleks Faktor IX Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil proetin plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis, preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien

14

nonhemofilia. Efek samping lain adalah trombosis, demam, menggigil, sakit kepala, flushing, da syok anafilaksis. 6

Posologi Kebutuhan tergantung dari keadaan pasien. Perlu dilakukan pemeriksaan pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan dosis. 1 unit/KgBB meningkatkan aktivitas faktor IX sebanyak 1,5%. Selama fase penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar faktor IX 25-30% dari normal. 6

Desmopresin Desmopresin merupakan vasopresin sintetik yang dapat meningkatkan kadar faktor VIII dan von Willebrand factor (vWf) untuk sementara. Peningkatan kadar faktor pembekuan tersebut paling besar terjadi pada 1-2 jam dan menetap sampai dengan 6 jam. Pemeberian lebih sering dari tiap 2 atau 3 hari dapat menurunkan respons terapeutik. 6 Obat ini diindikasikan untuk hemostatik jangka pendek pada pasien dengan defisiensi faktor VIII yang ringan sampai sedang dan pada pasien penyakit von Willebrand tipe 1. Obat ini sering digunakan IV dengan dosis 0,3 g secara infus dalam waktu 15-30 menit.

Fibrinogen Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen dalam darah pasien, dan daya pembekuan yang sebenarnya. 6,7 Fibrinogen mungkin diberikan pada pasien sebagai plasma, Cryoprecipitate faktor VIII, atau konsentrat faktor VIII (lyophilized). 7

Vitamin K Vitamin K memberikan efek biologinya terhadap protombin dan faktor faktor VII, IX dan X dengan ikut serta pada modifikasi pascaribosomalnya. 7 Vitamin K adalah zat larut dalam lemak yang pertama kali ditemukan dalam tumbuhan daun hijau. Ada dua bentuk alamiahnya ; Vitamin K1 dan K2. Vitamin K1 ditemukan dalam makanan dan disebut fitonadion. Vitamin K2 ditemukan dalam jaringan manusia oleh bakteri usus dan disebut menakuinon. Pemberian Vitamin K1 secara intravena harus perlahan-lahan, 15

karena infus yang cepat dapt menimbulkan dispnue, nyeri dada dan punggung bahkan kematian.
7

Asam Aminokaproat Asam amminokaproat merupakan penghambat bersaing dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan dalam menghancurkan fibrinogen, fibrin, dan faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam aminokaproat dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan 6. Asam aminokaproat, yang secara kimiawi mirip dengan asam amino lisin, adalah penghambat sintetik fibrinolisis. Obat ini menghambat secara kompetitif aktivasi plasminogen. 7

Farmakokinetik Asam aminokaproat diabsorpsi secara baik per oral dan juga dapat diberikan IV. Obat ini diekskresi dengan cepat melalui urin, sebagian besar dalam bentuk asal. Kadar puncak setelah pemberian per oral dicapai kurang lebih 2 jam setelah dosis tunggal. 6

Posologi Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 g per oral atau infus IV secara lambat, lalu 1g tiap jam atau 6 g tiap 6 jam bila fungsi ginjal normal. Dengan dosis tersebut dihasilkan kadar terapi efektif 13 mg/dl plasma. Pada pasien penyakit ginjal atau oliguri diperlukan dosis lebih kecil. Anak-anak, 100 mg/KgBB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan IV, asam aminokaproat harus dilarutkan dengan larutan NaCl, D5% atau larutan Ringer. Namun, masih diperlukan bukti lebih lanjut mengenai keamanan pengggunaan obbat ini untuk jangka panjang dengan dosis diatas. 6,7

Asam traneksamat Obat ini merupakan analog asam aminokaproat, mempunyai indikasi daan mekanisme kerja yang sama, tetapi 10 kali lebih potent dengan efek samping yang lebih ringan. 7 SIMPULAN Ketika luka pada tubuh mulai mengeluarkan darah, sebuah enzim yang disebut tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi dengan kalsium dan 16

protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras. Lapisan sel-sel paling atas akhirnya mati, dan mengalami penandukan sehingga membentuk keropeng. Di bawah keropeng ini, atau lapisan pelindung, sel-sel baru sedang dibentuk. Ketika sel-sel yang rusak telah selesai diperbaharui, keropeng tersebut akan mengelupas dan jatuh.

Sistem yang memungkinkan pembentukan darah beku, yang mampu menentukan sejauh mana proses pembekuan harus terjadi, dan yang dapat memperkuat serta melarutkan gumpalan darah beku yang telah terbentuk, sudah pasti memiliki kerumitan luar biasa yang tak mungkin dapat disederhanakan. Sistem tersebut bekerja tanpa kesalahan sekecil apa pun bahkan hingga pada bagian-bagiannya yang terkecil sekalipun. DAFTAR PUSTKA 1. Price, S A dan Wilson, L. M. , Patofisiologi Volume 2 , Edisi 6. EGC : Jakarta. 2006 2. Dr. A.K. Aman, Ringkasan Hemostasis. Avaible at : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24560/6/Abstract.pdf . Diunduh pada 25 November 2011 3. Sunardi. Hemostasis. (cited at). Avaible at : http://www.scribd.com/doc/50505566/Hemostasis. Diunduh pada 19 November 2011 4. Hadi Siswanto. Obat Yang Mencegah Pembekuan Darah Antikoagulan. Avaible at : http://www.scribd.com/doc/40818458/Obat-Yang-Mencegah-Pembekuan-DarahAntikoagulan Diunduh pada 28 November 2011 5. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC : Jakarta. 2004

17

6. Hedi R. Dewoto. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Teurapetik FKUI. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. 2009. 7. Katzung, Bertram G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 8. EGC : Jakarta. 2004

18

Anda mungkin juga menyukai