Anda di halaman 1dari 15

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1 hasil pengukuran pencemar di daerah Jember (kota dan kabupaten) tanggal 6 Desember 2011 jam 12.00 WIB. Tabel 1. Hasil Pengukuran Pencemar. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sampel Sungai(kanan) Sungai(tengah) Sungai(kiri) PDAM(Saluran 1) PDAM(Saluran 2) Sumur(Kota 1) Sumur(Kota 2) Sumur(Desa 1) Sumur(Desa 2) Standar Pembahasan Preparasi Sampel Preparasi sampel air sumur, sungai dan PDAM dilakukan satu kali pengambilan untuk berbagai analisa parameter air yaitu pada tanggal 6 Desember 2011 jam 12.00 WIB, hal tersebut dilakukan karena keadaan air dapat berubah ubah sesuai dengan kondisi lingkungan dan cuaca. Wadah sampel yang digunakan adalah tupper ware dan botol bekas air mineral 1 kali pakai, saat mengambil sampel air tidak boleh ada gelembung udara di dalam wadah karena dapat mengubah komposisi parameter air yang akan diukur yaitu oksigen terlarut (DO). Wadah sampel yang digunakan terbuat dari plastik baik tupper ware pH 8.690 8.573 8.697 7.930 7.443 7.577 7.417 7.363 7.463 6.58.5 Fe(Total) (ppm) 3.944 2.278 6.722 2.000 1.444 4.500 3.111 3.111 4.222 0.300 Konduktivitas (S) 0.094 0.083 0.087 0.050 0.039 0.066 0.073 0.089 0.094 30 200 DO (ppm ) 2.667 2.600 2.733 3.800 3.667 3.633 3.100 3.833 3.567 2.000 Kesadahan (ppm) 270.000 217.000 222.000 221.000 188.000 229.000 238.000 286.000 272.000 500.000

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 15

maupun botol bekas air mineral agar tidak mempengaruhi analisis parameter kesadahan total. Wadah sampel tidak menggunakan gelas karena air dapat mengionkan Ca dan Mg yang ada di permukaan wadah gelas saat terkena cahaya matahari secara langsung. Penentuan pH Air Pengujian pH air dimulai dengan mengkalibrasi pH meter terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui kondisi pH meter dapat digunakan dengan maksimal atau sebaliknya. Kalibrasi pH meter dilakukan dengan mencelupkan elektrode ke dalam aquades sehingga pH meter menunjukkan pH 7. Hasil dari kalibrasi diperoleh nilai pH aquades 7.27 yang menunjukkan pH meter dapat digunakan. Penentuan pH air dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada setiap sampel kemudian di ambil rata rata, di mana pada setiap kali pengulangan dan penggantian sampel elektrode pada pH meter dibilas dengan aquades kemudian dikeringkan dengan tisu. Hasil pengukuran didapatkan data nilai pH pada sungai (kanan), sungai(tengah), sungai(kiri), PDAM(Saluran 1), PDAM(Saluran 2), sumur(kota 1), sumur(kota 2), sumur(desa 1) dan sumur(desa 2) berturut-turut adalah 8.690, 8.573, 8.697, 7.930, 7.443, 7.577, 7.417, 7.363 dan 7.463. Semua nilai pH yang diperoleh berada dalam range pH standar kecuali air sungai baik pada bagian kanan, kiri maupun tengah. Nilai pH air dari air sungai berada di atas nilai standar dikarenakan adanya kontribusi limbah dan sampah penduduk yang dibuang ke aliran sungai dalam menaikkan derajat keasaman air (pH). Hal tersebut terlihat dari nilai pH air sungai pada bagian tengah lebih baik dari pada pH air yang berada di bagian tepi sungai. Nilai pH air PDAM yang seharusnya tidak berbeda karena dalam 1 kota memiliki pengelolaan air yang sama dalam 1 PDAM. Namun, nilai pH yang diperoleh pada saluran 1 dan 2 berbeda, di mana nilai pH air pada saluran 1 lebih besar dari pada saluran 2. Hal tersebut dapat disebabkan perbedaan panjang jalur air seperti Gambar 4.1 dan jumlah air yang dikonsumsi pada saluran 1 dan saluran 2. Panjang jalur air dan jumlah konsumsi air dikatakan dapat mempengaruhi karena kondisi awal air yang dikelola oleh PDAM berbeda beda,

Gambar 4.1. Perbedaan Panjang Saluran Air PDAM sehingga saat air hasil pengolahan PDAM memiliki pH 7.9 maka air tersebut akan mengalir ke masing masing rumah dan beberapa saat kemudian kondisi awal air lebih baik dari sebelumnya maka pH setelah pengolahan air di PDAM juga bertambah baik dari sebelumnya. Air dengan pH yang lebih baik tersebut akan mengalir ke saluran yang lebih dekat dan konsumsi air yang lebih besar. Sedangkan pH air sumur kota memiliki pH yang cenderung lebih tinggi dari pada pH air sumur desa. Hal tersebut dikarenakan banyaknya polusi, limbah dan sampah dari penduduk kota yang berkontribusi dalam meningkatkan pH air sumur dengan cara meresap dalam tanah. Dari data nilai pH sampel air yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi air sumur di sekitar lokasi pengambilan sampel masih baik dan layak untuk dikonsumsi, sedangkan kondisi sungai yang melewati Jember dapat diolah menjadi air yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Penentuan Kadar Fe Total Analisis kadar Fe dengan Spektrometer Serapan Atom (AAS) tidak dapat membedakan ion Fe(II) dan Fe(III) karena semua ion logam Fe diubah menjadi logam dalam bentuk gas sehingga kadar Fe yang dianalisa adalah kadar Fe total.

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 17

[Fe2+,Fe 3+] (aq) [Fe2+,Fe 3+] (aq)


Kabut

Nebulization Desolvation

[Fe2+,Fe 3+] (aq)


Kabut

[Fe](s)

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 15

[Fe](s) Desolvation [Fe](g) Atomization [Fe0](g) / [Fe+](g) [Fe*](g)


Excitation Emission

[Fe](g) [Fe0](g) / [Fe+](g) [Fe*](g) [Fe0](g)

Analisa kadar Fe total dimulai dengan membuat kurva standar yaitu kurva absorbansi terhadap konsentrasi dari larutan standar Fe dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Dari kurva standarisasi pada Gambar 4.2. diperoleh persamaan
y = 0.0012 x 0.0004 dengan R2 = 0.9665 sehingga hasil analisa dapat diterima.

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 15

Gambar 4.2 Kurva Standarisasi Larutan Fe Sebelum dilakukan pengukuran, sampel air difiltrasi terlebih dahulu dan untuk sampel keruh ditambahkan HNO3 pekat terlebih dahulu untuk memastikan logam Fe larut semua kemudian difiltrasi. Setelah sampel air disiapkan kemudian dianalisa menggunakan AAS. Filtrasi dilakukan untuk memisahkan partikel pengotor yang dapat menyumbat selang kapiler yang berfungsi sebagai aliran sampel ke dalam AAS. Hasil yang diperoleh dari penentuan kadar Fe total pada sungai(kanan), sungai(tengah), sungai(kiri), PDAM(Saluran 1), PDAM(Saluran 2), sumur(kota 1), sumur(kota 2), sumur(desa 1) dan sumur(desa 2) berturut turut adalah sebesar 3.944, 2.278, 6.722, 2.000, 1.444, 4.500, 3.111, 3.111 dan 4.222 ppm. Data kadar Fe total pada sampel air sungai menunjukkan bahwa pencemaran air di daerah Jember sudah memerlukan perhatian khusus. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan kadar Fe total pada bagian tengah sungai dan 2 tepi sungai, di mana kadar Fe total pada bagian tengah lebih baik dari tepi sungai baik kanan maupun kiri. Kadar Fe total pada tepi sungai sangat tinggi akibat dari kontribusi polutan, sampah dan limbah penduduk sehari hari yang sudah sulit dikontrol. Kadar Fe total dari PDAM juga berada di atas nilai standar, hal ini terjadi akibat beberapa bagian saluran air yang digunakan terbuat dari besi sehingga logam Fe pada permukaan bagian saluran air tersebut membentuk ion Fe baik

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 15

Fe(II) ataupun Fe(III) yang kemudian terbawa menuju ujung saluran yaitu di rumah rumah. Perbedaan kadar besi total pada sampel air PDAM dikarenakan perbedaan panjang saluran air dari PDAM menuju rumah rumah, di mana semakin panjang saluran air yang digunakan kemungkinan kadar Fe total juga bertamabah dan begitu sebaliknya. Sedangkan air sumur baik di desa maupun di kota tidak jauh berbeda walaupun kadar Fe total dalam sampel air dari lokasi pengambilan berada di atas nilai ambang batas, hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi air sumur di kota dan di desa sudah tercemar. Pencemaran air sumur terjadi akibat dari mengionnya logam Fe dari bagian saluran air yang digunakan untuk mendapatkan air. Perbedaan kadar Fe total dari sungai bagian tengah dan kanan tidak terlalu jauh ketika di bandingkan dengan kadar Fe total air PDAM saluran 1, sumur kota dan sumur desa. Hal tersebut karena pada sampel air sungai keruh sehingga ada penambahan HNO3 pekat sebanyak 10 mL untuk memastikan logam Fe larut semua. Adanya penambahan 10 mL HNO3 pekat ke dalam sampel air sungai mengakibatkan pengenceran sampel air sungai dan tidak menggambarkan kondisi sungai sebenarnya. Seharusnya setelah penambahan HNO3 pekat, sampel air dipanaskan sampai volume sampel air berkurang menjadi setengah volume awal sampel air. Pemanasan ini bertujuan untuk pengkonsetratkan dan mempercepat proses pelarutan logam Fe dalam sampel air. Dengan melihat kadar Fe total yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi air baik di kota, desa, sungai dan PDAM kurang baik untuk dikonsumsi secara langsung. Penentuan Konduktivitas Konduktivitas (DHL) merupakan ukuran kemampuan suatu zat penghantar listrik dalam temperatur tertentu yang dinyatakan dalam microsiemens (S). Analisis yang dilakukan dalam pengukuran ini adalah menggunakan conductivitymeter digital. Sebelum pengukuran sampel air sumur, konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan KCl 0.01 M. Kalibrasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keadaan konduktometer dapat digunakan dengan baik atau

tidak. Elektrode yang terhubung dengan konduktometer dicelupkan ke dalam larutan KCl 0.01 M sampai angka yang ditunjukkan stabil (tidak naik turun). Angka yang ditunjukkan konduktometer stabil pada angka 0.003 S, seharusnya konduktivitas dari larutan KCl 0.01 M adalah 1.413 S. Perbedaan tersebut menunjukkan kondisi konduktometer kurang maksimal digunakan untuk analisa konduktivitas sampel air sumur. Kurang maksimal yang dimaksud adalah tidak dapat menggambarkan kondisi sampel air sebenarnya. Namun, dengan perlakuan yang sama pada setiap sampel air data hasil analisa dapat dibandingkan antar data parameter yang lain maupun data konduktivitas pada lokasi yang berbeda karena nilai konduktivitas yang diukur dengan 3 kali pengulangan tidak terlalu berbeda atau dengan kata lain repeatibilitasnya tinggi. Konduktivitas dari hasil pengukuran sampel air sungai(kanan), sungai(tengah), sungai(kiri), PDAM(Saluran 1), PDAM(Saluran 2), sumur(kota 1), sumur(kota 2), sumur(desa 1) dan sumur(desa 2) berturut turut adalah 0.094, 0.083, 0.087, 0.050, 0.039, 0.066, 0.073, 0.089 dan 0.094 S. Hasil konduktivitas air sungai yang sangat tinggi dikarenakan banyaknya ion yang larut dalam air baik kation maupun anion. Data tersebut juga di dukung dengan kadar Fe total yang tinggi pada sampel air sungai walaupun sudah mengalami pengenceran. Begitu pula dengan sampel air PDAM yang dapat dilihat dari kadar Fe total sampel air PDAM saluran 2 adalah kadar Fe total yang terendah, sehingga konduktivitasnya juga terendah. Sedangkan pada sampel air sumur kota 1 yang kadar Fe totalnya lebih tinggi dari pada sampel air sumur kota 2 memiliki konduktivitas yang lebih rendah dari pada sampel air sumur kota 2. Hal tersebut diakibatkan ion terlarut pada sampel air sumur kota 2 lebih banyak dan tidak ion logam Fe. Nilai konduktivitas hasil pengukuran berada jauh di bawah nilai standar, namun nilai konduktivitas yang diperoleh tidak dapat menggambarkan kondisi air di sekitar pengambilan sampel karena konduktometer yang digunakan kurang maksimal. Penentuan Kadar Oksigen Terlarut (DO) Sebelum melakukan pengujian, DO meter dikalibrasi terlebih dahulu

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 17

menggunakan aquademin dan tidak boleh ada gelembung udara pada permukaan elektrode karena dapat menghambat laju sampel air menuju permukaan elektrode sehingga DO meter tidak dapat menentukan kadar oksigen yang larut dalam sampel. Kalibrasi dilakukan agar mengetahui keadaan DO meter yang digunakan untuk analisa baik atau tidak. Hasil kalibrasi yang dilakukan menunjukkan bahwa DO meter dalam kondisi baik untuk analisa. Sampel yang akan dianalisa kadar oksigen terlarutnya memerlukan teknik khusus dalam penyimpanannya di mana tidak boleh ada gelembung udara dalam wadah penyimpannya. Hal tersebut perlu dilakukan agar kadar oksigen terlarut dalam sampel air tidak berubah untuk menggambarkan oksigen terlarut pada sumur. Hal tersebut terjadi karena saat ada gelembung udara yang mengandung oksigen dapat menambah oksigen terlarut yang ada dalam air ataupun oksigen terlarut dalam air dapat menguap karena suhu air bertambah. Rata rata nilai kadar oksigen yang diperoleh dengan 3 kali pengulangan dari sampel air sungai(kanan), sungai(tengah), sungai(kiri), PDAM(Saluran 1), PDAM(Saluran 2), sumur(kota 1), sumur(kota 2), sumur(desa 1) dan sumur(desa 2) berturut turut adalah 6.667, 2.600, 2.733, 3.800, 3.667, 3.633, 3.100, 3.833 dan 3.567 ppm. Oksigen terlarut dapat menggambarkan kondisi pencemar yang ada di lingkungan. Hal tersebut dikarenakan pencemar yang ada di dalam air akan terdegradasi dengan bantuan oksigen terlarut baik dengan proses kimia maupun biologis. Sehingga semakin tinggi kadar oksigen terlarut dari suatu lokasi artinya kebutuhan oksigen terlarut untuk mendegradasi pencemar air dengan proses kimia maupun biologi sedikit karena kadar pencemar dalam air juga sedikit dan begitu sebaliknya. Hasil penentuan kadar oksigen terlarut dari sampel air sungai di semua bagian cenderung lebih kecil dari pada sampel air dari lokasi yang berbeda yaitu sampel air PDAM, sumur desa dan kota. Hal tersebut menunjukkan kadar pencemar di sungai lebih tinggi dari pada sampel air PDAM dan sumur (baik desa maupun kota). Pernyataan tersebut juga di dukung oleh data dari parameter pH, kadar Fe total dan konduktivitas, di mana semua nilainya menunjukkan bahwa pencemar air di sungai lebih banyak dari pada pencemar yang ada di air PDAM dan sumur. Kadar oksigen terlarut pada sampel air PDAM saluran 2 memiliki kadar

oksigen terlarut yang lebih rendah dari pada saluran 1 yang menunjukkan pencemar pada saluran 2 lebih banyak. Sedangkan hasil parameter pH, kadar Fe total dan konduktivitas menunjukkan bahwa kadar pencemar pada saluran 2 lebih rendah dari pada saluran 1. Hal tersebut disebabkan karena panjang saluran 1 yang panjang lebih panjang dari pada saluran 2 sehingga pemekatan kadar oksigen di sekitar ujung saluran 1 akan lebih besar dari pada saluran 2. Pemekatan tersebut terjadi karena pada ujung saluran 1 dan 2 menggunakan kran yang menghadap ke bawah dan adanya perbedaan massa jenis antara oksigen dan air, di mana massa jenis air (0.997 g.cm-3) lebih besar dari pada oksigen (1.308 g.L) (David R, 2005) sehingga air akan mengalir keluar saluran terlebih dahulu dari pada oksigen. Sedangkan kadar oksigen terlarut untuk sampel air PDAM, sumur kota dan desa cenderung lebih tinggi dari pada sampel air sungai dan berada di atas nilai kadar minimum oksigen terlarut dalam air. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencemar air di sekitar pengambilan sampel masih rendah karena oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk mendegradasi pencemar air masih sedikit. Penentuan Kesadahan Total Dalam pengukuran kesadahan yang dilakukan menggunakan metode titrasi kompleksometri di mana ion ion logam yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ akan dikomplekskan oleh reagen pengompleks yang mempunyai pasangan elektron bebas. Kadar ion Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air tidak dapat diketahui karena kedua ion logam tersebut akan dikelat sehingga hasil pengukuran ini berupa kadar total ion Ca2+ dan Mg2+ atau dengan kata lain kesadahan yang terukur adalah kesadahan total. Pengukuran kesadahan total ini menggunakan bahan Eriochrome Black-T (EBT) 0,5% dengan struktur seperti Gambar 4.3 sebagai indikator titik akhir titrasi.

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 19

HO OH N N

Na

O3S

NO2

Gambar 4.3 Struktur Eriochrome Black-T (EBT) Eriochrome Black-T (EBT) Digunakan sebagai indikator karena kemampuannya yang dapat berubah warna saat mengikat logam. Dalam preparasi indikator EBT, serbuk EBT dilarutkan ke dalam alkohol agar disosiasi atom hidrogennya hanya berasal dari gugus fenolat. Warna dari larutan EBT dalam alkohol dengan pH basa berwarna biru dan berubah menjadi merah saat berikatan dengan logam dengan reaksi berikut. M2+ + H2(EBT2)(Biru) M(EBT2)(Merah) + 2H+ Selain itu, EBT perlu ditambahkan buffer pH 10 untuk menjaga pH EBT karena hasil reaksi menghasilkan asam yang dapat menurunkan pH dan pada pH asam EBT dapat berubah warna menjadi cokelat merah (Vogel, 1989). Reagen pengompleks yang digunakan adalah EDTA dengan struktur pada Gambar 4.4, dan saat dalam air struktur b lebih stabil.

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 15

O HO HO N N O HO

O O H N N H OH OH O O O

OH

Gamba r 4.4 Struktur EDTA (asam etilenadiaminatetraacetat) a. Kristal dan b. EDTA dalam air EDTA bereaksi dengan semua logam dalam rasio 1:1, dan beberapa logam yang stabil dalam membentuk kompleks dengan EDTA pada range pH 8 10 diantaranya adalah ion logam Ca2+, Sr2+, Ba2+ dan Mg2+ (Vogel, 1989). Pengukuran ini menggunakan 50 mL sampel air yang dimasukkan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10 dan 2 tetes indikator EBT. Diaduk sampai berwarna merah kemudian diititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai biru. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 15

Ca2+ + H2 ( 2)(Biru) Mg2+ + H2 ( 2)(Biru) EDTA + Ca ( 2)(Merah) EDTA + Mg ( 2)(Merah)

Ca ( 2)(Merah) + 2H+ Mg ( 2)(Merah) + 2H+ Ca (DTA 2) + H2 ( 2)(Biru) Mg (EDTA 2) + H2 ( 2)(Biru)

Struktur kompleks logam EDTA pada Gambar 4.5

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 15

a.

O C O OC O Ca N

b.

O C O OC O Mg N

O OC O

O OC O

C O

C O

Gambar 4.5 Struktur Kompleks Logam EDTA dengan Ion Logam Ca (a) dan Ion Logam Mg (b) Rata rata nilai kesadahan dengan dua kali pengulangan dari sampel air sungai(kanan), sungai(tengah), sungai(kiri), PDAM(Saluran 1), PDAM(Saluran 2), sumur(kota 1), sumur(kota 2), sumur(desa 1) dan sumur(desa 2) berturut turut adalah 270, 217, 222, 221, 188, 229, 238, 286 dan 272 ppm. Kesadahan dari sampel air sungai terutama bagian tengah dan kiri menunjukkan kesadahan yang relatif rendah dari pada bagian kanan sungai. Ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air akan membentuk senyawa Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 yang mempunyai pH basa. Derajat keasaman (pH) dari sungai dengan kesadahan total yang berada di bawah ambang batas seharusnya memiliki pH yang juga berada dalam range standar. Namun, pada parameter pH menunjukkan pH air sungai berada di atas range pH standar. Hal tersebut, dapat disebabkan karena tingginya kadar ion Fe total dalam air yang akan membentuk senyawa Fe(OH)2 dan Fe(OH)3 di mana senyawa tersebut juga akan memberikan pH basa, seperti yang terjadi pada bagian sungai kiri. Kesadahan bagian tengah sungai merupakan kesadahan total yang terendah di antara bagian tepi sungai, begitu pula dengan parameter yang lain menunjukkan bahwa kondisi awal air sungai yang melewati jember dalam keadaan baik namun tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Pada bagian tepi sungai menunjukkan kesadahan yang rendah

Laporan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan (APL) 2011

| 15

namun parameter pH, kadar Fe total dan konduktivitas yang tinggi menunjukkan bahwa pencemaran sungai berasal dari kontribusi sampah, limbah dan polusi penduduk sekitar sehari hari. Tingginya kadar pencemar di sungai dapat dilihat dari rendahnya kadar oksigen terlarut dalam sungai karena digunakan untuk mendegradasi pencemar baik secara kimia maupun biologi. Panjang saluran PDAM tidak hanya mempengaruhi pH, kadar Fe total, konduktivitas dan kadar oksigen terlarut namun juga mempengaruhi kesadahan total. Hal tersebut tampak pada hasil penentuan kesadahan total di mana saluran yang lebih panjang yaitu saluran 1 dengan kesadahan total 221 ppm lebih tinggi dari saluran 2 yang lebih pendek dengan kesadahan 188 ppm. Dengan demikian bukan hanya logam Fe pada permukaan saluran air yang akan mengion namun logam Ca2+ dan Mg2+ yang sudah terakumulasi akan dalam saluran air akan terbawa menuju ujung saluran. Pemekatan ion logam Ca2+ dan Mg2+ terjadi tidak hanya karena panjang saluran tetapi juga karena bentuk aliran yang berbeda. Ion logam Ca2+ dan Mg2+ akan terakumulasi saat saluran air berbentuk siku dan laju alirnya rendah. Kesadahan pada sumur desa 1 lebih tinggi dari pada sumur desa 2 namun konduktivitasnya lebih besar pada sumur desa 2 dari pada sumur desa 1. Hal tersebut di sebabkan karena kadar Fe pada sumur desa 2 lebih tinggi dari pada sumur desa 1. Dari hasil penentuan kesadahan total diperoleh nilai yang berada di bawah ambang batas standar dari SK Menteri Kesehatan RI Nomor 907 tahun 2002.

Anda mungkin juga menyukai