Anda di halaman 1dari 18

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

A. PENDAHULUAN Teori-teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia. Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individeu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Sebelum kita melihat lebih jauh tentang teori perkembangan dari Piaget, alangkah baiknya kita mengenal lebih dekat siapa itu Jean Piaget. Jean Piaget dilahirkan di Neuchtel (Switzerland) pada tanggal 9 Agustus 1896. Dia meninggal di Geneva pada tanggal 16 September, 1980. Dia adalah anak tertua dari pasangan suami istri Arthur Piaget, seorang profesor Kesusastraan abad pertengahan dan Rebecca Jackson. Pada usia yang masih dibilang kecil pada saat itu yakni 11 tahun di Neuchtel Latin high school, dia menulis suatu ulasan tentang albino sparrow. Paper singkat ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak dan dianggap sebagai permulaan karir ilmiah yang brilian dari seseorang yang telah menulis lebih dari enam puluh buku dan beberapa ratus artikel. Piaget telah diberi gelar sebagai seorang interaktionis dan juga konstruktivis. Ketertarikannya terhadap pengembangan kognisi yang diangkat dari hasil perlakuan melalui training di dalam ilmu alam dan epistimologi telah mengangkat dirinya menjadi ilmuan sejati.

Piaget sangat tertarik dengan pengetahuan dan bagaimana anak-anak datang untuk mengetahui dunia mereka. Dia mengembangkan teori kognitif dengan betul-betul mengamati perkembangan anak-anak (beberapa di antara anak tersebut adalah anak kandungnya sendiri). Dengan menggunakan standar pertanyaan sebagai titik awal, dia mencoba mengikuti jalan pikiran anak-anak melalui training dan membuat pertanyaan lebih fleksibel. Piaget percaya bahwa jawaban dan komentar anak-anak tersebut yang sifatnya spontan memberikan tanda untuk memahami jalan pikiran mereka. Dia malah tidak tertarik dengan salah atau benarnya jawaban diberikan oleh anak-anak, tetapi bentuk-bentuk logika dan alasan apa yang digunakan oleh anak-anak dalam memberikan komentar itulah yang menjadi perhatian khusus. Setelah bertahun-tahun melakukan observasi, Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan intelektual adalah hasil interaksi antara faktor bawaan sejak lahir dengan lingkungan di mana anak-anak itu berkembang. Piaget percaya bahwa jawaban dan komentar anak-anak yang sifatnya spontan memberikan tanda untuk memahami jalan pikiran mereka. Dia malah tidak tertarik dengan mengkaji jawaban benar-salah yang diberikan oleh anak-anak, tetapi bentuk-bentuk logika dan alasan yang digunakan dalam memberikan komentar itulah yang menjadi perhatian khusus. Setelah bertahun-tahun melakukan observasi, Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan intelektual anak adalah hasil interaksi antara faktor bawaan sejak lahir dengan lingkungan di mana anak-anak itu berkembang. Anak-anak dapat berkembang secara konstan melalui interaksi dengan lingkungan di sekitar mereka sehingga pengetahuan dapat dibangun dan dikonstruksi kembali. Teori Piaget tentang perkembangan intelektual merupakan dasar dalam ilmu biologi. Ginn (2008) mengatakan bahwa Piaget melihat pertumbuhan kognitif sebagai suatu ekstensi dari pertumbuhan biologis dan diolah melalui prinsip-prinsip dan hukum yang sama. Piaget juga memandang bahwa perkembangan intelektual mengontrol setiap perkembangan aspek lain seperti emosi, sosial, dan moral.

B. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

Jean Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Disebutkan bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan : Refleks-refleks pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum. Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation. (pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati)

Jika schemas / skema / pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-hal yang dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium (equilibrium), namun ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pola-pola yang ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium) yaitu kondisi yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak : seorang anak yang baru pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru memiliki konsep cecak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak dalam skemanya dan ketika ia melihat buaya untuk pertama kalinya, konsep cicaklah yang paling dekat dengan stimulus. Peristiwa ini pun bisa terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya perbendaharaan kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep tersebut jarang ditemui. Misalnya : seringkali orang menyebut kuda laut itu sebagai singa laut, padahal kedua binatang itu jauh berbeda cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya dengan kuda ataupun singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk tubuhnya yang hampir sama.

Perkembangan skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran dan tingkat intelegensi anak itu.

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek, 1. Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas 2. Isi ; disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. 3. Fungsi ; disebut function, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang

mencapai kemajuan intelektul.

Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren. Sedang Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.

Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Asimilasi :Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya. 2. Akomodasi : Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan.

Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan yang dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya. Dengan penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang bagaimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya equilibrium disequilibrium. Bila individu

dapat menjaga adanya equilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.

C. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu : 1. Kematangan ; 2. Pengalaman fisik / lingkungan ; 3. Transmisi sosial ; dan 4. Equilibrium. Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss. Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis : a. b. c. d. tahap Sensori Motor : 0 2 tahun ; tahap Pra Operasi : 2 7 tahun ; tahap Operasi Konkrit : 7 11 tahun ; tahap Operasi Formal : 11 keatas.

Sebaran umur pada setiap tahap ersebut adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil penelitian di Negeri Swiss pada tahun 1950-an.

a.

Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage) Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik

(gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghilang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll. Periode ini terbagi atas 6 tahapan, antara lain:

Tahap 1. (lahir-1 bulan) penggunaan refleks-refleks Anak membangun (mengkonstruk) skema-skema (skema adalah struktur tindakan bayi) lewat aktivitas anak sendiri. Skema pertama dipengaruhi oleh refleks bawaan. Adapun contoh refleks bawaan yang sangat jelas pada bayi yaitu refleks untuk menghisap, bayi otomatis akan menghisap kapan pun bibir mereka disentuh. Anisiasi, bayi mencari puting susu ibu sendiri ketika baru lahir. Meskipun demikian gerak refleks tersebut memiliki kepasifan tertentu sehingga perlu distimulasi. Namun sekali skema terbentuk maka kita juga memiliki kebutuhan untuk membuatnya aktif. Contoh bayi akan terus menerus melakukan gerakan refleks menghisap walaupun tidak ada yang memicu gerak refleks tersebut. Tidak hanya gerak refleks menghisap putting susu, tetapi juga menghisap bantal, pakaian, selimut, jari tangan, dsb. Bayi mengasimilasi (memasukkan sesuatu) semua jenis objek menjadi skema menghisap. Bayi belajar untuk mengorganisasikan gerakan-gerakan tubuh agar proses perawatan menjadi lebih lembut, cepat, dan efisien. Contohnya, bayi belajar menyesuaikan gerakan kepala dan bibir untuk menemukan putting susu. Ciri ini disebut dengan permulaan akomodasi (membuat perubahan dalam struktur kita). Ciri lain adalah bayi tidak memiliki konsepsi objek apapun di luar dirinya. Misalnya, jika seseorang/objek meninggalkan wilayah pandangnya, maka bayi tidak berusaha mencari, bayi akan mengamati yang lain yang ada dalam wilayah pandangnya. Bagi bayi, yang diluar pandangnya berarti di luar pikirannya. Tahap 2. (1-4 bulan) reaksi-reaksi sirkuler primer Ciri tahap ini sama dengan tahap pertama yaitu bayi tidak memiliki konsepsi objek apapun diluar dirinya. Namun pada tahap ini pula bayi menghadapi suatu pengalaman baru dan berusaha untuk mengulanginya. Misalnya, tangan bayi yang secara tidak sengaja menyentuh mulutnya, ketika tangan itu jatuh, bayi berusaha untuk menangkap tangannya agar dapat melakukan kegiatan yang sama sebelumnya. Walaupun kadang anak merasa kesulitan, tangan memukul wajah, tangan berputar agar menyentuh mulut, bayi mengejar tangannya namun tidak dapat karena seluruh tubuhnya bergerak termasuk kaki dan tangan kearah yang sama. Bayi pada tahap ini belajar untuk mengorganisasikan dua gerakan tubuh yang sebelumnya terpisah. Misalnya bayi mengkoordinasikan pengamatan dan gerakan tangan, anak perempuan yang berulang-ulang meletakkan tangan pada wajah dan menatapnya. Bayi berusaha mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang terpisah hanya setelah mengalami banyak kegagalan. Tahapan ini melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri.

Tahap 3. (4-10 bulan) reaksi-reaksi sirkuler sekunder Tahap ini terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik di luar dirinya. Contoh, bayi yang berusaha untuk menggapai mainan gantung yang ada diatasnya. Bayi akan berusaha untuk menggerakkan mainan tersebut sampai bergoyang secara berulang-ulang. Jika telah berhasil maka bayi akan terus mengulanginya kegiatan tersebut dan sering tertawa kecil jika mainan tersebut bergoyang. Pada masa ini bayi tengah menikmati kekuatannya sendiri yaitu kemampuan untuk membuat suatu peristiwa terjadi berulang-ulang, membuat pemandangan yang menarik bertahan selamanya. Anak

menunjukkan satu tindakan tunggal untuk mencapai sebuah hasil. Tahapan ini ditandai dengan ketertarikan anak akan dunia eksternal. Bayi mencapai pengertian yang lebih baik tentang permanensi hal-hal eksternal. Misalnya, jika benda dijatuhkan kebawah, bayi berusaha untuk melihat ketempat dimana benda tersebut jatuh. Walaupun bayi pada tahap ini dapat menemukan objek-objek yang tersembunyi sebagian namun ia tidak bisa menemukan objek yang disembunyikan seluruhnya oleh orang lain. Tahap 4. (10-12 bulan) koordinasi skema-skema sekunder Pada tahap ini anak belajar untuk mengkordinasikan dua skema terpisah demi mendapatkan hasil. Pencapaian baru ini terlihat ketika bayi berhadapan dengan rintanganrintangan. Misalnya, bayi yang ingin memeluk mainan, namun ada penghalang diantara mainan tersebut sehingga tidak dapat dipeluk. Bayi akan berusaha untuk mendapatkan mainan dengan berbagai cara. Pada akhirnya bayi dapat memeluk mainan ketika bayi mengibaskan rintangan tersebut. mengibaskan rintangan adalah satu skema, memeluk mainan adalah bentuk skema kedua. Tahapan ini juga ditandai dengan pengertian sejati permanensi objek. Pada tahapan ini bayi dapat menemukan objek-objek yang tersembunyi seluruhnya, namun belum bisa mengikuti pengacakan (pergerakan dari satu tempat persembunyian ke tempat persembunyian lain). Misalnya, ketika objek disembunyikan di tempat A, anak dapat menemukan objek tersebut, namun jika objek tersebut disembunyikan di tempat B, anak tetap mencarinya di tempat A. Tahap 5. (12-18 bulan) reaksi-reaksi sirkuler tersier Pada tahap ini anak bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda-beda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contohnya, seorang anak tertarik dengan meja

baru yang dibeli ayahnya. Anak tersebut memukul meja dengan telapak tangannya beberapa kali, kadang keras, kadang lembut. Ini terus dilakukan karena anak mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya itu. Anak-anak sesungguhnya belajar dari diri mereka sendiri, tanpa perlu diajari orang dewasa. Anak mengembangkan skema semata-mata karena keingintahuan instrinsik tentang dunia. Anak menjadi ilmuwan kecil, membuat variasi tindakan dan mengamati hasil-hasilnya. Semua penemuan itu terjadi lewat tindakan-tindakan fisik. Tahap ini pula menunjukkan anak bisa mengikuti serangkaian pemindahan, namun selama mereka melihat kita melakukannya. Misalnya, anak dapat menemukan bola yang disembunyikan di tempat A dan B selama anak melihat proses pemindahan tersebut. Tahap 6. (18 bulan-2 tahun) permulaan berpikir Pada tahap ini anak mulai memikirkan situasi secara lebih internal, sebelum bertindak.Jika pada tahap 5 anak mencoba memecahkan masalah dengan coba-coba (trial and error) maka pada tahap ini anak dapat memikirkan sejenak cara untuk menyelesaikan masalah. Contoh, anak yang ingin mengeluarkan bola pada kotak mainan. Pada awalnya anak mencoba untuk membuka dengan berbagai cara, karena tidak berhasil, maka anak diam sejenak untuk mengamati kotak tersebut. Anak melihat ada sedikit celah pada kotak, kemudian tangannya masuk melalui celah tersebut dan ia memperoleh bola yang diinginkan. Kemajuan pada tahap ini dilihat juga sebagai upaya untuk berimitasi terhadap model-model yang sudah ada dan imitasi yang tertunda yaitu model yang tidak hadir lagi. Misalnya, ketika ani melihat seorang anak laki-laki yang berteriak dengan keras sambil membuang kotak mainannya, kemudian mendorong kotak tersebut dan menendangkan kaki ketanah, tingkah laku ini sangat mengagetkan ani, karena belum pernah dilihat sebelumnya. Keesokan harinya ani juga melakukan hal yang sama terhadap kotak mainannya dengan keterbatasan kosa kata untuk merepresentasikan tindakan anak tersebut. Kemudian ani menggunakan beberapa bentuk representasi motorik dengan gerakan-gerakan otot ringkas seperti apa yang dilihatnya. Tahapan ini ditunjukkan pula pada kemampuan anak dapat mengikuti serangkaian pemindahan yang tidak tampak. Misalnya, seorang anak dapat menemukan bola yang menggelinding dibawah kursi dengan cara memutari kursi tersebut, dan mengambilnya. Secara keseluruhan awal periode ini, anak tidak memiliki pengertian tentang objek-objek yang independen dari pandangannya maka pada akhir periode ini anak sudah mampu memandang objek terpisah-pisah dan permanen. Anak sudah mampu

mengembangkan pengertian yang jelas tentang dirinya sebagai makluk yang independen.

10

Anak telah mengembangkan tindakan-tindakan yang efisien dan terorganisasikan dengan baik untuk menghadapi lingkungannya. Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.

b.

Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage) Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah

operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan. Ciri periode ini yaitu:
y y y

Pikiran anak berkembang cepat ke sebuah tatanan baru, yaitu simbol-simbol. Pikiran anak pada dasarnya tidak sistematis dan tidak logis. Anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol ketika menggunakan sebuah objek atau tindakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak hadir. Simbol-simbol pertama bersifat motorik, bukan linguistik. Misalnya, ketika anak berusaha membuka kotak mainan, anak menggerak-gerakkan otot mulutnya untuk merepresentasikan sebuah tindakan yang belum dapat dilakukan.

Bahasa mulai berkembang pada tahapan ini. Anak menggunakan kata-kata untuk merekonstruksi peristiwa yang tidak hadir lagi, sesuatu yang dari masa lalunya. Katakata tidak digunakan untuk sebagai objek yang benar, melainkan sebagai prakonsepsi. Misalnya, seorang anak menceritakan kepada ayahnya, mama pergi, burung terbang, ade pergi.

11

Penalaran anak transduktif (berpindah dari hal-hal khusus ke hal khusus lainnya) terlihat dari ketidakmampuan anak untuk mengkategorikan secara umum. Misalnya, aku belum minum susu, berarti ini belum siang, dan belum waktunya untuk tidur siang. Padahal siang hari tidak hanya ditandai dengan minum susu, namun banyak peristiwa lain.

Anak-anak gagal untuk mengkonversi. anak hanya memusatkan pada satu dimensi. Misalnya, anak diminta untuk memilih gelas yang paling banyak berisi air pada dua tabung yang berbeda namun memiliki jumlah volume yang sama. Anak cenderung untuk memilih gelas yang lebih tinggi atau yang lebih lebar. Pada dasarnya anak sanggup mengambil satu langkah maju menuju pengkonversian namun tidak bisa mencapainya.

Anak sebenarnya telah memahami adanya dua dimensi perceptual (regulasi intuitif), namun belum bisa memikirkan keberadaan keduanya secara serempak sehingga baginya perubahan pada satu dimensi membatalkan perubahan pada dimensi lainnya. Misalnya, ketika anak ditanya volume yang lebih banyak dari dua gelas yang berbeda namun berisi sama. Pada awalnya anak menjawab gelas yang tinggi kemudian ia mengganti jawabannya dengan gelas yang lebih rendah, dan kemudian anak bingung sendiri untuk menentukan mana yang lebih banyak.

Anak belum mampu mengklasifikasi. Misalnya ada 10 kancing dari kayu. 8 kancing berwarna coklat dan 2 kancing berwarna putih. Ketika anak ditanya lebih banyak mana, kancing berwarna coklat atau seluruh kancing kayu yang ada? Anak menjawab kancing coklat, tanpa menyadari bahwa kancing coklat dan kancing putih adalah bagian dalam kancing kayu.

Anak berpikir egosentrisme, menganggap segala sesuatu berasal dari satu titik pandang saja. Anak tidak mampu membedakan perspektifnya sendiri dari perspektif orang lain.

Anak belum memahami arti kemenangan. Anak menganggap kalau aku menang, kamu menang juga.

Anak beranggapan bahwa benda tidak hidup, adalah benda hidup juga (keberjiwaan dunia = world animistic). Misalnya, ketika anak ditanya apakah matahari hidup? anak akan menjawab ya karena ia memberikan cahaya. Dia hidup karena memberikan cahaya, dan tidak hidup ketika tidak mampu memberikan cahaya.

12

Anak beranggapan bahwa mimpi itu nyata dan dapat dilihat oleh orang lain. Mimpi itu dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari luar (dari malam atau langit, lewat jendela dari cahaya-cahaya di luar). Anak memiliki kepatuhan yang membuta pada aturan-aturan yang dipaksakan

orang dewasa (heteronomy moral). Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja.

c.

Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage) Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar,

dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan warna rambut yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi peranyaan, Rambut Edith lebih terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang paling gelap? , anak-anak pada tahap operasional konkret mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan lambang-lambang. Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).

e.

Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage) Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara

kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan halhal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan

13

menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.

Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini : Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar pak Pendek dan untaian klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi Pak Pendek itu. Kemudian ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa Pak Pendek itu mempunyai teman Pak Tinggi. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang korek api tinggi Pak Pendekempat batang sedangkan tinggi Pak Tinggi enam batang korek api.

Berapakah tinggi Pak Tinggi bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan masalah diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.

Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk melakukan penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan mengujinya (child, 1977 : 127) Ciri periode ini, yaitu:
y

Anak sudah memahami pengkonversian zat cair. Anak mengkonversi menggunakan tiga argument yaitu argument identitas, kompensatif, dan inversi. Misalnya, ketika anak mampu menjawab dengan benar cairan yang lebih banyak. Anak menjawab kita tidak menambahkan atau mengurangi apapun, jadi mestinya jumlah cairan ini tetap sama ini disebut sebagai argument identitas. Jika jawaban anak gelas ini memang lebih tinggi dan yang lain lebih lebar, meskipun begitu jumlah cairannya tetap sama ini disebut sebagai argument kompensatif. Jika jawaban anak isinya masih sama karena kita bisa menuang kembali cairan itu ke tempat yang semula ini disebut dengan argument inversi. Rangkaian argument ini merupakan rangkaian tindakan mental yang dapat dibalikkan. Anak memahami bukan hanya perubahan yang terlihat oleh mata, namun juga perubahan kompensatoris. Anak menyadari perbedaan perspektif masing-masing orang. Anak sudah mampu bekerja sama. Anak berusaha

14

mengikuti peraturan-peraturan permainan dan berusaha menang mengikuti peraturan tersebut.


y

Berangsur-angsur anak meninggalkan label hidup pada objek-objek yang bergerak, dan melabelkannya pada tumbuhan dan hewan.

Anak menyadari kalau mimpi bukan hanya tidak nyata, namun juga tidak terlihat dari luar, berasal dari dalam.

Anak mampu memahami dua aspek suatu persoalan secara serempak membentuk landasan bagi pemikiran sosial sekaligus pemikiran ilmiah. Anak mampu berpikir sistematis berdasarkan tindakan mentalnya (mengacu pada objek-objek yang bisa diindera dan aktivitas riil). Dalam interaksi sosial anak memahami bukan hanya apa yang mereka katakana

tetapi juga kebutuhan pendengarnya. Kesimpulan pada tahap ini adalah : Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argument (karena itu disebut operasional formal). Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.

15

TABEL 1-1 Stadium perkembangan kognitif menurut Piaget Usia yang diberikan adalah rata-rata. Usia cukup bervariasi tergantung pada intelegensia, latar belakang kultur, dan faktor sosioekonomi, tetapi urutan perkembangan sama untuk semua anak. Piaget telah menggambarkan fase-fase yang lebih terperinci di dalam tiap stadium; hanya karakterisai yang sangat umum dari tiap stadium yang diberikan disini.

STADIUM 1. Sensorimotorik (lahir 2 tahun)

KARAKTERISASI Diferensiasi self (diri) dari objek Mengenali self sebagai perilaku suatu tindakan dan mulai bertindak dengan sengaja: misalnya, menarik tali mobil atau mengoyanggoyangkan mainan untuk menghasilkanbunyi. Mencapai kepermanenan objek: menyadari bahwa benda-benda terus ada walaupun tidak lagi tertangkap oleh indra.

2.

Praoperasional (2 7 tahun)

Belajar menggunakan bahasa untuk merepresentasikan objek dengan citra dan kata-kata. Pemikiran masih egosentrik: mengalami kesulitan dalam memandang dari sudut pandang orang lain Mengklasifikasikan objek dengan ciri tunggal: sebagai contohnya, mengelompokkan semua balok merah tanpa memandang bentuknya atau semua balok persegi tanpa memandang warnanya.

3.

Operasional konkret (7 11 tahun)

Dapat berpikir secara logis tentang objek dan peristiwa Mencapai konservasi angka (usia 6), kelompok (usia 7), dan bobot (usia 9) Mengklasifikasikan objek menurut beberapa ciri dan dapat mengurutkan secara serial mengikuti dimensi tunggal, seperti ukuran.

4.

Operasional formal (11 tahun dan lebih)

Dapat berpikir secara logis tentang masalah abstrak dan menguji hipotesis secara sistematik Memperhatikan masalah hipotetik, masa depan dan ideologis.

16

C. IMPLIKASI PEMAHAMAN PIAGET DALAM PENDIDIKAN.

Salah satu aplikasi yang mempergunakan konsep-konsep Piaget adalah orientasi belajar learner-centered system. Sedangkan, beberapa metode pengajaran yang diterapkan pada kebanyakan sekolah di Amerika waktu itu seperti metode ceramah, demonstrasi, presentasi audi-visual, pengajaran dengan menggunakan mesin dan peralatan, pembelajaran terprogram, bukanlah merupakan metode yang dikembangkan oleh Piaget. Piaget mengembangkan model pembelajaran discovery yang aktif dalam lingkungan kelas. Inteligensi tumbuh dan berkembang melalui dua proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, pengalaman harus direncanakan untuk membuka kesempatan untuk melakukan asimilasi dan akomodasi. Menurut Piaget dan piagetian ( sebutan bagi pengikut konspe Piaget) Anak-anak harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk untuk mencari, memanipulasi, melakukan percobaan, bertanya, dan mencari jawaban sendiri terhadap berbagai pertanyaan yang muncul. Namun demikian, bukan berarti pemelajar dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan. Kalau demikian halnya, apa peranan guru dalam ruangan kelas? Guru seharusnya mampu mengukur kemampuan, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki siswa. Pembelajaran harus dirancang untuk menfasilitasi keberbedaan siswa dan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk membangun komunikasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya, untuk berdebat, dan saling menyanggah terhadap isu-isu aktual yang diberikan kepada siswa. Keberadaan guru harus mampu menjadi fasilitator pengetahuan, mampu memberikan semangat belajar, membina, dan mengarahkan siswa. Dalam proses pembelajaran, Seharusnya tidak menekankan kepada benar-salah, melainkan bagaimana menfasilitasi siswa agar dapat mengambil pelajaran dari kesalahan yang diperbuat. Pembelajaran harus lebih bermakna dengan memberi peluang kepada siswa untuk melakukan percobaan sendiri dari pada harus mendengarkan lebih banyak dari hasil ceramah dari guru. Guru harus mampu menghadirkan materi pelajaran yang membawa murid kepada suatu kesadaran untuk mencari pengetahuan baru. Dalam bukunya yang berjudul To Understand Is to Invent, Piaget mengatakan bahwa prinsip dasar dari metode aktif dapat dijelaskan sebagai berikut: Untuk memahami harus menemukan atau merekonstruksi melalui penemuan kembali dan kondisi seperti ini harus diikuti jika menginginkan seseorang dibentuk guna mampu memproduksi dan mengembangkan kreativitas dan bukan hanya sekedar mengulangi. Dalam pembelajaran aktif, guru harus memiliki keyakinan bahwa siswa akan mampu belajar sendiri.

17

Referensi Pustaka
Akses online : http://www.piaget.org/ Jean Piaget Society Akses online : http://www.edpsycinteractive.org/topics/cogsys/piaget.html Piagets Theory of Cognitive development. Akses online : http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget Jean Piaget

18

Anda mungkin juga menyukai