Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya proses pembelajaran. Penilaian juga merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi tentang peserta didik. Oleh sebab itu, di samping kurikulum yang cocok, proses pembelajaran serta sistem penilaian yang terencana sangat diperlukan. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis terhadap siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa dalam kaitannya dengan pelajaran sosiologi kurang maksimal. Ini terlihat dari skor rata-rata siswa yang dicapai hanya mencapai 4,50 pada tahun ajaran 2010/2011. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran dan penilaian yang kurang bervariasi. Penilaian yang tepat bagi peserta didik bukan hanya menunjukkan perilaku peserta didik yang lengkap, tetapi juga perilaku peserta didik yang hidup dan nyata yang sesuai dengan harapan orang tua. Kegiatan assessment atau penilaian selama ini didominasi oleh tes tertulis. Alat evaluasi ini digunakan secara luas dengan pertimbangan lebih praktis, baik penyusunan alat evaluasi, cara penyelenggaraan maupun koreksinya. Salah satu alternatif teknik evaluasi hasil belajar yang dapat memberi peluang penghargaan lebih luas atau partisipasi dan kemampuan siswa selama proses belajar berlangsung ialah authentic assessment (penilaian sebenarnya). Penilaian autentik dilakukan untuk mengevaluasi sejuah mana setiap siswa belajar dan sejauh mana mereka menerapkan hasil belajarnya.

Penilaian autentik siswa dalam mempelajari sosiologi dituntut bukan hanya memahami materi, melainkan juga mampu merumuskan masalah, menerapkan penyelesaian dan menginterpretasikan hasil yang dicapai. Bahkan dengan penilaian autentik siswa dituntut mampu melakukan tindakan nyata sebagai wujud dari perolehan atau pemahaman atas materi yang diperoleh didalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa di SMA 1 Sungguminasa Gowa adalah dengan menerapkan cara penilaian (Assessment) yang kurang tepat, Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengkaji tentang Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya).

B. Identifikasi Masalah a. Proses pembelajaran yang kurang efektif. b. Assesment yang kurang bervariasi. c. Rendahnya Hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam kajian ini adalah Apakah dengan menerapkan authentic assessment pada pembelajaran Sosiologi dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

D. Tujuan Pembahasan Pada dasarnya tujuan pembahasan ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan yaitu meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 sungguminasa melalui penerapan authentic assessment.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian yang dikemukakan oleh Slameto (1995:3) bahwa: belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan pengertian belajar yang di kemukakan oleh Slameto maka Muhibbin Syah (2003:68) mengemukakan bahwa: belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan Hudoyo (1998: 5) mengemukakan bahwa: belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor interen pada setiap pembelajaran dengan faktor eksteren atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Hasil belajar sosiologi dicapai oleh siswa dapat diketahui setelah mengikuti proses belajar. Hasil belajar seseorang dapat menjadi indikator tentang batas kemampuan, kesanggupan, pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki oleh guru itu dalam suatu pekerjaan. Menurut J.Bruner, 1966 (Asmani Zainul, 2001:5) menegaskan bahwa belajar adalah proses aktif pelajar yang mengkonstruksikan gagasan baru atau konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki. Ada peluang pelajar untuk bergerak lebih jauh melampaui informasi yang didapat, karena dia mampu menyusun hipotesis, membuat keputusan atas dasar struktur kognitif. Belajar merupakan suatu kegiatan pengelolaan informasi yang menemukan kebutuhan untuk mengenal dan
3

menjelaskan gejala yang terjadi dilingkungan pelajar. Sedangkan Asmawi Zainul (2001: 5) menegaskan belajar pada dasarnya suatu yang kompleks dan tidak berstruktur. Proses balajar berarti tidak pernah berakhir, selalu ada proses adaptasi dan selalu berubah, oleh karenanya assessment dibutuhkan untuk menyertai seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran. Dari pendapat diatas maka belajar adalah suatu proses atau tahapan terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif terjadi pada diri seseorang akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan pemahaman dan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.

B. Hakikat Assessment Penilaian (assessment) merupakan pengumpulan informasi mengenai perubahan kualitas dan kuantitas di dalam diri siswa (Johnson & Johnson). Blaustein (dalam Ibrahim, 2001) mengatakan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu. Arends (1997: 17) menjelaskan, penilaian biasanya mengacu pada seluruh informasi penilaian oleh guru untuk membuat keputusan tentang siswa dan kelasnya. Informasi tentang siswa didapat secara informal seperti observasi dan dapat pula secara formal dengan tes, pekerjaan rumah, dan laporan secara tertulis. Linn & Grounlund (1995: 5) mendefinisikan penilaian kelas sebagai suatu istilah umum meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran siswa (pengamatan, tingkat perfomans, tes tertulis) dan terjadi pertimbangan pemberian nilai dengan memperhatikan kemajuan pembelajaran. Pengertian penilaian menurut Popham (Hariani, 2007:18) mendefenisikan sebagai berikut : penilaian adalah suatu usaha formal untuk menentukan status siswa dengan

mengacu pada variabel-variabel pembelajaran yang menjadi pusat perhatian. Assessment juga mengenal terminologi khusus mendeskripsikan sekalian aktivitas yang dikerjakan oleh pengajar untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap dari pelajar. Pengumpulan data melalui assessment formal (tes objektif) dan data informal (observasi atau daftar isian) termasuk aktivitas assessment ini (Mars, 1996: 213).
4

Bagi Anderson (2003:15) tindakan assessment sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan. Pengajar harus serius dalam mengemban masalah assessment ini. Persoalan terkait dengan implikasi atau akibat assessment antara lain menyangkut (1) espek etika dari assessment; (2) penyiapan pelajar untuk dilakukan assessment dan (3) akomodasi dan standarisasi. Pada sisi lain Gipps, 1996 (Headington, 2000:21) menegaskan, assessment tidak berada di luar pengajaran dan pembelajaran, tetapi berada dalam interaksi dinamis didalamnya. Hoy & Gregg (1994: 4) menyatakan assessment adalah suatu cara berpikir tentang proses belajar. Assessment bukan tahapan yang terjadi sebelum pengajaran tetapi terjadi selama dalam proses menganalisis informasi untuk meningkatkan efektivitas mengajar dengan tujuan pokok (1) penempatan (placement), (2) pengajaran (instrument), dan (3) komonikasi (commonication). Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang biasa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa atau mahasiswa. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru atau dosen agar mereka bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan baik dan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru atau dosen mengidentifikasikan bahwa peserta didik mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat. Oleh karena itu, assessment tidak dilakukan pada akhir priode melainkan dilakukan bersama secara terintegrasi kegiatan pembelajaran yang lain (Salam dan Hamzah Upu : 2005). Masalah utama yang berhubungan dengan pelaksanaan assessment adalah bagaimana assessment bermakna, memberi manfaat dan begaimana assessment dapat dikelola dengan baik. Agar assessment bermakna maka assessment harus : (1) dirasakan kebutuhannya oleh pengguna (pelajar dan pengajar) yang sama-sama mempunyai tujuan, (2) mudah dimengerti prosedurnya, kriteria, maupun penggunaan rupriknya, (3) jelas arahnya untuk meningkatkan belajar dan pengajaran (Johnson & Johnson, 2002: 3). Selain assessment harus bermakna, assessment juga dapat dikelola dalam memberikan informasi yang bermanfaat dengan pengorbanan sumber daya secara minimal. Dua hal penting terkait dengan masalah pengelolaan ini adalah (1) sumber daya yang cukup memadai
5

(tidak terpisahkan) dari

untuk memenuhi tuntutan prosedur assessment, (2) nilai informasi yang diperoleh seimbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan assessment (Johnson & Johnson, 2002:3). Menurut Popham (1995:7) alasan perlunya melakukan asesmen adalah untuk : a. Mendiaknosis kekuatan dan kelemahan pelajar b. Memantau kegiatan belajar c. Memberi atribut pemberian nilai d. Menentukan efektitas pembelajaran.

Assessment juga merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi yaitu informasi tentang peserta didik. Oleh karena itu, assessment berfungsi

membantu guru untuk merencanakan kurikulum dan pengajaran di dalam program belajar mengajar, maka kegiatan assessment membutuhkan informasi bervariasi dari setiap individu atau kelompok peserta didik serta guru. Dari beberapa pendapat tersebut diatas disimpulkan 4 (empat) hal pokok terkait dengan tindakan assessment: a. Assessment membutuhkan informasi yang terhimpun secara sistematis, dapat dianalisis, dan terintegrasi, b. Tujuan utama proses assessment dalam pendididikan adalah untuk mengiterpretasikan perbedaan dalam pola-pola belajar dari pelajar, c. Assessment juga membantu pengajar menfokuskan diri pada strategi mengajar yang efesien dan tepat, dan d. Assessment pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.

C. Tujuan Assessment Menurut Herman, Aschbacher, dan Winters (1992) menyatakan 2 (dua) tujuan yang paling mendasar, yakni untuk: a. Menentukan sejauh mana pelajar telah menguasai pengetahuan khusus atau keterampilan-keterampilan (content goal) b. Mendiagnosis kelemahan dan kelebihan pelajar dan merancang pengajaran yang sesuai (process goals) Program assessment berarti untuk memenuhi tujuan diagnosis dan penempatan, formatif dalam rangka perencanaan pengajaran, dan evaluasi sumatif untuk akhir keseluruhan pengajaran. Terkait dengan tujuan pertama, assessment harus difokuskan kepada hasil belajar dengan menggunakan tes ganda (multiple choice) dan assessment langsung terhadap proyek pelajar. Untuk tujuan kedua, assessmen difokuskan kepada perhatian tentang pemahaman mengapa pelajar berbuat salah, sehingga yang di butuhkan adalah informasi tentang proses dari pada hasil belajar. Oleh karenanya teknik-teknik yang tepat digunakan antara lain wawancara, observasi dokumen, daftar isian tentang prilaku dan pemikiran-pemikiran pebelajar mengenai proses belajarnya. Assessment lebih tertuju pada proses belajar dari pada hasil belajar. Strategi assessment formatif untuk tujuan perbaikan tahapan belajar, sedangkan assessment sumatif ditujukan untuk kepentingan melihat pencapaian hasil belajar.

D. Prinsip-Prinsip Assessment Pada dasarnya assessment dilakukan oleh pengajar setiap hari dengan menggunakan pengukuran formal maupun informal. Komponen terpenting bukan pengukuran dengan tes, melainkan pada pengumpulan, pencatatan dan penerjemahan yang sistematis dari kinerja pelajar. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan assessment menurut the national for propessional teaching standards adalah :

a. Tugas-tugas harus autentik dan kompleks; b. Tugas-tugas harus terbuka, memungkinkan pengajar melihat praktiknya; c. Tugas-tugas harus menyediakan peluang memberdayakan untuk analisis dan refleksi; d. Pengetahuan materi bidang studi harus menekankan untuk semua penampilan;

e. Tugas-tugas harus memberdayakan guru untuk memberi contoh praktis yang baik; f. Tiap tugas harus mengases suatu himpunan yang standar, dan g. Tiap standar harus diases oleh lebih dari satu macam tugas.

E. Authentic assessment Hakikat Authentic assessment dalam menilai kemajuan belajar siswa, proses dan hasil dengan berbagai cara, tes adalah salah satunya (Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002 ). Authentic assessment adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknis yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat (4) hal berikut : a. Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana, b. Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran, c. Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran, d. Summing-up, yaitu menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum (Bahrul Hayat, 2006)
8

Authentic assessment merupakan assessment dimana siswa diminta mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan mengerjakan tugas masalah nyata atau masalah kontekstual. Namun karena sering sulit menempatkan siswa dalam situasi nyata, suatu authentic assessment terdiri atas tugas autentik dan rubrik atau kriteria penskoran tugas. Tugas autentik adalah (1) tugas yang diminta siswa mengkonstruksikan respon terhadap suatu pernyataan atau problem; dan (2) tugas adalah refleksi masalah nyata atau masalah yang dikenal siswa. Menurut Paldi (2000) mengemukakan bahwa apabila dibandingkan dengan teknik evaluasi yang lain, autentic assessment mempunyai keunggulan-keunggulan atau kelebihan antara lain sebagai berikut : 1) Tugas-tugas memungkinkan para pengajar benar-benar menilai proses disamping produk keilmuwan yang dilakukan/dimiliki siswa. 2) Tugas-tugas, khususnya membentuk kinerja, lebih menilai kemampuan untuk melakukan dibanding hanya sekedar pertanyaan-pertanyaan sehingga mendukung pengembangan kreativitas siswa. 3) Penilaian dapat dilakukan pada setiap saat dan mencakup semua aspek kemampuan anak.

Disamping kelebihan, authentic assessment juga memiliki beberapa keterbatasan atau kelemahan sebagai berikut: a). Penilaian tugas-tugas dalam authentik assessment memakan banyak waktu. b). Penskoran atau tugas-tugas memerlukan format tertentu yang sulit pembakuannya. c). Dengan penilaian autentik bisa jadi tidak sepenuhnya mencapai target atau sasaran pembelajaran yang diharapkan oleh kurikulum. Karena authentic assessment meminta siswa menkonstruksikan respon atau

membangun tanggapan sendiri maka dibutuhkan assessment alternatif selain tes tertulis untuk mengembangkannya dalam pembelajaran. Bentuk-bentuk assessment alternatif digunakan
9

sebagai metode autentic assessment didasari dari beberapa bentuk assessment alternatif, yaitu : kinerja (performance) dan penugasan (proyek). (1). Assessment Kinerja Assessment kinerja telah muncul sejak lama. Namun saat ini banyak pengajar yang mendukung bentuk penilaian tersebut dan dimaksudkan pada bagian program-program penilaian formal, hal ini disebabkan : (1) sebagai pilihan alternatif dari tes tradisional paper dan pensil, dan (2) sering kali lebih alternatif yaitu tugas-tugas yang diberikan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Kriteria-kriteria tugas kinerja menurut Jaek Ott, 1995 (Usman Mulbar), yaitu: (a) Mengarah pada tujuan-tujuan pengajaran umum, tujuan khusus dan isi materi dalam kurikulum. (b) Memberikan kesempatan pada siswa mengemukakan pikiran dan pemahaman dalam masalah sosial dan tidak hanya meminta jawaban tunggal (c) Memberikan kesempatan untuk menilai proses-proses yang ada dalam tugas (d) Realistik, menarik, dan merangsang berfikir (e) Mewakili tujuan yang akan dinilai, sehingga generalisasinya dapat digunakan untuk mengetahui kinerja siswa (f) Mengutamakan pada kedalaman materi dari pada keluasaannya dan penguasaan dari pada kecepatannya. (g) Lebih open ended dari pada terstrukturnya yang ketat (h) Tidak algorits, yaitu tidak mempunyai satu alur yang jelas dalam penyelesaiannya, khususnya nampak pada awal tugas (i) Menimbulkan pertanyaan baru atau masalah lain (Jack Ott,1995).

10

Assessment kinerja adalah metode autentic assessment yang menuntut siswa melaksanakan aktivitas atau menkonstruksi respon dari satu problem atau tugas. Memberi peluang kepada siswa untuk mengaplikasikan kemampuan dan keterampilan. Mahrens (dalam Popham; 1995), Berikut ini adalah deskripsi dari tiga pengaruh yang dipercaya Mahrens memberikan kontribusi yang mendukung pelaksanaan penilaian kinerja siswa : a. Ketidakpuasan terhadap tes-tes yang mengunakan respon pilihan. Tes-tes tersebut

tidak berhasil memberi jalan kearah keterampilan pemikiran tingkat tinggi, misalnya apakah siswa dapat menyelesaikan soal-soal mensintesisnya, atau berfikir secara mandiri. b. Pengaruh dari psikologi kognitif. Ahli psikologi kognitif percaya bahwa siswa harus menguasai baik isi dari pengetahuan maupun prosedur dari ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. c. Adanya pengaruh kelalaian instruksional pada tes-tes konvensional. Pada saat tingkat tes pendidikan meningkat, biasanya pengajar cenderung untuk memberi penekananpenekanan instruksional pada isi tes menurut penafsirannya. Tugas-tugas penilaian kerja menuntut siswa menggunakan berbagai macam keterampilan, konsep, dan pengetahuan. Penilaian tersebut meminta siswa untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana dari suatu konsep atau proses. Berdasarkan pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan salah satu bentuk alat ukur dari kegiatan siswa yang memberikan informasi seberapa baik siswa dapat menggunakan satu atau lebih informasi dalam menyelesaikan masalah (soal) konteks. Assessment kinerja mencakup proses dan hasil akhir (produk) dari suatu aktivitas penyelesaian masalah. (2). Assessment Proyek Tugas proyek antara lain dimaksudkan untuk memperbaiki komonikasi, penalaran, hubungan dengan interpersonal, keterampilan membuat keputusan, keterampilan

memecahkan masalah. Proyek dapat diselesaikan secara individu, secara berkelompok bahkan bersama-sama siswa dalam seluruh kelas. Proyek dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun diluar kelas. Tugas proyek berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
11

mungkin sulit dicapai dengan cara lain. Hal-hal yang dapat menggairahkan dan membantu siswa merencanakan proyek : (a) Di dasarkan pada situasi kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa (b) Dirancang menarik atau menangkap sikap siswa (c) Pastikan bahwa para siswa mempunyai keterampilan-keterampilan sosiologi untuk menyelesaikan masalah yang akan dijumpai dalam proyek. (d) Dikembangkan agar siswa mempunyai kemampuan untuk merumuskan suatu rencana untuk menyelesaikan masalah.

F. Rubrik Penskoran Authentic Assessment Untuk menilai kualitas pekerjaan siswa secara keseluruhan digunakan rubrik penskoran. Rubrik dapat membantu guru dalam membuat perbedaan hasil belajar yang lebih halus dari pada sekedar mengidentifikasikan suatu jawaban benar atau salah. Pengguanaan rubrik juga memungkinkan penskoran yang lebih reliabel, dan konsisten. Adapun langkah-langkah dalam penerapan authentic assessment, yaitu : Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 : Mengidentifikasi kompetensi dasar siswa : Membuat tugas autentik : Membuat skala pengukuran performance untuk setiap tugas : Membuat rubrik prosedur pengukuran tanggapan yang telah

Penilaian autentik siswa didasarkan

diperoleh dari siswa. Tanggapan tersebut diberi nilai dengan kriteria yang ditetapkan. Untuk menentukan kinerja penilaian, pertama guru harus menentukan apakah proses atau hasil akan dinilai.

12

Tiap rubrik menggunakan skala yang sama untuk menjamin keseragaman dan reliabilitas penskoran : 30 = superior / sangat baik. 20 = memuaskan, 10 = cukup memuaskan, 5 = tidak memuaskan. Rubrik yang sama digunakan untuk mengevaluasi skor total. Skor total tersebut menyediakan suatu cara yang mudah untuk mengkuantifikasikan penilaian guru atas kerja siswa ( Darwis, 2007). Tabel. 1. Rubrik Penyekoran Tingkatan (Level) Kriteria Umum y Menunjukkan pemahaman yang lebih

terhadap konsep-konsep y 30 = Sangat baik. y y y Menggunakan strategi-strategi yang sesuai Komputasinya benar Tulisan penjelasan patut dicontoh Melebihi diinginkan y Menunjukkan pemahaman terhadap konsepkonsep y 20= Memuaskan y y y Menggunakan strategi yang sesuai Komputasinya sebagian besar benar Tulisan penjelasannya efektif Memenuhi semua permintaan masalah yang diinginkan y Menunjukkan sedikit atau tidak pemahaman terhadap konsep-konsep 10= Cukup memuaskan y y y Sedikit menggunakan strategi yang sesuai Tulisan penjelasannya kurang memuaskan Kurang memenuhi permintaan masalah yang diinginkan permintaan masalah yang

13

y 5= Tidak y Memuaskan y y

Tidak menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep Tidak menggunakan strategi yang sesuai Tulisan penjelasannya tidak memuaskan Tidak memenuhi permintaan masalah yang diinginkan

14

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penerapan Authentic Assessment akan dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 sungguminasa kabupaten gowa. Kerena dengan menerapkan Authentic Assessment akan memberikan peluang kepada siswa untuk

mengumpulkan nilai baik dari segi proses maupun evaluasi. Dan guru sebagai penilai tidak akan memberikan penilaian yang bersifat spekulatif atau yang hanya dari segi kognitif saja namun penilaiannya akan lebih bervariasi sehingga akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil analisis belajar mengajar yang telah diterapakan oleh penulis, terlihat bahwa memang pada dasarnya pelaksanaan Authentic assessement belajar sosiologi dan perubahan sikap kepada siswa. memberikan peningkatan hasil

15

DAFTAR PUSTAKA

 Hamdat, Nasir.1995. Belajar dan Pembelajaran Suatu Pokok Bahasan. Ujung Pandang: FKIP UMM.  Hayat, Bahrul, Penilaian Kelas (Classroom Assesment) Dalam Penerapan _assesment_frame.htm, diakses 26 Desember 2011): Makassar.  Minggi, Ilham dan mohamad, Nur. Pengembangan Assessment Autentik. Makalah Matematika FMIPA UNM : Makassar. Standar

Kompetensi.(http://202.43.163.69/duniaguru/Pengembangan%20Prpfesi/classroom-

 Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.  Zainul 2005. Asesmen Autentik dalam pembelajaran (http://www.

Nbpts.org/standards/dev.cfm jurnal), Download 26 Desember 2011.

16

Daftar Isi
Halaman Judul Daftar Isi BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Pembahasan BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar B. Hakekat Assessment C. Tujuan Assessment .3 .4 .7 .7 2 2 2

D. Prinsip-prinsip Assessment E. Authentic Assessment

.8

F. Rubrik Penskoran Authentic Assessment ...12 BAB III : KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA .......15 16

17

TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN Dosen : Dr. Sulaiman Samad, M.Si.

ANALISIS ASSESSMENT TERHADAP RENDAHNYA HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMAN 1 SUNGGUMINASA KAB. GOWA

Oleh YUSRAN, S.Pd. 11B02004

Pendidikan IPS (Kekhususan Sosiologi) PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM) 2011

18

Anda mungkin juga menyukai