Anda di halaman 1dari 10

MEMBUAT SESUATU YANG DIAM ( SILENT WITNESS) BERBICARA DEMI HUKUM DAN KEADILAN Pendahuluan

Cara pembuktian diperlukan dalam menegakkan keadilan untuk

membuktikan siapa yang bersalah dalam suatu perkara. Dalam masyarakat selalu saja terdapat perselisihan, penganiayaan, pembunuhan, pencurian, perkosaa, peracunan, dan lainnya, perkara yang mengganggu ketenteraman dan kepentingan pribadi. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem atau cara yang memberikan ganjaran dan hukuman yang setimpal kepada yang bersalah sehingga perbuatan yang serupa tidak terulang lagi dan sebaliknya yang tidak bersalah terbebas dari tuntutan dan hukuman.(1) Telah dicoba dan ditempuh berbagai cara yang sesuai dengan perkembangan pemikiran pada zaman dahulu. Dikenal judicia aquae, judicia ignis, judicia ovae, dan judicia Dei. Pada judicia aquae, orang yang dianggap bersalah ditenggelamkan ke air untuk beberapa lama, bila tidak mati maka tidak bersalah dan sebaliknya. Pada judicia ignis, terdakwa disuruh berjalan di atas bara api, bila terjadi luka bakar pada tubuhnya maka terdakwa bersalah. Pada judicia ovae, terdakwa disuruh meminum racun, bila terjadi gejala keracunan, maka ia bersalah. Pada judicia Dei (keputusan Tuhan) dengan bantuan Tuhan, yang benar akan dimenangkan dan yang bersalah akan dihukum atau dikalahkan. (1) Silent witness atau saksi diam sekarang ini digunakan untuk membantu pembuktian adanya kejadian perkara. Saksi diam tidak dapat berbicara untuk membuktikan kebenaran suatu perkara, tetapi ia dapat bercerita tentang apa yang telah terjadi melalui pemeriksaan barang bukti (corpus delicti) secara ilmiah, yang kemudian dapat disampaikan oleh penyidik dan dokter yang memeriksa barang bukti tersebut. (1,2) Silent witness dapat bercerita dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sini diperlukan para ahli untuk memeriksa barang bukti yang dapat berupa orang hidup, mayat, darah, semen, rambut, sidik jari, peluru, larva lalat, nyamuk, surat, tulisan tangan, suara, dan lain-lain. (1,2)

Kumpulan pengetahuan yang memeriksa barang bukti untuk kepentingan peradilan dikenal dengan nama forensic sciences. Dalam bidang kesehatan antara lain kedokteran forensik (forensic medicine), odontologi forensik, psikiatri forensik, patologi forensik, dan antropologi forensik. (1)

Barang Bukti
Barang bukti pada hakikatnya merupakan saksi diam yang selalu ada dalam setiap tindak pidana dan merupakan saksi paling jujur. Peranan barang bukti dalam tindak pidana dapat diketahui dengan pasti sebagai alat kejahatan, objek kejahatan dan sebagai petunjuk setelah terjadinya suatu kejahatan. Oleh sebab itu pengambilan dan pengawetan barang bukti yang benar akan mempermudah pemeriksaan barang bukti tersebut dan tidak menimbulkan kesulitan yang mempengaruhi penyidikan lebih lanjut. (3) Barang bukti atau corpus delicti (Latin = tubuh kejahatan) adalah istilah dari yurisprudensi barat yang mengacu pada prinsip yang harus dibuktikan bahwa kejahatan telah terjadi sebelum seseorang dapat dihukum karena melakukan kejahatan. Misalnya, seseorang tidak dapat dikatakan mengalami dapat didefinisikan sebagai fakta kejahatan yang telah terjadi. (4) pencurian, kecuali dapat dibuktikan bahwa telah ada barang yang hilang. Corpus delicti juga

Mayat
Mayat merupakan suatu barang bukti telah terjadinya suatu kejahatan bila diperkirakan mayat tersebut mati secara tidak wajar. Autopsi merupakan cara yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap barang bukti yang satu ini. (5) Autopsi bila ditinjau dari kepentingannya adalah untuk membuat laporan sebagai pengganti mayat yang mengandung kesimpulan hasil pemeriksaan. Mayat tidak dapat bercerita lagi akan apa yang telah terjadi padanya, namun dari hasil pemeriksaan, dokter dan penyidik akan dapat bercerita mengenai apa yang telah terjadi pada si mayat. (5)

Darah
Pengambilan dan pengawetan barang bukti darah. Barang bukti yang diperlukan : 1. 2. 3. Darah yang berasal dari sikorban, kemudian didapatkan pada : Pakaian/diri sikorban Pakaian/diri sipelaku Di tempat kejadian Senjata/alat yang dipergunakan Darah yang berasal dari sipelaku/penjahat mungkin ditemukan Keterangan/Laporan Polisi

seperti pada poin pertama. Keadaan darah si korban di tempat kejadian dapat dipergunakan dalam memberikan interpretasi, informasi dan rekonstruksi mengenai jalannya peristiwa. Keterangan-keterangan itu meliputi : Pemancaran/mengalirnya darah. Bentuk-bentuk tetesan darah. Area/luas darah yang menempel baik pada sikorban dan pakaiannya

ataupun pada sitersangka(3) Dari bercak darah, seorang dokter forensik dapat membuat kesimpulan, antara lain jarak jatuhnya dari sumber perdarahan. Bila jarak itu dekat, kurang dari 60 sentimeter, bercak darah biasanya berbentuk bulat; bila jaraknya cukup jauh, 60-120 sentimeter, bentuknya bulat dengan tepi terdapat tonjolan-tonjolan seperti jarum. Selain itu, dokter dapat pula mengetahui arah jatuhnya (ke arah mana korban bergerak). Bercak darah berbentuk seperti boling, bagian yang lebih kecil menunjukkan arah gerak korban. (6) Dokter Forensik dapat pula mengetahui sumber perdarahan dari bercak darah yang diperiksanya. Darah yang berasal dari pembuluh balik, bercaknya akan berwarna merah gelap; sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi, bercak akan berwarna merah terang. Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau paruparu, selain bercaknya berwarna merah terang, juga berbuih; dan bila telah

mengering, bercak tersebut akan memberi bentuk seperti sarang tawon. Dalam kasus pembunuhan dan korban terpotong pembuluh nadinya cukup besar akan terdapat bercak kecil-kecil, menyemprot pada daerah yang jauh dari sumber perdarahan. (6) Akan halnya yang berasal dari pembuluh balik, darah biasanya membentuk genangan-genangan. Dalam kasus bunuh diri, darah dan bercak darah biasanya terdapat hanya di sekitar korban. Bila ditemukan bercak dan genangan darah tidak beraturan, sering tampak tanda-tanda bahwa korban berusaha menghindar atau korban diseret. Umur bercak darah juga dapat diketahui oleh dokter forensik. Pada bercak darah yang masih baru, bentuknya cair dan baunya agak amis. Dalam waktu 12-36 jam, darah akan mengering; sedangkan warna darah akan berubah menjadi cokelat dalam waktu 10-12 hari. Dalam prakteknya, dokter hanya mengatakan bahwa darah yang diperiksanya itu "sangat baru" (beberapa hari), "baru", "tua", dan "sangat tua" (beberapa tahun). (6) Dalam melakukan pemeriksaan bercak darah yang telah kering di tempat kejadian perkara atau pada barang bukti, seperti pisau, palu, atau tongkat pemukul, dokter harus memberi kejelasan kepada pihak penyidik dalam tiga hal pokok: pertama, apakah bercak tersebut memang benar bercak darah; kedua, jika betul bercak darah, apakah berasal dari manusia, dan; ketiga, golongan darahnya apa. (6)

Semen
Semen (ejakulat laki-laki) sebagai saksi diam merupakan barang bukti dalam kasus perkosaan ataupun pencabulan. Selain semen, diperiksa juga korban perkosaannya untuk menentukan adanya perkosaan ataupun tanda-tanda kekerasan. Dalam pengambilan barang bukti semen/sperma, barang bukti yang diperlukan, yaitu : 1. 2. Noda-noda pada pakaian korban, sprei dan lain-lain. Cairan yang dikeluarkan dari dalam vagina(3) Pengawetan barang bukti yang mengandung noda-noda air mani dibiarkan kering di udara dan ditaruh di tempat yang bersih. (3) Adanya ejakulat laki-laki dalam liang senggama perempuan yang diambil dengan sedotan maupun kapas lidi, merupakan tanda pasti adanya persetubuhan, 4

tetapi ini belum tentu dari pelaku, misalnya bila korban telah bersetubuh dengan laki-laki lain seperti suami atau pacar sebelumnya. Sperma masih tampak bergerak 5 jam sesudah persetubuhan dan masih bisa didapat 3 hari post coitus. Berbagai penelitian tentang angka ini memberikan hasil berbeda. Pada orang mati, sperma masih bisa didapati sampai 14 hari (dilihat dengan pewarnaan khusus). Akan tetapi pada setiap persetubuhan tidak selalu timbul hal-hal seperti yang tersebut di atas dan bila tidak lengkap belum berarti tidak terjadi persetubuhan. (1)

Rambut
Rambut memiliki nilai bukti penting dalam pemeriksaan jenazah (trace evidance). Rambut agak tahan terhadap temperatur & pembusukan. Rambut menjadi saksi diam yang digunakan untuk identifikasi korban dan pelaku kejahatan. Yang perlu diperiksa : 1. 2. 3. 4. 5. Struktur rambut, apakah rambut atau hanya serat. Bila benar rambut, apakah rambut manusia atau binatang Bila rambut manusia, tentukan suku bangsa (ras), umur, jenis Adakah hubungan rambut dengan kejadian. Bila rambut jenazah, tentukan lamanya sesudah kematian. (7)

kelamin, lokasi, hal lain sesuai kejadian.

Sidik Jari
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari, baik yang sengaja diambil atau dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah terpegang atau tersentuh dengan kulit telapak tangan atau kaki. (7) Bila catatan sidik jari seseorang ada, maka mudah untuk diidentifikasi. Pertama kali dactylography ini ditemukan oleh Herschel, tapi Sir Francis Balton adalah orang pertama yang mengambil tanda-tanda ibu jari dan jari-jari lain untuk identitas seseorang dan membuat golongan-golongannya. Cap jari adalah saluransaluran kulit dan proi-pori ini bersifat tetap dan tidak berubah seumur hidup. Setiap jari tangan memiliki gambaran yang lain. Kemungkinan gambatan sidik jari yang 5

sama dari 2 orang barlainan adalah 1 : 64.000.000. Jadi tanda tersebut dianggap tanda pasti untuk identitas seseorang. (1) Menurut Sir Francis Galton (1822 1911), golongan sidik jari yaitu : a. Arch (busur) - 5 % dari seluruh sidik jari 1. plain arch 2. tented arch b. Loop (sangkutan) 60-65 % dari seluruh sidik jari 1. ulnar loop 2. radial loop c. Whorl (lingkaran)- 30-35 % dari seluruh sidik jari 1. plain whorl 2. central pocket loop whorl 3. double loop whorl 4. accidental(7) d. Composite (twin loop) (1) Jenis sidik jari, yaitu : 1. Visible impression (langsung terlihat) 2. Latent impression (tidak langsung terlihat, sidik jari di TKP) 3. Plastic impression (sidik jari pada benda lunak) (7) Pengambilan sidik jari dilakukan dengan menggunakan ransel kit identifikasi yang berisi 24 alat, di antaranya seperti kuas, meteran, serbuk, pinset, gunting, sarung tangan, masker, magnifier, hinger filter, kantong barang bukti, AK-23, alat pendeteksi sidik jari Polylight. (7)

Barang Bukti pada Kasus Penembakan


Untuk menceritakan apa yang dilihat oleh peluru sebagai saksi diam, perlu diketahui ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan peluru, yaitu Balistik. Balistik adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gerakan, perilaku, dan efek proyektil, terutama peluru, atau disebut juga sebagai ilmu pengetahuan atau seni merancang dan melontarkan proyektil agar sesuai dengan capaian yang diharapkan. (7)

Balistik dibagi ke dalam: 1. 2. 3. 4. 5. Balistik internal, studi dari proses proyektil, sebagai contoh jalan Transisi balistik, studi dari perilaku proyektil ketika meninggalkan Balistik eksternal, studi dari jalan lintasan menyangkut proyektil Terminal balistik, studi dari interaksi suatu proyektil dengan Dalam bidang ilmu pengetahuan forensik, balistik forensik lintasan suatu peluru sampai melalui barrel suatu senapan. barrel dan tekanan di belakang proyektil. sampai melalui ruang tertentu targetnya, apakah itu daging, baja karena suatu anti-tank, atau lain sebagainya. merupakan ilmu pengetahuan tentang senjata api dan pemakaiannya dalam kejahatan. Balisitik forensik melibatkan analisa dampak peluru dan peluru untuk menentukan kaliber dan jenis dari senjata api menembak. (7) Dalam kasus pidana dengan senjata api perlu diambil barang-barang bukti berupa : senjata api, anak peluru, selongsong peluru, mesiu, peluru, pecahan logam yang berkaitan. (3) 1) Senjata Api a. Pada senjata api mungkin ditemukan sidik jari dari orang yang menggunakan senjata tersebut. Memungut senjata api di TKP jangan ceroboh, harus hati-hati dan jangan sampai merusak/menghilangkan sidik jari tersebut atau menambah sidik jari. b. Pada ujung laras senjata api mungkin didapati sisa-sisa mesiu, darah, sobekan kain ataupun kulit/rambut/daging, maka harus dijaga jangan sampai rusak/hilang atau ujung larasnya kemasukan kotoran-kotoran lain. 2) Anak Peluru Anak peluru bukti mungkin didapatkan di tubuh korban atau di sekitar TKP. Anak peluru yang ditemukan jangan sampai mengalami perubahan. Anak peluru diambil dengan menggunakan telunjuk dan ujung ibu jari memegang pada kedua ujung anak peluru tersebut, jangan pada badannya. 3) Selongsong Peluru Selongsong peluru yang ditemukan jangan sampai mengalami perubahan terutama pada bahagian dasar (pantatnya).

4) Mesiu Sisa mesiu yang ditemukan sangat besar artinya terutama dalam peristiwa pembunuhan atau bunuh diri. Mesiu yang ditemukan diambil dengan cara memberikan parafin pada tangan atau dengan menggunakan asam nitrat 5%. 5) Peluru Peluru mungkin didapatkan karena peluru tersebut belum dipakai. Peluru yang ditemukan di pistol tidak perlu dikeluarkan. 6) Pecahan logam Pecahan logam yang diambil, kasus yang ada hubungannya dengan senjata api, atau peluru(3) Dalam kasus luka tembak sangat penting untuk mengetahui dari senjata api mana peluru tersebut ditembakkan. Selongsong juga berguna untuk identifikasi. Walaupun dokter tidak melakukan pemeriksaan terhadap peluru, tetapi peranan dokter akan memengaruhi hasil pemeriksaan benda bukti di laboratorium, karena dokter yang kurang hati-hati bisa membuat goresan baru yang akan mengacaukan pemeriksaan identifikasi peluru. (1) Identifikasi senjata api dapat dilakukan melalui selongsong yaitu mencocokkan goresan-goresan akibat : alat penarik peluru alat pembuang peluru goresan-goresan akibat gerendel penutup peluru goresan pasak peluru (slagpin) (1)

Oleh karena itu, jangan mengambil anak peluru maupun selongsong menggunakan alat-alat seperti tang, obeng, pinset, scapel, dan lainnya, karena alatalat tersebut akan menimbulkan goresan yang dapat mengacaukan pemeriksaan. (1) Pada korban hidup, anak peluru dalam tubuh tidak selalu dikeluarkan, tergantung dari lokasi anak peluru dan resiko operasi untuk mengeluarkannya. (1)

Serangga
Aktivitas serangga, dalam hal ini yang sering digunakan adalah lalat, dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan menentukan umur

serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Sehingga lalat dapat membantu bercerita tentang kapan kejadian perkara terjadi. (1) Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari. (8)

Daftar Pustaka
1. Amir A, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Percetakan Ramadhan, Medan, 2006. Hal : 2-4; 101-2; 152-3; 228. 2. Hasil Uji Forensik, Saksi Diam yang Bisa Berbicara Banyak. Hukum Online. 3. Sitompul 2008. E, Diperoleh Pengambilan dari : http://hukumonline.com/detail.asp? Barang Bukti untuk id=18467&cl=Berita dan Pengawetan Pemeriksaan Secara Laboratoris Kriminalistik, Dalam : Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 80. Jakarta. 1992. Diperoleh dari : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PengambilandanPengawetanBara ngBuktiuntukPemeriksaanLabs.pdf/10_PengambilandanPengawetanBarang BuktiuntukPemeriksaanLabs.html 4. Corpus Delicti. Wikipedia The Free Encyclopedia. 2008. Diperoleh dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Corpus_delicti 5. Amir A, Autopsi Medikolegal Edisi Kedua, Percetakan Ramadhan, Medan. 2008, Hal : 5. 6. Idries, Munim A, Bercak Darah dalam Kasus Udin, D & R, 1996. Diperoleh dari : http://www.tempo.co.id/mingguan/38/n_kolom2.htm 7. Effendi, Kriminalistik, EffendiBlogspot, 2006, Diperoleh dari : http://teeffendi-kriminologi.blogspot.com/ 8. Yasin, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal : Tanatologi, Yasinblogspot, dan_22.html 2008, Diperoleh dari : http://yasinfadillah.blogspot.com/2008/05/ilmu-kedokteran-forensik-

10

Anda mungkin juga menyukai