Anda di halaman 1dari 4

Astigmatisme (silinder)

Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik . Umumnya setiap orang memiliki astigmatisme ringan Pada astigmatisme dapat dilihat berbagai faktor di bawah ini): 1) Lengkungan jari-jari pada satu meridian kornea lebih panjang dibanding jari-jari meridian yang tegak lurus padanya. 2) Pembiasan sinar pada mata tidak sama pada semua bidang atau meridian. 3) Astigmatisme disebabkan karena pembiasan sinar yang tidak sama pada berbagai sumbu penglihatan mata. 4) Keadaan dimana terjadi mata lebih rabun jauh pada salah satu sumbu (misal 90 derajat) dibanding sumbu lainnya (180 derajat). Astigmatisme merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmatisme mata tersebut. Astimatisme biasanya bersifat diturunkan sejak lahir.Astigmatisme biasanya berjalan dengan myopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama hidup. Pada usia pertengahan, kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga astigmatisme menjadi astigmatism against the rule (astigmatisme tidak lazim) Astigmatisme juga dapat terjadi akibat jaringan parut pada kornea atau setelah pembedahan mata. Jahitan yang terlalu kuat pada bedah mata dapat mengakibatkan perubahan pada permukaan kornea. Bila dilakukan pengencangan dan pengenduran jahitan pada kornea maka dapat terjadi astigmatisme akibat terjadi perubahan kelengkungan kornea Dikenal beberapa bentuk astigmatisme seperti astigmatisme regular dan astigmatisme iregular Astigmatisme regular adalah suatu keadaan refraksi dimana terdapat dua kekuatan pembiasan yang saling tegak lurus pada sistem pembiasan mata. Hal ini diakibatkan kornea yang mempunyai daya bias berbeda-beda pada berbagai meridian permukannya. Astigmatisme ini memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmatisme regular dengan bentuk teratur dapat berbentuk garis, lonjong, atau lingkaran Astigmatisme iregular yaitu astigmatisme yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus. Astigmatisme ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi iregular. Astigmatisme iregular terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi, atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda

Astigmatisme lazim (astigmat with the rule) adalah suatu keadaan kelainan refraksi astigmatisme regular dimana koreksi dengan silinder negatif dengan sumbu horizontal (45-90 derajat). Keadaan ini lazim didapatkan pada anak atau orang muda akibat perkembangan normal dari serabutserabut kornea Astigmatisme tidak lazim (astigmat against the rule) adalah suatu keadaan kelainan refraksi astigmatisme regular dimanana koreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-150 derajat). Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertikal. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut . Seseorang dengan astigmatisme akan memberikan keluhan seperti: a. Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik b. Melihat ganda dengan satu atau kedua mata c. Melihat benda yang bulat menjadi lonjong d. Pada astigmatisme, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat e. Bentuk benda yang dilihat berubah f. Mengecilkan celah kelopak mata g. Sakit kepala h. Mata tegang dan pegal i. Mata dan fisik lelah j. Astigmatisme tinggi (4 8 D) yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan ambliopia.

Untuk memperbaiki kelainan astigmatisme diberikan lensa silinder dengan cara coba-coba, cara pengabur, ataupun cara silinder bersilang. Pengobatan astigmatisme iregular dengan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh atau lensa kontak lembut bila disebabkan infeksi, trauma, dan distrofi untuk memberikan efek permukaan yang regular. Pemeriksaan mata dengan astigmatisme dipergunakan alat berikut: a. Cakram Placido, alat yang memproyeksikan sel lingkaran konsentris pada permukaan kornea. Dengan alat ini dapat dilihat kelengkungan kornea yang regular (konsentris), iregular kornea, dan adanya astigmatisme kornea b. Juring atau kipas astigmatisme, yaitu garis berwarna hitam yang disusun radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih, dipergunakan untuk pemeriksaan subjektif ada dan besarnya kelainan refraksi astigmatisme. Selain itu, untuk menentukan adanya astigmatisme terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen. Periksa kelainan refraksi miopia atau hipermetropia yang ada. Untuk mengetahui kelengkungan setiap meridian kornea dilakukan dengan keratometri, dengan mengingat hukum Javal .Hukum Javal untuk keratometer, dimana disebut pada setiap penilaian keratometer harus diingat : 1. Pada astigmat with the rule (penderita dengan silinder minus sumbu 180), tambahkan astigmatisme yang ditemukan dengan 25% dan kurangi dengan 0,50 D untuk koreksi astigmatismenya. 2. Pada astigmat against the rule (penderita dengan silinder minus sumbu 90), tambahkan astigmatisme yang ditemukan dengan 25% dan tambahkan dengan 0,50 D untuk koreksi atigmatismenya. Tindakan bedah refraksi yang dapat dilakukan pada penderita astigmatisme yaitu Lasik, PRK, dan Lasek (laser-assisted subepithelial keratomileusis) . Cara mengatasi astigmat regular : memberikan kacamata silinder dengan ukuran yang akan mengimbangi atau berlawanan dengan kelengkungan selaput beningan yang mengakibatkan silinder. Astigmat ireguler : astigmat yang terjadi tidak mempunyai dua meridian yang saling tegak lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma ireguler terjadi akibat infeksi kornea,trauma dan distrofi atau akibat selaput bening. Cara mengatasi astigmat ireguler: dengan menggunakan lensa kontak sehingga sinar akan dapat dibiaskan pada permukaan lensa kontak dan masuk ke dalam bola mata dengan teratur.Kadang-kadang perlu dilakukan pencangkokan selaput bening atau keratoplasti untuk menghilangkan jaringan parut yang mengganggu penglihatan.

Terapi
Astigmat bisa diperiksa dengan cara pengaburan (fogging technique of refraction) yang menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba, dan kipas astigmat. Pemeriksaan astigmat ini menggunakan teknik sebagai berikut yaitu: 1.Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter, 2.Pada mata dipasang bingkai percobaan, 3.Satu mata ditutup, 4.Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, 5.Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S + 3.00) untuk membuat pasien mempunyai kelainan refreksi astigmat miopikus, 6.Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat, 7.Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat, 8.Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S( + 3.00) diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat menentukan garis mana yang terjelas dan terkabur, 9.Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya dengan garis yang terjelas sebelumnya, 10.Bila sudah dapat melihat garis-garis pada kipas astigmat dengan jelas,lakukan tes dengan kartu Snellen, 11.Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa (+) yang diberikan terlalu berat,sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau menambah lensa (-), 12.Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah perlahanlahan hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6. Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-) yang dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas. Sedangkan untuk mengoreksi astigmat dapat dilakukan dengan trial and error untuk menemukan lensa sferis yang cocok untuk mengoreksi pembiasan pada salah satu bidang. Setelah itu lensa silindris tambahan digunakan untuk mengoreksi kelainan pada bidang yang lain. Untuk hal terakhir ini, sumbu dan kekuatan lensa silindris yang diperlukan harus ditetapkan. Ada beberapa cara untuk menentukan sumbu dari bidang yang abnormal pada sistem lensa mata. Salah satu cara adalah dengan menggunakan alat yang bergambar garis-garis hitam paralel secara vertikal maupun horizontal (kartu Snellen yang telah dijelaskan di atas). Setelah mencoba mengoreksi dengan berbagai lensa sferis, diperoleh lensa yang sesuai sehingga salah satu garis menjadi jelas terlihat oleh mata yang astigmat, tetapi garis yang tegak lurus terhadap garis yang terlihat tegas ini malah menjadi kabur. Dari prinsip-prinsip fisika optik dapat terlihat bahwa sumbu bidang silindris mata yang tidak terfokus adalah sejajar lensa silindris (+) atau (-) yang kekuatannya sesuai, dan kemudian diletakkan pada sumbu lensa ini sejajar dengan garis yang tidak terfokus,sampai semua garis sama jelasnya. Setelah ini tercapai, pemeriksa meminta ahli optik untuk membuat lensa khusus yang mengalami koreksi sferis disertai koreksi silindris pada sumbu yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai