Anda di halaman 1dari 2

EMPO Interaktif, Jakarta - Produsen barang konsumsi asal Amerika Serikat PT Procter & Gamble (P&G) berharap bisa

mendapatkan pasokan lemak alkohol (fatty alcohol) sebesar 200 ribu metrik ton dari Indonesia. Pasokan lemak itu dibutuhkan untuk sebagai salah satu bahan baku kosmetik perusahaan tersebut. "Untuk antisipasi kebutuhan 200 ribu metrik ton fatty alcohol hingga 10 tahun mendatang dengan syarat memenuhi standar RSPO," kata Presiden Direktur P&G Indonesia Muhammad Ismail dalam suratnya pada Menteri Perindustrian MS Hidayat, Senin (23/5). Apalagi saat ini konsumen P&G saat ini telah mencapai 4 miliar dan ditargetkan bisa mencapai 5 miliar pada 2015. Hari ini direksi P&G dan MS Hidayat bertemu untuk membahas persoalan tersebut. Dalam pertemuan tersebut, kata Hidayat, P&G tidak hanya meminta jaminan pasokan langsung fatty alcohol, tapi juga fatty acid, dan vegetable oil dari Indonesia untuk mendukung global supply chain mereka. Indonesia dianggap potensial karena merupakan produsen crude palm oil (CPO) dan crude palm kernel oil (CPKO) terbesar di dunia. Untuk keperluan itu P&G telah menyiapkan dana sebesar US$ 100 juta. "Mereka bilang jika dibutuhkan dana tersebut bisa bertambah," katanya. Dalam kesempatan itu, Hidayat menawarkan P&G untuk berinvestasi di industri hilir oleochemical Indonesia. "Dari pada hanya membeli bahan baku mentah. Tawaran investasi bersama itu ditujukan untuk pembangunan pabrik di Sei Mangke dan Riau. "Saya tawarkan kerja sama melalui skema PPP (public private partnership) dengan PTPN III untuk membangun industri downstream kelapa sawit, apalagi saat ini mayoritas produksi CPO di Sumatera telah berstandar RSPO, kalau P&G mau membangun hilirisasi oleokimia di sana, bisa mendapatkan pasokan bahan baku yang sesuai RSPO" katanya. Tawaran investasi gabungan di pulau Sumatera tersebut juga terkait dengan program pemerintah yang memfokuskan pembangunan industri hilir kelapa sawit di Sei Mangke dan Riau. Pemerintah menjanjikan sejumlah insentif bagi investor yang bersedia berinvestasi di wilayah ekonomi khusus tersebut. Saat ini Indonesia telah menjadi produsen CPO terbesar dengan kapasitas produksi mencapai 20,3 juta ton per tahun. Sedangkan, produksi CPKO tahun 2010 mencapai 2,5 juta ton. Namun ekspor CPO dan CPKO kita masih didominasi oleh produk mentah hingga 60 persen," katanya. Akibatnya, nilai tambahnya dinikmati oleh negara lain. Karena itu pemerintah terus berusaha memacu pertumbuhan industri hilir kelapa sawit melalui Master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). "Presiden akan men-declare MP3EI pada 27 Mei nanti, salah satunya adalah di Sei Mangke dan Riau," ucapnya.

Terkait dengan industri fatty alcohol saat ini baru ada 3 perusahaan yang memproduksinya yaitu PT Ecogreen Oleochemical, PT Musim Mas, dan PT Bakrie Sumatera Plantation dengan kapasitas total 383 ribu ton per tahun. Selain itu juga sedang ada pembangunan pabrik fatty alcohol di Gresik oleh Wilmar Group yang direncanakan bisa memproduksi 480 ribu ton per tahun. Jika P&G jadi masuk dan bersedia melakukan join investasi diharap produksi industri oleochemical dalam negeri akan bertambah besar. External Relations Director PT P&G Indonesia Bambang Sumaryanto enggan berkomentar mengenai tawaran investasi tersebut. Meski begitu ia mengakui bahwa kunjungan tersebut juga dalam rangka eksplorasi peluang investasi di Indonesia.

http://www.tempo.co/read/news/2011/05/23/090336212/PG-Minta-Jaminan-Pasokan-Lemak-Alkohold

Anda mungkin juga menyukai