Anda di halaman 1dari 30

Budidaya Cabai Pendahuluan Cabe (Capsicum Annum varlongum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai

ekonomi penting di Indonesia. Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan produksi cabai merah yang lebih kompetitif, diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen yang tepat. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industry makanan dan industri obat-obatan atau jamu. Buah cabe ini selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani. Disamping itu tanaman ini juga berfungsi sebagai bahan baku industri, yang memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja.

Jenis-jenis Cabe Saat ini telah banyak benih cabe hibrida yang beredar di pasaran dengan nama varietas yang beraneka ragam dengan berbagai keunggulan yang dimiliki. Beberapa jenis cabe yang telah dirilis adalah: Jet set, Arimbi, Buana 07, Somrak, Elegance 081, Horison 2089, Imperial 308 dan Emerald 2078. Dan untuk cabe hibrida keriting diantaranya, Papirus, CTH 01, Kunthi 01, Sigma, Flash 03, Princess 06 dan Helix 036, dan untuk cabe rawit hibrida adalah Discovery.

a. Tanjung-1      Potensi hasil 18 ton/ha Warna buah merah Panjang buah 10 cm Cocok untuk dataran rendah Toleran terhadap hama pengisap daun

b. Tanjung-2   Potensi hasil 12 ton/ha Cocok untuk dataran rendah

c. Lembang-1   Potensi hasil 9 ton/ha Cocok untuk dataran tinggi

Selain itu untuk jenis-jenis cabe lainnya yang dibudidayakan adalah cabe paprika dan cabe rawit. Sedangkan cabe hias untuk tanaman hias penambah nilai estetika

Syarat Tumbuh Tanah  Tanah berstruktur remah/gembur dan kaya akan bahan organik.  Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 - 7,0  Tanah tidak becek/ ada genangan air  Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan. Iklim  Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.  Suhu udara 16 - 32 C  Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar matahari cukup (10 - 12 jam).

Teknis Budidaya Penyiapan Benih Benih cabe dapat dibuat sendiri dengan cara sebagai berikut:  Pilih buah cabe yang matang (merah)  Bentuk sempurna, segar  Tidak cacat dan tidak terserang penyakit.  Kemudian keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara memanjang  Cuci biji lalu dikeringkan.  Kemudian pilih biji yang bentuk, ukuran dan warna seragam, permukaan kulit bersih, tidak keriput dan tidak cacat.

 Bila kesulitan membuat sendiri, benih cabe dapat dibeli di toko pertanian setempat.  Benih yang akan ditanam diseleksi dengan cara merendam dalam air, biji yang terapung dibuang.

Persemaian Sebelum tanam di tempat permanen, sebaiknya benih disemai dulu dalam wadah semai yang dapat berupa bak plastik atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang dilubangi bagian dasarnya untuk pengaturan air (drainase). Persiapannya adalah sebagai berikut: 1. Isikan dalam wadah semai media berupa tanah pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Untuk menghilangkan gangguan hama berikan pestisida sistemik di tanah dengan takaran 10 gr/m2. Media ini disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian benih. 2. Benih yang akan ditanam, sebelumnya direndam dalam air hangat (50 derajat Celcius) selama semalam. 3. Tebarkan benih secara merata di media persemaian, bila mungkin beri jarak antar benih 5 x 5 cm sehingga waktu tanaman dipindah/dicabut, akarnya tidak rusak. Usahakan waktu benih ditanam diatasnya ditutup selapis tipis tanah. Kemudian letakkan wadah semai tersebut di tempat teduh dan lakukan penyiraman secukupnya agar media semai tetap lembab.

Pembibitan  Benih yang telah berkecambah atau bibit cabe umur 10-14 hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun) sudah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan.

 Siapkan tempat pembibitan berupa polybag ukuran 8 x 9 cm atau bumbungan dari bahan daun pisang sehingga lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran tanah, pasir dan pupuk kandang.  Pindahkan bibit cabe ke wadah pembibitan dengan hati-hati. Pada saat bibit ditanam di bumbungan, tanah di sekitar akar tanaman ditekan-tekan agar sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat teduh dan sirami secukupnya untuk menjaga kelembabannya. Pembibitan ini bertujuan untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat pemindahan ke tempat terbuka di lapangan atau pada polybag Pemindahan bibit baru dapat dilakukan setelah berumur 30-40 hari.

Persiapan Media Tanam dalam Polybag 1. Siapkan polybag tempat penanaman yang berlubang kiri kanannya untuk pengaturan air. 2. Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 sebanyak 1/3 volume polybag. Tambahkan pestisida sistemik 2-4 gr/tanaman untuk mematikan hama pengganggu dalam media tanah. 3. Masukkan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam polybag setinggi 1/3 nya. 4. Tambahkan pupuk buatan sebagai pupuk dasar yaitu 10 gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3 bagian dari campuran 10 gr Urea + 20 gr ZA per tanaman (2/3 bagiannya untuk pupuk susulan). Biarkan selama 3 hari.

Penanaman di Lapangan  Siapkan bedengan yang dicampur dengan pupuk kandang  Jika pH tanah rendah (4-5) maka lakukan terlebih dahulu pengapuran. Pengapuran dilakukan bersamaan dengan pembuatan bedengan sebarkan  Tutup bedengan dengan mulsa plastik.  Gunakan kaleng yang diberi arang untuk melubanginya.  Pindahkan hati-hati bibit ke dalam lubang tanam.

Penanaman 1. Pilih bibit cabe yang baik yaitu pertumbuhannya tegar, warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama penyakit. 2. Tanam bibit tersebut di polybag penanaman. Wadah media bibit harus dibuka dulu sebelum ditanam. Hati-hati supaya tanah yang menggumpal akar tidak lepas. Bila wadah bibit memakai bumbungan pisang langsung ditanam karena daun tersebut akan hancur sendiri. Tanam bibit bibit tepat di bagian tengah, tambahkan media tanahnya hingga mencapai sekitar 2 cm bibir polybag. 3. Padatkan permukaan media tanah dan siram dengan air lalu letakkan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung.

Pemeliharaan Penyiraman Lakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga kelembaban media tanah.

Pemupukan Lakukan pemupukan susulan : Pupuk Kimia Umur 30 hari setelah tanam : 5 gr KCl per tanaman. Umur 30 dan 60 hari Setelah tanam : masing-masing 1/3 bagian dari sisa campuran Urea dan ZA pada pemupukan dasar.

Perompesan Perompesan adalah pembuangan cabang daun di bawah cabang utama dan buang bunga yang pertama kali muncul.

Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma Hama Untuk mengendalikan hama lalat buah penyebab busuk buah, pasang jebakan yang diberi Antraxtan. Sedang untuk mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips, Aphid dengan insektisida. Jenis-jenis hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun dan trips. Kutu daun menyerang tunas muda cabai secara bergerombol. Daun yang terserang akan mengerut dan melingkar. Cairan manis yang dikeluarkan kutu, membuat semut dan embun jelaga berdatangan. Embun jelaga yang hitam ini sering menjadi tanda tak langsung serangan kutu daun.

Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz) dengan memberikan pestisida sistemik pada tanah sebanyak 60-90 kg/ha atau sekitar 2 sendok makan/10 m2 area. Apabila tanaman sudah tumbuh semprotkan insektisida. Serangan hama trips amat berbahaya bagi tanaman cabai, karena hama ini juga vektor pembawa virus keriting daun. Gejala serangannya berupa bercak-bercak putih di daun karena hama ini mengisap cairan daun tersebut. Bercak tersebut berubah menjadi kecokelatan dan mematikan daun. Serangan berat ditandai dengan keritingnya daun dan tunas. Daun menggulung dan sering timbul benjolan seperti tumor. Hama trips (Thrips tabaci) dapat dicegah dengan banyak cara yaitu:  Pemakaian mulsa jerami  Pergiliran tanaman  Penyiangan gulma atau rumputan pengganggu, dan menggenangi lahan dengan air selama beberapa waktu.  Pemberian pestisida sistemik pada waktu tanam seperti pada pencegahan kutu daun mampu mencegah serangan hama trip juga. Akan tetapi, untuk tanaman yang sudah cukup besar, dapat disemprot dengan insektisida.

Penyakit Untuk penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunakan fungisida seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masing-masing obat tersebut dapat dilihat pada labelnya. Adapun jenis-jenis penyakit yang banyak menyerang cabai antara lain antraks atau patek yang disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora capsici), dan yang cukup berbahaya ialah keriting daun (TMV, CMVm, dan virus lainnya). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercak-bercak pada buah, buah kehitaman dan membusuk, kemudian rontok. Gejala serangan keriting daun adalah:  Bercak daun ialah bercak-bercak kecil yang akan melebar  Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang.  Daun berubah kekuningan lalu gugur.  Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar.

Selain penyakit keriting daun, penyakit lainnya dapat dicegah dengan penyemprotan fungisida Dithane M 45, Antracol, Cupravit, Difolatan. Konsentrasi yang digunakan cukup 0,2-0,3%. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman dicabut dan dibakar. Pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.

Panen dan Pasca Panen Panen Panen cabai yang ditanam didataran rendah lebih cepat dipanen dibandingkan dengan cabai dataran tinggi. Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat dilakukan pada umur 70-75 hari. Sedang di dataran tinggi panen baru dapat dimulai pada umur 4-5 bulan. Setelah panen pertama, setiap 3-4 hari sekali dilanjutkan dengan panen rutin. Biasanya pada panen pertama jumlahnya hanya sekitar 50 kg. Panen kedua naik hingga 100 kg. Selanjutnya 150, 200, 250, hingga 600 kg per hektar. Setelah itu hasilnya menurun terus, sedikit demi sedikit hingga tanaman tidak produktif lagi. Tanaman cabai dapat dipanen terus-menerus hingga berumur 6-7 bulan. Cabai yang sudah berwama merah sebagian berarti sudah dapat dipanen. Ada juga petani yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau). Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan/tangkai tanaman tidak patah. Kriteria panennya saat ukuran cabai sudah besar, tetapi masih berwama hijau penuh.

Penentuan umur panen Umur panen cabe biasanya 70-90 hari tergantung varietasnya, yang ditandai dengan 60% cabe sudah berwarna merah. Untuk dijadikan benih maka cabe dipanen bila buah sudah menjadi merah semua.

Budidaya Tanaman Tomat

Pendahuluan Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Apabila dilihat dari ratarata produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha (Kartapradja dan Djuariah, 1992). Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien. Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi oleh Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian telah dilepas varietas tomat untuk dataran rendah, yaitu Ratna, Berlian, Mutiara serta beberapa varietas lainnya (Purwati dan Asga, 1990). Namun seringkali terjadi penanaman tomat tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tomat yang semakin tinggi maka penelitian perlu diarahkan untuk meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat dengan menanam varietas-varietas unggul. Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya.

Jenis-jenis Tomat Terdapat ratusan kultivar tomat yang dibudidayakan dan diperdagangkan. Pengelompokan hampir selalu didasarkan pada penampilan atau kegunaan buahnya. Berdasarkan penampilan Terdapat buah tomat dengan kisaran warna dari hijau ketika masak, kuning, jingga, merah, ungu (hitam), serta belang-belang. Dari ukuran dan bentuk, orang mengenal kelompok tomat
y

granola yang bentuknya bulat dengan pangkal buah mendatar dan mencakup yang biasanya dikenal sebagai tomat buah (karena dapat dimakan langsung),

gondol yang biasa dibuat saus dengan bentuk lonjong oval (biasanya yang ditanam di Indonesia adalah kultivar 'Gondol Hijau' dan 'Gondol Putih', dan keturunan dari kultivar impor 'Roma') dan termasuk pula tomat buah,

sayur adalah tomat dengan buah biasanya padat dan dipakai untuk diolah dalam masakan

ceri (tomat ranti) yang berukuran kecil dan tersusun berangkai pada tangkai buah yang panjang.

Berdasarkan kegunaan Orang mengenal tomat buah, tomat sayur, serta tomat lalapan. Berdasarkan hal ini, fungsi tomat merupakan klasifikasi dari buah maupun sayuran, walaupun struktur tomat adalah struktur buah.

Syarat Tumbuh Iklim Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0-1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan. Suhu yang dikehendaki yaitu siang hari 24C dan malam hari antara 15C-20C. Pada temperatur tinggi (diatas 32C) warna buah tomat cenderung kuning, sedangkan pada temperatur yang tidak tetap (tidak stabil) warna buah tidak merata. Temperatur ideal antara 24 C - 28C. Curah hujan antara 750-125 mm/tahun, dengan irigasi yang baik. Iklim Kemasaman tanah sekitar 5.5 - 6.5, penyerapan unsur hara terutama fosfat, kalium dan besi oleh tanaman tomat.

Teknis Budidaya Persiapan Lahan Pilihlah lahan yang gembur dan subur dengan pengairan yang baik. Pilih juga lahan yang sebelumnya tidak ditanami dengan tomat atau tanaman lain yang masih dalam satu famili Solanaceae seperti cabai, terong, tembakau atau kentang untuk memutus siklus organisme pengganggu tanaman (OPT) . Tanah diolah sempurna, apabila pH tanah rendah tambahkan kapur pertanian dengan takaran 150 kg per 1. 000 meter persegi , disebar dan diaduk rata bersamaan dengan pengolahan tanah. Kemudian dibuat bedengan dengan lebar 120 160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal. Diantara bedengan dibuat parit dengan lebar 20-30 cm dengan kedalaman 30 cm.

Pupuk dasar perlu diberikan, biasanya terdiri dari 4 kg Urea/ZA, 7,5 kg TSP dan 4 kg KCl untuk setiap 1. 000 meter persegi atau jika memakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) takaranya kurang lebih 20 kg per 1000 meter persegi. Pupuk dasar dicampur merata dengan tanah di atas bedengan dan biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam. Lubang tanam dibuat dengan ukuran diameter kurang lebih 10 cm sedalam 15 cm dengan jarak antar lubang tanam 60 x 80 cm atau 60 x 50 cm di atas bedengan.

Persemaian Pilih benih tomat dari varietas unggul yang telah direkomendasikan. Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, kemudian masukkan dalam polibag. Masukkan benih satu per satu dalam polibag dan tutup tipis dengan tanah halus. Setelah benih berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dipindahkan dalam bumbunan daun pisang atau dikepeli yang berisi campuran media tanam. Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah). Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke lapangan.

Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) Beberapa keuntungan penggunaan mulsa plastik yaitu :  Mengurangi fluktuasi suhu tanah.  Mengurangi evaporasi tanah, sehingga kelembaban tanah dapat dipertahankan.  Mengurangi kerusakan (erosi) tanah karena air hujan.  Menekan pertumbuhan gulma, mengurangi pencucian hara terutama Nitrogen dan meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah.

 Mengurangi serangan hama pengisap (Thrips, tungau dan kutu daun) dan penyakit tular tanah (rebah kecambah dan akar bengkak).

Tanam Tanam dilakukan pada saat bibit berumur 3 4 minggu dengan daun 5-6 helai. Tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari. Buka polibag terlebih dahulu, kemudian masukan bibit pada lubang tanam sampai batas pangkal batang, ditimbun dengan tanah dengan agak ditekan dan siram dengan air. Untuk bibit yang mati, rusak atau pertumbuhan nya tidak normal lakukan penyulaman maksimal sampai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST) dan lakukan pengairan/penyiraman setap hari sampai tanaman tumbuh normal. Segera pasang ajir agar tidak merusak perakaran tanaman dengan ketinggian ajir 1 1,5 m.

Pemupukan Tanaman. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 MST dengan Urea dan KCl dengan perbandingan 1 : 1 dengan takaran 1-2 gram per tanaman. Pupuk diberikan 3 cm di sekeliling tanaman, tutup kembali dengan tanah dan siram air. Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 MST dengan pupuk yang sama dengan takaran 5 gr , diberikan 5 cm sekeliling batang tanaman. Pemupukan selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST dengan pupuk yang sama dengan takaran 7 gram per tanaman, diberikan 7 cm sekeliling tanaman. Pupuk organik cair dapat diaplikasikan setiap 7 hari sekali dengan cara disemprotkan dengan takaran sesuai rekomendasi.

Penyiangan dan Pembumbunan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam (HST) bersamaan dengan penggemburan dan pemupukan susulan diikuti pengguludan tanaman. Penyiangan dan pembumbunan selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 40 45 HST.

Pengajiran Untuk menopang tanaman agar tidak mudah roboh, tanaman yang telah mencapai ketinggian 10 15 cm harus segera diikat pada ajir. Pengikatan diakukan kembali setiap tanaman bertambah tinggi kurang lebih 20 cm. Tanaman diikat dengan bentuk seperti angka 8 dengan tali plastik (rafia/rumput jepang), sehingga tanaman tidak rusak tergesek oleh ajir.

Pembuangan Tunas / Perempelan. Perempelan atau pembuangan tunas yang tidak produktif dilakukan setiap minggu dan hanya mempertahankan 3 cabang utama untuk setiap tanaman. Perempelan ini bertujuan untuk merangsang pembungaan pada saat tanaman berumur 32 HST. Sebaiknya perempelan dilakukan pada pagi hari agar luka cepat mengering sehingga tidak menjadi tempat masuknya penyakit. Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Beberapa jenis OPT penting yang menyerang tanaman tomat antara lain Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.), Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.), Aphid, Trips, Nematoda, penyakit yang disebabkan oleh cendawan seperti layu fusarium, bercak daun, busuk daun dan Antraknosa. Hama 1. Ulat Tanah (Agrotisipsilon hufn.) Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae y Gejala : Terpotongnya pangkal batang tanaman muda yang baru ditanam di lapangan, menyebabkan tanaman roboh terpotong sering terjadi awal musim kemarau. Ulat tanah ini bersifat polifag, sehingga mempunyai banyak tanaman inang seperti tomat, kentang, cabe, kubis, jagung dll yang masih muda. y Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 10 % populasi tanaman, y Pengendalian  Cara kultur teknis Penanaman bibit tanaman yang toleran atau resisten terhadap serangan ulat tanah.  Cara fisik dan mekanis dengan sanitasi disekitar tanaman,mengumpulkan dan membunuh ulat langsung,  Cara biologis Memanfaatkan musuh alami parasitoid, seperti Apanteles ruficrus dan Tritaxys braueri.

Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.  Cara kimiawi Apabila cara pengendalian lainnya tidak mampu menekan populasi serangan ulat tanah, aplikasi insektisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi.

2. Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.) y Gejala Ulat melubangi buah, buah yang terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah. y Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 10 % populasi tanaman,. y Pengendalian  Cara kultur teknis  Cara fisik dan mekanis  Cara biologis y y Memanfaatkan musuh alami parasitoid, predator dan patogen. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.

 Cara kimiawi aplikasi insektisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi.

3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.) Ordo : Homoptera Famili : Aphididae  Gejala

Berupa bercak nekrotik pada daun yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun dihisap nimfa dan serangga dewasa,merupakan vektor TLCV ( Tomato Leaf Curl Virus)  Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 10 % populasi tanaman,.  Pengendalian y y y Cara kultur teknis Cara fisik dan mekanis Cara biologis Memanfaatkan musuh alami parasitoid seperti Encarsia sp., dan predator seperti Scymnus, sp., Menochillus sp., dan Amblyseius sp. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif. y Cara kimiawi Aplikasikan insektisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi.

Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) a. Gejala ulat grayak menyerang epidermis dengan meninggalkan bagian atas daun hingga barupa bercak-bercak putih menerawang. Serangan larva dewasa menyebabkan daun sampai berlubang, bahkan sampai tulang daun. b. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 10 % populasi tanaman. c. Pengendalian

Cara kultur teknis Cara fisik dan mekanis Cara biologis Memanfaatkan musuh alami parasitoid, seperti Telenomus spodopterae Dodd (Sceliomidae), (Tachinidae). Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif. Cara kimiawi Aplikasi insektisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi. Micropitis similes (Eulopidae) dan Peribaea sp.

Penyakit Layu Bakteri Penyebab : Bakteri (Ralstonia solanacearum) Gejala  Daun layu disertai dengan warna menguning, diawali dari salah satu pucuk daun atau cabang tanaman, umumnya terjadi pada tanaman berumur sekitar 6 minggu.

 Gejala lanjut daun layu secara menyeluruh dan berwarna coklat diikuti dengan matinya tanaman.  Bila batang tanaman terserang dipotong akan tampak garis vaskuler berwarna gelap, bila potongan batang tersebut dimasukkan ke dalam air bening akan mengeluarkan eksudat berupa lendir berwarna putih keabu-abuan. Pada fase serangan ringan keadaan tersebut tidak tampak.  Eksudat dapat ditemukan pada akar ditandai dengan menempelnya tanah pada bagian akar tersebut.  Kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan patogen adalah suhu 27C, cuaca kering dan curah hujan yang banyak. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 5 % populasi tanaman, jika di pertanaman terdapat gejala serangan. Pengendalian  Cara kultur teknis  Cara fisik dan mekanis  Cara biologis Memanfaatkan musuh alami patogen antagonis, seperti Pseudomonas flurescens yang diaplikasikan pada permukaan bedengan secara merata saat tanaman berumur 15 hst. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.  Cara kimia Memberi perlakuan benih sebelum ditanam dengan bakterisida selektif dan efektif.

Apabila cara pengendalian lainnya tidak mampu menekan serangan layu bakteri sampai mencapai 5 %, aplikasi bakterisida selektif dan efektif sesuai dosis/konsentrasi yang direkomendasi.

Layu Fusarium Penyebab : Cendawan (Fusarium solani) Gejala Daun tampak layu dimulai dari daun bawah berkembang ke daun atas. kemudian menguning dan akhirnya mengering kecuali pucuk tetap berwarna hijau dan pertumbuhan tanaman tidak normal. Batang tanaman yang terserang, bila dipotong akan tampak kambiumnya berwarna coklat. Warna coklat serupa kadang dijumpai juga pada pembuluh tangkai daun. Pada tanah basah atau dingin, batang di bawah permukaan tanah menjadi busuk, tanaman layu dan mati. Pengendalian Cara kultur teknis Cara fisik dan mekanis Cara biologis Memanfaatkan musuh alami patogen antagonis, seperti Trichoderma sp. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif. Cara kimia Memberi perlakuan benih sebelum ditanam dengan fungisida selektif dan efektif.

Apabila cara pengendalian lainnya tidak mampu menekan serangan layu fusarium sampai mencapai 5 %, aplikasi fungisida selektif dan efektif sesuai dosis/konsentrasi yang direkomendasi.

Virus Daun Menggulung Penyebab : Virus (Potato Leaf Roll VirusIPLRV) a. Gejala Daun yang terserang menggulung ke bagian atas mulai dari tepi ke arah ibu tulang daun dan batang menyerupai tabung, warna daun menguning atau mengalami klorosis, Daun dan batang tanaman yang sakit menjadi pucat dan kurus serta batang mengecil. b. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 5 % populasi tanaman, jika di pertanaman terdapat gejala serangan. c. Pengendalian Cara kultur teknis Cara fisik dan mekanis Cara biologis Memanfaatkan musuh alami patogen antagonis dengan selektif dan efektif. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif. Cara kimia

Aplikasi pestisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi Panen dan Pasca Panen.

Tomat dapat dipanen apabila kulit tomat telah berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan interval panen antara 2-3 hari sekali. Setelah dipetik buah segera dimasukan ke wadah angkut dan letakkan ditempat yang teduh.

Pemasangan Turus Pemasangan turus dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh tegak, mengurangi kerusakan fisik tanaman, memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas serta mempermudah penyemprotan pestisida dan pemupukan.

Pemangkasan Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil buah tomat adalah dengan cara pemangkasan. Pemangkasan cabang dengan meninggalkan satu cabang utama per tanaman akan menghasilkan buah tomat dengan diameter yang lebih besar dibandingkan dengan . tanpa pemangkasan. Jumlah cabang yang hanis dipertahankan per tanaman tergantung pada kultivar yang ditanam.

Tanaman tomat memerlukan air dalam jumlah yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Semakin sering frekuensi pemberian air semakin baik pula sifat fisik buah tomat yang dihasilkan. Panen Panen pertama dilakukan saat berumur 3 bulan. Dipilih yang sudah tua dan jangan memetik yang masih basah, karena tidak tahan lama.  Buah jangan jatuh.  Buah jangan terluka.

Budidaya Terung (Solanum Melongena L.) Selain enak, kandungan gizinyapun cukup tinggi dan lengkap. Karena itu terung cukup potensial bila dikembangkan secara intensif dalam skala agribisnis, sekaligus memberi sumbangan terhadap penganekaragaman bahan pangan bergizi bagi penduduk Irian Jaya. Syarat Pertumbuhan Tanah  Sebaiknya tanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik.  Berdrainase dan beraerase baik  Kemasaman tanah (pH): 6,8 - 7,3. Iklim  Tanam didataran rendah sampai ketinggian + 100 m dpl.  Suhu udara 22 30 c, cuaca panas dan iklim kering.  Mendapat sinar matahari langsung yang cukup. Teknik Budidaya Anjuran Pembibitan  Pilih buah terung yang berasal dari potion induk yang sehat, dari varietas unggul dan telah matang potion.  Belah buah terpilih secara membujur, keluarkan bijinya lalu kering anginkan selama beberapa waktu sampai kadar air + 12 %.

 Masukan benih ke dalam botol berwarna, tutup lalu simpan di tempat kering dan teduh.  Bila akan menyemai, rendam benih dalam air dingin atau hangat selama 10 15 menit sambil menyeleksi benih yang kurang baik.  Bungkus benih dalam gulungan kain basah selama + 24 jam.  Sebarkan benih dalam persemaian.  Tempat pesemaian dibuat khusus, diberi naungan menghadap ke timur setinggi 100-150 cm disebelah timur dan 80-100 cm di sebelah barat.  Tanah pesemaian telah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2 jarak antara barisan 10 - 15 cm.  Tutup benih dengan tanah tipis lalu tutup bedengan dengan karung goni basah, dan buka apabila benih telah berkecambah.  Pada umur 10 - 15 hari pindahkan bibit kedalam bumbung daun pisang.  Setelah bibit berumur 1 - 1 1/2 bulan atau berdaun empat helai pindahkan ke kebun.

Pengolahan Lahan  Sebaiknya tidak menggunakan lahan bekas pertanaman solanaceae. Olah tanah 14 - 30 hari sebelum tanam.  Bersihkan dari rumput, cangkul tanah 14 - 30 cm.  Haluskan tanah sambil membentuk bedengan selebar 100 - 120 cm dengan jarak antar bedengan 40 - 60 cm.  Sebarkan pupuk kandang sebanyak 15 -20 ton / ha, campur merata dengan tanah.

Penanaman  Buat lubang tanam dengan jarak 60 x 60 cm.  Beri pupuk dasar pada lubang tanam dengan dosis campuran 300 kg ZA + 220 - 250 kg TSP. 200 kg KCL per ha. Setiap lubang tanam diberi 10 gram campuran pupuk tersebut.  Pilih bibit yang subur dan normal lalu tanam bibit, tekan sedikit tanah disekeliling batang.  Siram tanah secukupnya. Pemeliharaan 1. Pengairan. Siramlah tanah sesuai kebutuhan dan keadaan. Jika perlu siramlah setiap hari terutama pada fase pertumbuhan awal. Sebaiknya gunakan alat penyiram atau gembor. 2. Penyulaman Sulamlah tanah yang mati maksimal 15 hari setelah tanam. 3. Pemasangan ajir.  Pasanglah ajir seawal mungkin agar tidak menganggu perakaran.  Tancapkan ajir setinggi 80-100 cm secara individu dekat batang tanaman. 4. Penyiangan dan penggemburan  Siangi tanaman bersamaan dengan pemupukan susulan atau keadaan gulma.  Gemburkan tanah dengan hati-hati apabila tanah memadat.

5. Pemangkasan (perempelan)  Patahkan tunas liar dengan tangan atau gunting atau pisau tajam.  Selain tunas liar, perempelan juga dilakukan terhadap bunga pertama. 6. Pemulsaan  Mulsa berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma, menjaga kestabilan suhu udara dan kelembaban tanah, mencegah atau menekan resiko serangan penyakit busuk buah.  Seawal mungkin setelah tanam, tutuplah permukaan tanah dengan jerami padi setebal 3 - 5 cm. 7. Pemupukan susulan Lakukan pemupukan susulan pada saat tanaman berumur 15 hst dan 60 75 hst, sebanyak 10 gram campuran pupuk per tanaman dengan cara larikan sejauh 20 -21 cm dari batang tanaman. Adapun jenis dan dosis pupuk dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Jenis Pupuk No. 1 2 Pemupukan Susulan I Susulan II Waktu (Hst) 15 60 - 75 ZA 150 150 KCl 150 150

8. Pengendalian Hama dan Penyakit  Prinsip pokok hama dan penyakit meliputi pengelolaan ekosistem pertanian dengan cara bercocok tanam yaitu meliputi : pemakaian bibit sehat dan varetas resisten, sanitasi kebun, pemupukan berimbang dan tumpangsari.

 Penerapan pengendalian non kimiawi seperti secara fisik mekanik, genetis dan lain-lainnya.  Penggunaan pestisida secara selektif berdasarkan hasil pemantauan dan analisis ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai