I. Pendahuluan
Beberapa ahli kesehatan yang tercatat dalam sejarah dari jaman dahulu sudah meneliti dan menulis beberapa referensi tentang struktur serta fisiologis organ reproduksi wanita. Dimulai dari Soranus ahli kesehatan dengan julukan The Greatest Gynecologist of Antiquity yang berasal dari Yunani. Beliau merupakan tokoh yang pertama kali memberi deskripsi akan ovarium. Kemudian disusul oleh Leonardo da Vinci (1452 1519) berhasil menggambarkan dengan lebih jelas struktur uterus serta ovarium. Meskipun demikian perkembangan yang lebih pesat tentang deskripsi organ reproduksi wanita sebenarnya dimulai dari sebuah universitas di Italia, University of Padua, dimana seorang ahli anatomi bernama Andreas Versailus (1514 1564) berhasil member kontribusi yang cukup besar dengan mendeskripsikan folikel ovarium serta keberadaan korpus luteum. Disusul oleh Fallopius (1523 1562) yang merupakan murid dari Versailus juga ikut mendeskripsikan tentang tuba falopii . Kemudian murid Fallopius yang bernama Fabricius (1533 1619) meneliti lebih lanjut dengan menggunakan burung sebagai objek penelitian. Beliau menemukan sebuah organ dalam tubuh burung tersebut dan organ tersebut mengandung telur, Fabricus member nama organ tersebut ovary atau ovarium. Sampai saat tersebut ovarium sudah dikenal sebagai sebuah organ di dalam tubuh, namun belum diketahui fungsinya. Pada tahun 1651 William Henry yang juga lulusan dari University of Padua berhasil menerbitkan sebuah buku tentang anatomi dan fisiologi reproduksi manusia. Namun sayangnya William Henry dalam bukunya menjelaskan bahwa sel telur merupakan hasil dari konsepsi yaitu interaksi antara semen dan menstrual blood. Kemudian pandangan yang salah tersebut dikoreksi oleh Bishop Niel Stensen yang berasal dari Denmark pada tahun 1667, lalu pada tahun 1672 ahli fisiologis dari Belanda Reigneer de Graaf memastikan bahwa ovum atau sel telur itu berasal dari ovarium. Untuk dapat memahami kelainan kongenital alat genital pada wanita, perlu diketahui embriologi sistem genital dan system urinarius wanita. Kedua system tersebut
dalam pertumbuhannya tidak dapat dipisahkan. Disini akan dijelaskan lebih mengkhusus mengenai embriologi dan perkembangan dari organ reproduksi wanita yaitu ovarium.
Secara histologis truktur ovarium secara umum dibagi dua: korteks dan medula. Tiap ovarium dikelilingi oleh kapsula fibrosa, yang disebut tunika albuginea. Tunika albuginea ini merupakan permukaan terluar korteks. Di atas tunika albuginea terdapat epitel kuboid selapis, epitel germinativum Waldeyer. Medula merupakan bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang merupakan kelanjutan dari mesovarium. Pada medula banyak terdapat pembuluh darah dan sedikit jaringan otot halus yang merupakan kelanjutan dari ligamentum infundibulopelvikum.
Secara fisiologis ovarium bertanggung jawab terhadap pelepasan gamet (sel telur atau oosit) secara periodic, serta memproduksi hormone steroid yaitu estradiol dan progesterone. Kedua aktivitas utama tersebut terintegrasi dalam suatu mekanisme berulang dan berkelanjutan dari maturasi folikel, ovulasi dan pembentukan serta regresi dari korpus luteum.
germinativum tersebut akan membentuk korda seks (sex cord). Hubungan korda seks ke dinding selom (permukaan gonad) dipertahankan pada tahap ini. Gonad kini telah jelas secara histologist, yaitu sebagai organ bipoten yang dapat menjadi testis atau ovarium. Tanda tanda perkembangan yang tidak lengkap atau tidak sesuai selama tahap ini akan menyebabkan hermafroditisme. Setelah gonad yang belum berdiferensiasi mulai berkembang menjadi ovarium atau testis, diferensiasi seksual kemudian hanya bergantung pada produk sekresi dari testis. Pada keadaan tidak terdapatnya sekresi testis, fenotipe yang berkembang pasti wanita. Ovarium dan produk sekresinya tidak berpengaruh terhadap perkembangan uterus, tuba Falopii dan vulva. Diferensiasi ovarium terjadi kira kira 2 minggu lebih lama dari diferensiasi testis. Pada awalnya korda seks dari ovarium yang berkembang tetap berproliferasi sambil mempertahankan hubungannya dengan permukaan gonad. Sel germinativum mulai berdiferensiasi dalam oosit primordial yang disebut oogonium. Epitel yang melapisi oogonium berdiferensiasi menjadi sel granulose. Mesenkim subepitel kemudian menginvasi gonad dan memutus korda seks sehingga memisahkan folikel folikel. Mesenkim akan menjadi stroma ovarium. Tidak seperti testis, gamet gamet yang berkembang kini berada pada luar gonad yaitu pada korteks ovarium.
III.3 Tahapan Multifikasi Oogonal dan Pembentukan Oosit Dalam pembentukan dan perkembangan ovarium, gen yang paling penting adalah WNT4 dan RSPO1. Keduanya mengaktifkan beta-catein signal pada sel somatic yang menyebabkan hilangnya perlekatan antara sel sel germinativum pada wanita yang diperlukan untuk melakukan meiosis pada tahap selanjutnya. Diferensiasi ovarium ini juga bergantung pada beberapa molekul yang hanya akan aktif dengan tidak adanya gen SRY (gen yang mempengaruhi perkembangan testis). Pada minggu ke 6-8 kehamilan, tanda pertama mulainya diferensiasi ovarium adalah ditemui multifikasi sel germinativum yang cepat mencapai 6-7 juta oogonia dalam 15-20 minggu. Melalui pembelahan mitosis sel germinativum berkembang menjadi oogonia pada minggu ke 9. Lalu oogonia akan berrubah menjadi oosit setelah melakukan meiosis pertama dan akan tertahan pada tahap profase. Tertahannya meiosis pada tahap tersebut kemungkinan disebabkan oleh substansi inhibitor yang
dihasilkan oleh sel granulose. Ovum terbentuk dari dua pembelahan meiosis pada oosit, pertama sebelum terjadi ovulasi dan kedua setelah terjadi penetrasi oleh sperma. Selama proses tersebut diatas terjadi banyak kehilangan sel sel germinativum antara lain selama pembelahan mitosis pada sel germinativum, pada beberapa pembelahan meiosis, dan setelah pembentukan folikel.
Gambar 2. Oogenesis
III.4 Pembentukan Sel Folikel Pada minggu ke 18-20 kehamilan pembuluh darah dari daerah medulla mulai melakukan penetrasi ke korteks seluler, dan ini merupakan awal dimulainya pembentukan folikel. Pembuluh pembuluh darah yang melakukan penetrasi tersebut akan membagi daerah korteks yang solid menjadi segmen segmen yang lebih kecil. Bersama dengan pembuluh darah tersebut ikut masuk sel sel yang berasal dari
mesonefros dan epitel selom. Sel sel ini akan membangkitkan sel pregranulosa yang mengelilingi oosit yang telah menyelesaikan tahap pertama meiosisnya. Kumpulan tersebut akan menghasilkan suatu unit yang disebut folikel primordial yaitu sebuah oosit yang tertahan pada tahap profase yang dikelilingi oleh satu lapis sel spindle pregranulosa. Setelah oosit dikelilingi oleh sel sel pregranulosa, seluruh folikel yang ada mulai melakukan maturasi sebelum mengalami atresia. Pembentukan folikel primer mulai ditandai dengan perubahan dari lapisan sel pregranulosa menjadi sel granulose yang berbentuk kuboid. Diferensiasi lanjut folikel primer menjadi folikel preantral ditandai dengan proliferasi granulosa yang lebih lengkap. Dapat ditemui pembentukan call exner body dan lapisan teka minor yang merupakan hasil diferensiasi dari lapisan sel mesenkim di sekelilingnya. Folikel prreantral dapat ditemui pada usia kehamilan 6 bulan, sedangkan folikel antral (folikel grafian yang ditandain dengan terbentuknya ruangan yang berisi cairan) dapat ditemui pada akhir kehamilan.
VII. Ovulasi
Jika didapatkan stimulasi yang adekuat dari gonadotropin akan terjadi proses ovulasi. Secara morfoligi hal ini diinisiasi oleh distensi dari antrum yang disebabkan oleh peningkatan cairan antral serta kompresi granulosa terhadap membrane tipis teka interna. Selain itu peningkatan cairan antral tersebut akan secara perlahan mendesak cumulus ooforus (lapisan luar dari membrane granulosa). Distensi yang terus menerus ini akan menyebabkan rupturnya antrum sehingga oosit yang ada di dalamnya keluar dan terjadilah ovulasi.