Anda di halaman 1dari 5

Soal-soal 1.

Jelaskan pengertian sosialisasi politik menurut Michael Rush & Phillip Althoff dan Greenstein, apa perbedaan konsep sosialiasi politik diantara keduanya? Michael Rush dan Phillip Althoff . Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejalagejala politik. Sosialisasi politik juga sarana bagi suatu suatu generasi untuk mewariskan keyakinankeyakinan politiknya kepada generasi sesudahnya. Sosialisasi politik ini merupakan proses yang berlangsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara kepribadian individu dan pengalaman-pengalaman politiknya yang relevan dan memberi bentuk terhadap tingkah laku politiknya. Greenstein dalam karyanya International Encyolopedia of The Social Sciences 2 definisi sosialisasi politik: Definisi sempit, sosialisasi politik adalah penanaman informasi politik yang disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan instruksional secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini. Definisi luas, sosialisasi politik merupakan semua usaha mempelajari politik baik formal maupun informal, disengaja ataupun terencana pada setiap tahap siklus kehidupan dan termasuk didalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah belajar politik tetapi juga secara nominal belajat bersikap non politik mengenai karakteristik-karakteristik kepribadian yang bersangkutan. 2. Pendapat para ahli berbeda-beda mengenai bentuk-bentuk dari partisipasi politik. jelaskan bentuk dari partisipasi politik menurut ahli berikut; (pilih satu saja) a) David F. Roth dan Frank L. Wilson b) Michel Rush & Phillip Althoff c) Gabriel A. Almond d) Robert D. Putnam e) Samuel P. Hungtington Menurut Gabriel Almond (1999), partisipasi politik diawali oleh adanya artikulasi kepentingan dimana seorang individu mampu mengontrol sumber daya politik seperti halnya seorang pemimpin partai politik atau seorang dictator militer. Peran mereka sebagai aggregator politik (penggalang/penyatu dukungan) akan sangat menentukan bagi bentuk partisipasi politik selanjutnya. Oleh karena itu partisipasi politik menurut Gabriel Almond (1999) terbagi ke dalam 3 kategori seperti ilustrasi berikut ini:

POLITICAL PARTICIPATION

INTEREST ARTICULATION

INTEREST AGGREGATION

INTEREST ARTICULATION

David F. Roth dan Frank L. Wilson (1980) menstrukturkan partisipasi politik ke dalam piramida partisipasi sebagaimana ilustrasi berikut: Ilustrasi 2: Piramida Partisipasi Politik Roth dan Wilson
Sedikit Aktivis Partisipan Pengamat Banyak Apolitis

3. Jelaskan model komunikasi politik model linier, model interaksi dan model transaksional beserta contohnya? Komunikasi politik model linier :

Model Linier ini merupakan deskripsi dari Claude Shannon (seorang ilmuwan Bell Laboratories dan profesor di Massachusetts Institute of Technology) dan Warren Weaver (seorang konsultan pada sebuah proyek di Sloan Foundation). Mereka berdua pandangan satu arah mengenai komunikasi yang berasumsi bahwa pesan dikirimkan oleh suatu sumber melalui penerima melalui saluran. Sumber dari tersebut bisa berupa asal ataupun pengirim pesan. Sedangkan pesan yang dikirim dapat berupa katakata, suara, tindakan, atau gerak-gerik dalam sebuah interaksi. Komunikasi model linier ini juga melibatkan gangguan (noise) yang merupakan hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi. Ada 4 jenis gangguan pada model komunikasi liner ini, yaitu: gangguan semantik, gangguan fisik (eksternal), gangguan psikologis, dan gangguan fisiologis.

Model komunikasi sebagai interaksi : model transaksional

Model komunikasi interaksional ini dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Bila dalam model komunikasi linier, seseorang hanyalah berperan sebagai pengirim atau penerima, maka pada model komunikasi interaksional ini juga mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Model komunikasi ini menekankan proses komunikasi dua arah diantara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim amupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus. Model komunikasi sebagai transaksi : model transaksional 4. Soal Analisa Wapres: Konflik di Papua Berbeda dengan di Aceh (Detiknews.com, Rabu, 07/12/2011 16:25 WIB) Jakarta - Pemerintah Indonesia cukup berhasil menyelesaikan konflik di Aceh sekitar tahun 2006 lalu. Namun cara-cara penyelesaian konflik di Aceh tidak bisa digunakan untuk menyelesaikan konflik di Papua. Ada perbedaan besar antara kondisi di Aceh dan Papua. "Aceh dan Papua sangat berbeda. Saya tidak bisa membandingkan antara keduanya," ujar Wapres Boediono dalam acara Jakarta Foreign Correspondents Club di Hotel InterContinental Jl Sudirman, Jakarta, Rabu (7/12/2011). Boediono menjelaskan, salah satu penyebab masalah di Papua adalah tidak berjalannya beberapa program pembangunan di masa lalu. Selain itu, kondisi alam Papua dan kultur sosialnya memerlukan penanganan tersendiri. Menurut Boediono, saat ini Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat atau UP4B telah berjalan. Dia berharap UP4B memberikan hasil terbaik untuk Papua.

"Kami optimistis bisa menyelesaikan permasalahan dan memberikan hasil yang lebih baik bagi saudara-saudara kami di Papua," jelas Boediono di depan para wartawan asing ini.

Menurut anda apa faktor penyebab terjadinya konflik di Papua? Apakah upaya yang dilakukan pemerintah melalui program UP4B cukup efektif untuk menyelesaikan konflik yang ada di Papua? Berikan alasannya? Konflik di NAD dan Papua terdapat di samping terdapat kemiripan juga terdapat perbedaan: a. Sumber potensi konflik sangat kompleks, meliputi isu separatisme, ideologi, teritorial, etnis, ekonomi dan kecemburuan sosial. b. Faktor-faktor yang menyemarakkan konflik: 1) Adanya aktivitas satuan sipil yang bersenjata. 2) Peluang besar campur tangan kekuatan asing. 3) Penanganan konflik yang kurang konsisten. 4) Ada indikasi pemeliharaan situasi konflik oleh pihak tertentu. c. Penyelesaian konflik: 1) Pemenuhan hak-hak otonomi khusus. 2) Pemberian peluang lebih sebesar-besarnya kepada warga/otoritas lokal. 3) Peran pihak ketiga dalam rangka mencari solusi damai. 4) Kebijakan politik yang demokratis. Kehadiran Program Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) untuk meluruskan segala sesuatu yang belum sepenuhnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat di Provinsi Papua maupun Papua Barat, termasuk Otsus yang selama ini dirasakan belum mampu memenuhi hak- hak dasar rakyat di Tanah Papua. Kini pemerintah pusat merencanakan dan sedang menyusun program kerja untuk mensejaterahkan masyarakat khususnya, masyarakat yang domisili di pulau Papua yakni Pemerintah provinsi Papua dan Papua Barat. Program yang sedang di rangcang oleh pemerintah pusat adalah Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat ( UP4B). UP4B ini sangat heboh di beberapa media, baik itu media elektronik maupun media cetak. Tujuan dari UP4B ini adalah membuka isolasi daerah baik itu pegunungan Papua serta pesisir agar pembangunan berkesinambungan dan masyarakat lokal bisa rasakan adanya pembangunan yang kontinyu di celah celah hutan belantara. UP4B ini boleh di katakan anak kandung atau hasil turunan dari Otonomi khusus dan pemekaran. Sementara Otonomi khusus telah gagal total implementasikan di sejagat Papua, dan pemekaran belum menjamin total kepentingan masyarakat lokal malah semakin hari semakin ketinggalan dengan perkembangan era globalisasi ini. Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat ( UP4B) merupakan Otonomi khusus jilid ke II sengaja di susun oleh pemerintah pusat agar meredahkan isu politik tentang Papua merdeka. Sedangkan masyarakat lokal sedang menyampaikan aspirasi melalui turun ke jalan ( Aksi Damai) untuk menyatakan bahwa otonomi khusus telah gagal total di Tanah Papua, namun penyampaian aspirasi tersebut tidak di respon baik dari pihak pemerintah yang terkait, Seakan akan masyarakat Papua adalah bukan bagian dari Negara Indonesia. Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat ( UP4B), bila di kajikan

maka program tersebut tidak akan menjawab persoalan di tanah papua, apa lagi program otonomi khusus yang kelas kaliber saja belum di implementasikan secara detail. Dahulunya pemerintah pusat menyusun program Otsus, sejalan dengan ini karena otsus tersendat selanjutnya pemerintah pusat luncurkan pemekaran. Pemekaran sekalipun program yang terbaru ini juga gagal menjawab persoalan di daerah Papua, kini peluncuran Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat ( UP4B) hanya sebuah gula gula yang di berikan oleh pemerintah pusat ke daerah Papua, apakah dengan program yang versi terbaru ini menjawab berbagai tantangan di Papua? Sedangkan rakyat papua selalu berteriak di bawah terik matahari dengan cakupan nada menolak segala Program kerja baik itu Otsus dan Pemekaran karena telah gagal total, kembalikan program tersebut ke bingkai NKRI apa solusinya bagi rakyat Papua ? Menurut kajian penulis artikel ini menelaah bahwa UP4B ini tidak akan menjawab serta tidak akan mensejatehkan masyarakat pribumi, program tersebut hanya sebuah paradigma dimana orang orang elit lokal serta elit politik pusat tempat untuk mempertebal dompet pribadi. pada akhirnya masyarakat lokal akan terpinggirkan. Untuk menjawab segala kegagalan program dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemuda pelajar dan mahasiswa merupakan parameter untuk menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ke arah yang baik. Tuntutan tuntutan dari rakyat pribumi papua adalah bukan meminta program UP4B atau program yang kelas caliber namun mereka ( rakyat Papua) tuntut adalah solusi konkrit menuju Papua baru yang bebas dari segala penindasan. Dengan demikian, dalam kutipan di atas ini rakyat Papua bukan menuntut pada Negara Indonesia program - program yang sifatnya ladang usaha bagi elit politik namun, rakyat mendesak untuk mengakui secara defacto dan dejure karena Papua Barat telah merdeka sejak tanggal 1 desember 1961 Konflik di papua bernuansa separatisme. Separatisme adalah pemahaman atau pemikiran suatu golongan atau kelompok tertentu yang ada di sebuah wilayah untuk membentuk wilayah kebebasan sendiri, dengan tujuan tertentu yang memperjuangkan apa yang menjadi visi dan misi kelompok tersebut. Gerakan separatis sering merupakan gerakan yang politis dan damai, hal ini telah banyak terjadi di wilayah tanah air kita, disebabkan oleh rasa ketidakpuasan satu kelompok tertentu dalam satu negara (Pemerintahan) dan berusaha untuk mencapai apa yang menjadi tujuan kelompok atau golongan mereka dengan cara mengklaim atau mendeklarasikan kelompoknya sebagai satu oraganisasi yang merdeka dan tidak mau diperintah oleh pemerintahan yang sah dalam satu negara. Upaya menghentikan konflik masal atau konflik terbuka merupakan langkah yang paling pokok untuk penyelesaian konflik, namun hal itu bukan berarti telah berhasil menyelesaikan permasalahan secara tuntas, bila tidak diikuti dengan upaya berkelanjutan yang diarahkan kepada eliminasi sumber potensi konflik. Upaya pemeliharaan situasi pasca konflik membutuhkan waktu yang panjang dan berkelanjutan, tidak hanya berupa upaya rehabilitasi dan konsolidasi, namun juga mencakup upaya pembangunan berkelanjutan yang melibatkan segenap stake holder dan segenap warga setempat guna mengeleminasi sumber potensi konflik dan menghindari terjadinya pemicu konflik.

Anda mungkin juga menyukai