Anda di halaman 1dari 2

IDEALISME NURUL JADID "Lebih baik saya memiliki santri yang menjadi kondektur tapi aktif memnyampaikan dakwah,

dari pada menjadi kiayi tapi pasif" Menurut santri-santri senior yang telah lalu untaian kata itulah yang sering diucapkan oleh KH. Zaini Mun`im diberbagai kesempatan dalam mengajar santrinya. Jika kita telaah lebih dalam kalimat itu memiliki makna filosofis yang dalam, secara tersirat kalimat tersebut mengandung pesan besar bagi kita sebagai santri Pondok Pesantren Nurul Jadid bahwasannya buliau tidak begitu mempermasalahkan akan jadi apa kita nanti namun yang terpenting adalah jadi apapun kita, berdakwah haruslah kita jalankan sebaik mungkin. Jadi kegiatan berdakwah adalah merupakan implementasi atas bidang ilmu apapun yang kita peroleh dari proses kegiatan belajar-mengajar selama kita mondok, dan itulah yang kita sebut sebagai ilmu yang aplikatif. Untuk mewujudkan visi perjuangan yang amat mulia tersebut perlu adanya kesungguhan hati dalam kita mondok. Kesungguhan hati ini akan dengan mudah kita wujudkan apabila kita menyadari bahwa visi yang telah terumuskan sebelumnya oleh kiai zaini dan kemudian tersirat dalam visi dan misi Nurul Jadid, di antaranya menjadikan manusia yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara. Lalu masalahnya apakah kita sudah termasuk santri yang ideal sebagaimana yang diharapkan oleh para pengasuh? Pertanyaan itu bukan sekedar pertanyaan yang bisa kita jawab hanya dengan mengingat-ingat lagi amalan-amalan baik apa yang telah kita lakukan selama mondok akan tetapi santri yang ideal adalah santri yang ber-kesadaran dan membuktikan dengan perbuatan serta memenuhi kreteria-kreteria santri yang terkandung dalam Tri Logi Santri. Lebih detilnya bahwa santri ideal, yaitu: pertama berkesadaran, artinya bahwa PP Nurul Jadid mempunyai Panca Kesadaran Santri yang benar-benar harus diamalkan, di antaranya: 1. Kesadaran Beragama Kesadaran ini meliputi tiga aspek, yaitu aqidah, ibadah dan akhlak. Aspek aqidah adalah pengetahuan tentang kepercayaan, yaitu bahwa Allah adalah tuhan Yang Maha Esa dan hanya Ia yang kita sembah, dan Muhammad adalah utusan yang membawa wahyu dariNYA. Apabila pengetahuan itu sudah tertanam maka akan terwujud ke-imanan dan apabila iman sudah kuat akan tercipta ibadah, baik mahdlah maupun ghairu mahdlah. Sedangkan akhlak adalah pengetahuan dan tingkah-laku kita terhadap sesama makhluk Allah. 2. Kesadaran Berilmu Ilmu dapat dibagi memnajdi dua, yaitu ilmu agama dan ilmu duniawi. Diharapkan santri dapat menguasai ke-dua ilmu tersebut secara seimbang. Namun apabila hal itu tidak tercapai, artinya ada seabagian santri yang lebih mendalami ilmu agama dan ada yang lebih mendalami ilmu duniawi, maka dari itu diharapkan adanya kolaborasi untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing. 3.Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Kesadaran ini dilandasi oleh firman Allah: "Sesungguhnya kami menciptakan kamu semua dari jenis laki-laki dan perempuan. Dan kami menciptakan kamu dari

suku-suku agar saling mengenal". Dan juga hadidst nabi: "Cinta tanah air adalah sebagian dari iman". Maka dari itu santri diharapkan menjalin kerukunan dengan kesadaran berbangsa dan mempertahankan kemerdekaan dengan pembangunan di segala bidang. Dengan demikian tidak boleh ada ceritanya perselisihan dan saling merehkan yng berujung kontak fisik dalam berbangasa dan bernegara. 4.Kesadaran Bermasyarakat Dari rumusan yang keempat ini kiai Zaini nampaknya mengambil refrensi dari Ibn Khaldun sosiolog islam yang pernah mengatakan, Kehidupan bermasyarakat merupakan kebutuhan pokok bagi umat manusia. Di samping itu juga ada kesamaan pemekiran Ibn Khaldun dengan pemahaman beliau mengenai ayat Al-Quran, Tolongmenolonglah dalam hal kebaikan dan taqwa. Dengan adanya pemahaman beliau yang serupa itu, diharapkan santri Nurul Jadid menjadi penerang masyarakat yang lebih sosialis, dalam segala prilaku pesantren dan santrinya tidak pernah menafikan masyarakat, artinya santri diharapkan mempunyai kesadaran bahwa pesantren berada di tengah-tengah masyarakat, Dan sebaliknya masyarakat juga akan merasa memiliki terhadap pesantren. Apabila sudah terjalin rasa yang saling memiliki maka program yang akan dijalankan pesantren akan dengan mudah diterima dan mendapat dukungan dari khalayak umum. 5.Kesadaran Berorganisasi Konsep pesantren memang tidak lepas dari latar belakang dan bidang keahlian pendirinya. Ada pesantren yang memang khusus mengajarkan ilmu tenaga dalam pada santrinya hal ini dikarnakan pendirinya adalah seseorang yang ahli bidang ilmu tenaga dalam. Berkaca dari hal yang seperti itu, pendiri PP. Nurul Jadid adalah sosok orang yang organisatoris, itu dapat kita ketahui bahwa sejak tahun 1952 s/d 1972 beliau termasuk anggota jamiyyah Nahdlatul Ulama, beliau sangat bersungguh-sungguh dan konsisten sehingga menghasilkan pemekiran-pemikiran dan ide-ide yang cemerlang. Terlepas dari hala yang demikian, pada saat ini umat islam terlena dengan pengikutnya yang mayoritas di Indonesia sehingga lupa dengan persaingan yang terus begulir dengan umat minoritas lainnya, untuk itu santri Nurul Jadid diharapkan menjadi insan oraganisatoris karna dengan begitu kita akan mudah mempertahankan dan menggalang kekuatan yang lebih besar. Kelima kesadaran tersebut bukan hanya untuk kita hafal semata tapi itu adalah kesadaran yang harus kita refleksikan dalam setiap tindakan kita sehari-hari untuk menjadi santri ideal seperti yang diharapkan oleh pendiri PP. Nurul Jadid ini. Kedua, untuk menjadi santri ideal sebagaimana yang diinginkan pendiri, yaitu memenuhi kreteria yang telah termaktub dalam Tri Logi Santri, antara lain: 1. Memperhatikan Kewajiban-kewajiban Fardlu `Ain 2. Mawas Diri Dengan Meninggalkan Dosa-dosa Besar 3. Mengabdi Kepada Allah dan Berbudi Luhur Kepada Sesama. Sekali lagi ditegaskan bahwa Panca Kesadaran Santri dan Tri Logi Santri ini adalah kreteria santri yang diinginkan oleh pendiri, maka dari itu seluruh santri seharusnya menjiwai kedua konsep tersebut dalam setiap tindak-tanduknya untuk menjadi seorang santri yang ideal.

Anda mungkin juga menyukai