Oleh: Bintoro,ST
bkusumoh@yahoo.com
Topik Pembahasan
• Pengertian Dasar Reaktor
• Tinjauan Kinetik
• Tinjauan Thermodinamik
• Pemilihan reaktor
• Teknik perancangan Reaktor
• Mecahnical design
2. Konversi
Konversi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjuk atau
mengukur sejumlah massa yang bereaksi. Jadi Konversi dapat
didifinisikan : Sejumlah massa yang bereaksi terhadap massa mula-mula.
CAo − CA
Xa =
CAo
1
3. Yield
Adalah perbandingan jumlah massa produk terhadap massa mula-mula
dikalikan faktor stoikiometri.
N ( produk )
Yi = × Fs × 100%
N ( mula − mula )
Apa perbedaan Yield dengan konversi ?
Yield dengan konversi pada prinsipnya adalah sama hanya saja sudut
pandangnya yang berbeda. Pada Yield lebih dilihat dari perbandingan massa
produk terhadap massa umpan dan sebaliknya pada Konversi lebih dilihat
pada massa yang bereaksi terhadap massa umpan. Dalam perkembangan lebih
lanjut yield lebih dikhususkan pada produk akhir proses terhadap umpan
proses.
Difinisi Reaktor
2
Reaksi Elementer
− rA = kCACB
Reaksi Non Elementer
1
2 A + 34 B → 54 C + 34 D
− rA = kCAa CB b
Jenis reaksi berdasarkan kecepatan reaksinya :
- Reaksi Katalitik
- Reaksi non katalitik
Dalam hal ini katalis berfungsi sebagai akselerator reaksi lebih khusus lagi
bahwa katalis ini bersifat menurunkan energi (E) aktivasi suatu reaksi non
katalitik
3
Suatu reaksi tidak membutuhkan katalis apabila kecepatan reaksi suatu
bahan sudah cepat ditinjau dari segi ekonomis. Artinya bila suatu bahan yang
bereaksi tanpa menggunakan katalis untuk menghasilkan suatu bahan
tertentu itu lebih murah investasi dan biaya operasionalnya dibandingkan
menggunakan katalis maka penggunaan katalis itu menjadi tidak penting.
Alternatif I :
katalis(s)
A + B → C
A + s → As
As + B → AsB
AsB → C + s
Alternatif II :
katalis(s)
A + B → C
B + s → Bs
Bs + A → BsA
BsA → C + s
Alternatif III :
katalis(s)
A + B → C
B + A + s → BAs
BAs → Cs
Cs → C + s
dst.
Jenis reaksi menurut mekanisme reaksinya
Jenis reaksi menurut mekanisme reaksinya banyak ragamnya diantarnya :
4
* Reaksi addisi * Reaksi esterifikasi
* Reaksi hidrolisis * Reaksi alkilasi
* Reaksi fermantasi * Reaksi polimerisasi, dll
Tinjauan Kinetik Reaksi Kimia
Suatu reaksi kimia dapat berlangsung bila mencapai keadaan yang optimum,
baik ditinjau dari kondisi operasi (suhu dan tekanan) dan energi aktivasi.
Pengetahuan tentang mekanisme reaksi akan sangat membantu dalam
penentuan kecepatan reaksi.
− rA = − 1 dNA = kCACB
V dt
Ditinjau dari Produk reaksi
Kecepatan reaksi ditinjau dari Produk reaksi :
Adalah perubahan penambahan massa produk reaksi persatuan waktu
rC = 1 dNC = kCc
V dt
- Reaksi Homogen
5
Reaksi yang berupa homogen satu fase saja misalnya : Gas-gas, Cair-cair,
Padat-padat.
- Reaksi Heterogen.
Reaksi yang berupa campuran bahan yang berbeda fasenya. Misalnya : Gas-
cair, Cair-padat, Gas-padat, dll
6
dNA
0 - 0 - (-rA)V =
dt
dXA
- (-rA)V = − NAo
dt
Sehingga diperoleh :
xA dXA
t = CAo ∫
0 (−rA)
2. Proses Continue.
Input – output – disappearance = Accumulation
FA FA + dFA
XA XA + dXA
7
Penentuan Kinetika reaksi untuk reaksi Heterogen
Untuk menentukan kinetika reaksi pada reaksi Heterogen maka kita harus
tahu lebih dahulu mekanisme reaksi pada reaksi heterogen tersebut. Antara
lain meliputi transfer massa dan kecepatan reaksi kimia.
8
Transfer massa fase gas :
Transfer massa fase cair :
Skema mekanisme reaksi Heterogen
PA
PAi
CA CA
Tinjauan Thermodinamika
aA + bB ⇐⇒ cC + dD
Apa urgensi kita mengetahui kesetimbangan reaksi ?
Tujuan kita mengetahui kesetimbangan reaksi adalah untuk menentukan
kondisi operasi dalam reaktor yang seoptimal mungkin. Artinya pada suhu
berapa reaktor kita beroperasi sehingga diperoleh konversi setinggi-tingginya.
9
Misal : Reaksi : A menjadi B, kecepatan pembentukan A = 0,5 gmol/lt jam
dan kecepatan pembentukan B = 0,5 gmol/lt/jam
K = ∏ ai vi
∆Ho ∆α ∆β ∆γ 2
ln K = − + ln T + T+ T +I
RT R 2R 6R
∆G o = ∆Gp o − ∆Gr o
∆H o = ∆Hfp o − ∆Hfr o
∆α = ∆ap − ∆ar
∆β = ∆bp − ∆br
∆γ = ∆cp − ∆cr
∆βT 2 ∆γT 3
∆H = ∆Ho + ∆αT +
o
+
2 3
10
Kemudian dihitung harga I
∆β 2 ∆γ 3
∆G o = ∆Ho − ∆αT ln T − T − T − IRT
2 6
Selanjutnya dihitung harga K dengan pers.
∆Ho ∆α ∆β ∆γ 2
ln K = − + ln T + T+ T +I
RT R 2R 6R
1
Eksotermis
Xe
Endotermis
T (Suhu)
11
2. Walaupun kesetimbangan reaksi tidak dipengaruhi oleh tekanan tetapi
konsentrasi setimbang atau konversi setimbang.
3. Bila Harga K>>1 maka praktis konversi maksimum (100%) bisa tercapai
dan reaksi dapat dianggap berjalan secara Irreversible. Bila harga K << 1
maka reaksi merupakan reaksi bolak-balik.
4. Bila suhu naik pada reaksi endotermis maka konversi setimbang akan naik
(T >>> ; Xe >>> (endotermis)).
Dan bila suhu naik pada reaksi eksothermis maka konversi setimbang
akan turun ( T >>>; Xe <<< (eksotermis)).
Pemilihan Reaktor
(Faktor-faktor yang berpengaruh)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan reaktor :
• Type Reaksi
• Konsentrasi
• Tekanan
• Fase
• Katalis
Type Reaksi
12
• Reaksi single
A
→ B
• Reaksi parallel
A
→ B
A
→ C
• Reaksi seri
A
→ B
B
→ C
• Reaksi Seri – Paralel
A
→ B
A
→ C
B
→ D
• Reaksi Polimerisasi
Inisiasi
I + A → AI
propagasi
AI + nA →( A)nI
Terminasi
(A)nI + T → Polimer
Konsentrasi
13
a. Rasio Umpan.
Perbandingan umpan reaktor sedemikian dapat mencapai konversi
setimbangan yang maksimum. Konversi maksimum ini dapat dicapai
bila produk reaksi dikurangi.
b. Pengaruh penambahan inert.
Penambahan inert dalam reaksi bertujuan mempengaruhi
kesetimbangan reaksi sedemikian dapat diperoleh konversi yang
maksimum. Bila melekularitas reaksi bernilai (-) maka sebaiknya tidak
ada penambahan inert tetapi sebaliknya nilai molekuritas bernilai (+)
maka disarankan adanya penambahan inert.
c. Pengambilan produk selama reaksi
Pada reaksi setimbangan sebaiknya produk diambil secara kontinyu
supaya diperoleh konversi yang maksimum. Begitu pula sebaliknya.
3. Reaksi paralel
Pada prinsipnya untuk memperbesar selektivitas reaksi.
Jika reaksi berjalan sbb :
feed1 + feed 2 ⇐⇒ Produk
feed1 + feed 2 ⇐⇒ Produk samping
r2 k 2 ( a 2 − a1) ( b 2 −b1)
= C feed 1 C feed 2
r1 k1
Jika :
(a 2−a1)>(b2−b1) maka feed2 berlebih
(a 2 − a1) < (b2 − b1) maka feed berlebih
1
4. Reaksi Seri
14
Pada reaksi seri maka bila produk merupakan produk tengahan maka
konversi rendah pada reaksi utama akan memperbesar selektivitas. Dan
bila reaksi samping merupakan produk tengahan maka konversi besar
akan memperbesar selektivitas.
Suhu Reaksi
1. Reaksi Tunggal
a. Endotermis : Semakin tinggi suhu maka konversi akan semakin besar
dan kecepatan reaksi juga semakin tinggi, sehingga sebaiknya reaktor
dioperasikan pada suhu setinggi-tingginya dengan memperhatikan
faktor keamanan, batas material construction dan umur katalis.
2. Multiple Reactions
Pada reaksi yang bersifat multi reaksi maka pemilihan suhu ditujukan
untuk memaksimumkan selektivitas dan meminimumkan volume rekator.
k1
A B
k2
- bila k1 > k2 Suhu operasi harus tinggi
- bila k2 > k1 suhu operasi harus rendah
15
3. Kontrol suhu pada reaktor
Pada prinsipnya perancangan reaktor adiabatis adalah reaktor yang paling
sederhana dan paling murah. Tetapi bila ternyata panas reaksi cukup besar
maka reaktor tidak dapat dilaksanakan secara adiabatis. Maka pengaturan
suhu dapat dengan beberapa cara :
a. Indirect heat transfer.
Yaitu pemanasan/pendinginan secara tidak langsung.
b. Cold and hot shot
Yaitu dengan injeksi fresh feed dingin atau panas.
c. Heat carrier
Yaitu dengan memasukkan umpan inert yang suhunya lebih tinggi
(untuk proses endotermis) atau lebih rendah (untuk proses eksotermis).
16
2. Multi reaksi
Pengambilan tekanan operasi pada reaksi yang lebih dari satu maka harus
mempertimbangkan masalah selektivitas, konversi dan Volume rekator.
17
• Bentuk katalis heterogen
Bentuk katalis heterogen dapat berupa :
- Bulk catalytic material, yaitu berupa katalis yang terdiri dari beberapa
campuran bahan
- Supported catalysts, yaitu berupa katalis yang didukung oleh bahan yang
lebih murah yang bersifat inert dab berpori.
• Degradasi katalis
Degradasi katalis dapat dilihat dari beberapa cara :
a. Physical loss, Yaitu degradasi katalis karena berkurangnya katalis
ketika rekasi terjadi. Terjadi pada katalis yang bersifat homogen atau
pada katalis heterogen pada reaktor fluidized bed.
b. Surface deposite, Yaitu degradasi katalis karena pembentukan deposit
pada permukaan katalis.
c. Sintering, yaitu degradasi katalis karena adanya restrukturisasi molekul
yang terjadi pada suhu tinggi. Proses sintering ini biasanya terjadi bila
suhu berada separoh dari suhu melting point katalis.
d. Poisoning, yaitu terjadinya keracunan pada katalis. Hal ini terjadi bila
bahan yang bereaksi mengadung bahan yang bersifat racun katalis, baik
pada hasil samping reaksi, maupun pada inert.
e. Chemical change, yaitu degradasi karena adanya peubahan yang
bersifat kimiawi pada katalis. Secara teoritis pada katalis tidak terjadi
perubahan kimia tetapi pada proses reduksi kimia perubahan secara
poerlahan akan mungkin terjadi.
Perancangan Reaktor
1. RTB ( Reaktor Tangki Berpengaduk )
Biasa diaplikasikan pada :
- Reaktor homogen fase cair
18
- Reaktor heterogen gas-cair
- Reaktor heterogen cair-cair
- Reaktor heterogen padat-cair
- Reaktor heterogen gas-padat-cair
1 dNA
− rA = − = kCA a CB b
V dt
19
2. Volume Reaktor
FV (CAo − CA)
V l =
Over design = 20a % b
kCA CB
Vr = (1 + 0,2)Vl
Diambil : H/D = 1,5
Dengan Volume 1/2 Head :
Vh = (1 / 2)(4 / 3)πabc
Vh = (2 / 3)π (1 / 2 D)(1 / 2 D)(1 / 4 D)
Vh = 1 / 24πD 3
1/ 3
Vr
D=
(π / 4)( H / D) + 1 / 24π
H = 1,5 D
3. Dimensi reactor
4. Daya Pengaduk
Perhitungan daya pengaduk dapat dilihat dari fig. 477 Brown.
- ditentukan dulu jenisnya (disarankan dengan menggunakan pengaduk
type marine karena mempunyai daya yang paling rendah
- Hitung bilangan Reynold (Re)
nDi 2 ρ
Re =
µ
( Po)n 3 Di 5 ρ
P=
gc
20
5. Transfer panas
Koeffisien transfer panas yang dipakai pada proses pengadukan adalah :
2/3 0 ,14
0,36k L2 Nρ C pµ µ
1/ 3
hj = k µw
Dj µ
hi =
D µ k µw
hc = k µw
Dj µ
2. Tubular Reaktor
Bentuk Teknis
- Dapat berupa satu pipa
- Dapat berupa banyak pipa dalam shell (Shell & tube)
- Dengan pendinginan atau pemanasan secara external terhadap pipa
- Pada pemanasan suhu tinggi maka pipa dimasukkan dalam furnace.
21
Karakteristik Tubular Reaktor
22
Penyelesaian persamaan integral
dengan metode Simpson’s Rule
23
dXA dTs
= K1 = M1
dZ dZ
dT dP
= L1 = N1
dZ dZ
dT dP
= L2 = N2
dZ dZ
3. Dari hasil perhitungan diatas selanjutnya disubstitusikan kembali kedalam
PD Simultan, sehingga diperoleh :
dT L1 + L 2 dP N1 + N 2
= =
dZ avg 2 dZ avg 2
dXA dTs
XAavg = XAo + .dZ Ts avg = Tso + .dZ
dZ avg dZ avg
dT dP
Tavg = To + .dZ Pavg = Po + .dZ
dZ avg dZ avg
24
5. Kemudian dari perhitungan rata-rata diatas dimasukkan lagi kedalam PD
Simultan sehingga diperoleh :
dXA dTs
= K3 = M3
dZ dZ
dT dP
= L3 = N3
dZ dZ
Maka dihitung kembali nilai :
6. Bila :
7. Bila :
25
Ts1 = Ts12
P1 = P12
Z1 = Zo + dZ
1. Keadaan awal
x = xo; P = Po
T = To; Ts = Tso
z = zo; increment = 1
26
dX dTs
K2 = . ∆z ; M2 = . ∆z
dz dz
dT dp
L2 = . ∆z ; N2 = . ∆z
dz dz
Selanjutnya dihitung :
x = xo + K2/2
T = To + L2/2
Ts = Tso + M2/2
P = Po + N2/2
4. Hasil perhitungan di atas selanjutnya dimasukkan ke dalam PD simultan :
dX dTs
K3 = . ∆z ; M3 = . ∆z
dz dz
dT dp
L3 = . ∆z ; N3 = . ∆z
dz dz
Selanjutnya dihitung :
x = xo + K3
T = To + L3
Ts = Tso + M3
P = Po + N3
27
z1 = zo + ∆z
28