Anda di halaman 1dari 2

Keyword : abortion; health survey; skrt; surkesnas Subjek : ABORTION Sumber pengambilan dokumen : Surkesnas, Indonesia Health Survey,

SKRT, National Household Health Survey Masalah aborsi di Indonesia pada akhir akhir ini masih tetap diperdebatkan karena dipicu oleh berbagai peristiwa yang mengguncang sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Kelompok yang menerima aborsi berargumentasi jika reproduksi sebagai hak maka arborsi yang aman menjadi hak pula sedangkan kelompok yang menolak menyatakan aborsi sebagai pelanggaran sosial. Beberapa sumber menyatakan aborsi di Indonesia ada kecenderungan meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lanjut untuk mengetahui angka aborsi menurut kawasan dan daerah serta faktor faktor apa yang mempengaruhi kejadian aborsi di Indonesia. Metodologi : Sumber data dari Studi tindak lanjut ibu hamil SKRT 2001. Unit analisis adalah kejadian kehamilan tahun 1998-2001 di seluruh propinsi Indonesia kecuali Aceh dan Maluku. Dengan memperhatikan faktor pembobotan (inflate) diperoleh kasus aborsi 88.616 dari 848.588 kehamilan. Variabel bebas yang diperhatikan yaitu karakteristik ibu ( umur ibu, jumlah kehamilan, pendidikan ibu, status ekonomi), status kesehatan (riwayat penyakit dan komplikasi hamil) dan pelayanan kesehatan (periksa hamil, tempat penolong ). Data dianalisis secara deskriptif dan multivariat (logistik regresi). Hasil : Kehamilan yang berakhir dengan aborsi di Indonesia dalam kurun 1998-2001 dengan menggunakan ukuran rasio aborsi sebesar 10,4 per 100 kehamilan. Terdapat disparitas rasio aborsi menurut daerah dan kawasan, didaerah perdesaan 13,2 dan perkotaan 6,7 per 100 kehamilan, berdasarkan kawasan yang tertinggi yaitu di Jawa Bali 13,2 per 100 kehamilan untuk Kawasan Timur Indonesia 10,3 per 100 kehamilan dan Sumatra 5,2 per 100 kehamilan. Secara deskriptif, variabel yang bermakna terhadap aborsi yaitu kelompok umur ibu 15-24 tahun, jumlah kehamilan 2 kali, status ekonomi di bawah rata rata, mempunyai riwayat komplikasi, tidak periksa hamil, periksa hamil pertama pada umur kandungan di atas 2 bulan. Diantara jenis komplikasi didapatkan komplikasi perdarahan yang tertinggi kontribusinya terhadap aborsi (36,3 %). Dari analisis regresi logistik menunjukkan ada hubungan komplikasi kehamilan dengan kejadian aborsi (Odds Rasio = 9,69). Diantara covariat yang bermakna yaitu jumlah kehamilan (Odds Rasio= 4,19) dan periksa kehamilan (Odds Rasio = 3,69). Saran : Meningkatkan status kesehatan wanita untuk mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan, meningkatkan promosi dan edukasi mengenai hak hak reproduksi wanita (sejak remaja) dengan memperhatikan keragaman daerah dan kawasan, meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas pelayanan aborsi yang aman dengan memperhatikan kepentingan dan berprespektif klien. Diperlukan penelitian lanjut tentang aborsi ilegal di masyarakat. Deskripsi Alternatif :

Masalah aborsi di Indonesia pada akhir akhir ini masih tetap diperdebatkan karena dipicu oleh berbagai peristiwa yang mengguncang sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Kelompok yang menerima aborsi berargumentasi jika reproduksi sebagai hak maka arborsi yang aman menjadi hak pula sedangkan kelompok yang menolak menyatakan aborsi sebagai pelanggaran sosial. Beberapa sumber menyatakan aborsi di Indonesia ada kecenderungan meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lanjut untuk mengetahui angka aborsi menurut kawasan dan daerah serta faktor faktor apa yang mempengaruhi kejadian aborsi di Indonesia. Metodologi : Sumber data dari Studi tindak lanjut ibu hamil SKRT 2001. Unit analisis adalah kejadian kehamilan tahun 1998-2001 di seluruh propinsi Indonesia kecuali Aceh dan Maluku. Dengan memperhatikan faktor pembobotan (inflate) diperoleh kasus aborsi 88.616 dari 848.588 kehamilan. Variabel bebas yang diperhatikan yaitu karakteristik ibu ( umur ibu, jumlah kehamilan, pendidikan ibu, status ekonomi), status kesehatan (riwayat penyakit dan komplikasi hamil) dan pelayanan kesehatan (periksa hamil, tempat penolong ). Data dianalisis secara deskriptif dan multivariat (logistik regresi). Hasil : Kehamilan yang berakhir dengan aborsi di Indonesia dalam kurun 1998-2001 dengan menggunakan ukuran rasio aborsi sebesar 10,4 per 100 kehamilan. Terdapat disparitas rasio aborsi menurut daerah dan kawasan, didaerah perdesaan 13,2 dan perkotaan 6,7 per 100 kehamilan, berdasarkan kawasan yang tertinggi yaitu di Jawa Bali 13,2 per 100 kehamilan untuk Kawasan Timur Indonesia 10,3 per 100 kehamilan dan Sumatra 5,2 per 100 kehamilan. Secara deskriptif, variabel yang bermakna terhadap aborsi yaitu kelompok umur ibu 15-24 tahun, jumlah kehamilan 2 kali, status ekonomi di bawah rata rata, mempunyai riwayat komplikasi, tidak periksa hamil, periksa hamil pertama pada umur kandungan di atas 2 bulan. Diantara jenis komplikasi didapatkan komplikasi perdarahan yang tertinggi kontribusinya terhadap aborsi (36,3 %). Dari analisis regresi logistik menunjukkan ada hubungan komplikasi kehamilan dengan kejadian aborsi (Odds Rasio = 9,69). Diantara covariat yang bermakna yaitu jumlah kehamilan (Odds Rasio= 4,19) dan periksa kehamilan (Odds Rasio = 3,69). Saran : Meningkatkan status kesehatan wanita untuk mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan, meningkatkan promosi dan edukasi mengenai hak hak reproduksi wanita (sejak remaja) dengan memperhatikan keragaman daerah dan kawasan, meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas pelayanan aborsi yang aman dengan memperhatikan kepentingan dan berprespektif klien. Diperlukan penelitian lanjut tentang aborsi ilegal di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai