Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Kontrol merupakan kunci utama bagi auditor internal. Istilah kontrol pertama kali muncul dalam kamus bahasa inggris sekitar tahun 1600 dan didefinisikan sebagai salinan dari sebuah putaran (untuk akun), yang kualitas dan isinya sama dengan aslinya. Samuel Johnson menyimpulkan pengertian awal ini sebagai daftar atau akun yang dipegang oleh seorang pegawai, yang masing-masing dapat diperiksa oleh pegawai lain. Pentingnya kontrol bagi auditor (atau pengecekan internal seperti disebut pertama kali) diakui oleh L.R. Dicksee pada awal tahun 1905. Ia mengatakan bahwa system pengecekan internal yang layak bisa menghilangkan kebutuhan akan audit yang terinci. Menurutnya kontrol terdiri atas 3 elemen : Pembagian kerja, penggunaan catatan akuntansi, dan rotasi pegawai. Menurut George E. Bennett tahun 1930 pengecekan internal adalah koordinasi dari system akun-akun dan prosedur perkantoran yang berkaitan sehingga seorang karyawan selain mengerjakan tugasnya sendiri juga secara berkelanjutan mengecek pekerjaan karyawan yang lain untuk hal-hal tertentu yang rawan kecurangan. Oleh karena itu, pembahaan makalah ini tentang kontrol audit dmana

pembahasannnya terdapat definisi, model-model kontrol, karakteristik kontrol internal, manfaat kontrol, standar-standar kontrol, alasan seberapa pentingnya kontrol, sarana untuk mencapai kontrol, dan faktor-faktor yang membuat kontrol tidak berjalan dengan baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dapat ditarik perumusan masalah yaitu :
1. Apakah definisi dari kontrol,? 2. Apa sajakah model-model dari kontrol internal? 3. Apa sajakah manfaat-manfaat dari kontrol? 4. Apa sajakah karakteristik dari kontrol? 5. Apa sajakah standar-standar kontrol internal? 6. Apa sajakah alasan-alasan mengenai seberapa pentingnya sebuah kontrol? 7. Apa sajakah sarana-sarana untuk mencapai kontrol? 8. Apa sajakah faktor-faktor yang membuat kontrol tidak berjalan?

1.3Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui definisi dari kontrol. 2. Untuk mengetahui model-model dari kontrol internal. 3. Untuk mengetahui manfaat-manfaat dari kontrol. 4. Untuk mengetahui karakteristik dari kontrol. 5. Untuk mengetahui standar-standar kontrol internal. 6. Untuk mengetahui alasan-alasan mengenai seberapa pentingnya sebuah kontrol. 7. Untuk mengetahui sarana-sarana untuk mencapai kontrol. 8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang membuat kontrol tidak berjalan.

BAB II KONTROL AUDIT


A. DEFINISI
1. Definisi kontrol

Istilah kontrol pertama kali muncul dalam kamus bahasa inggris sekitar tahun 1600 dan didefinisikan sebagai salinan dari sebuah putaran (untuk akun), yang kualitas dan isinya sama dengan aslinya. Samuel Johnson menyimpulkan pengertian awal ini sebagai daftar atau akun yang dipegang oleh seorang pegawai, yang masing-masing dapat diperiksa oleh pegawai lain. Menurut AICPA (Committee on auditing procedure) kontrol internal berisi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.

2. Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut terlalu luas untuk tujuan mereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah menjadi kontrol administratif dan kontrol akuntansi. Menurut Statement of Auditing Standards atau SAS No. 1 :

Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana organisasi,

prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang tercermin dalam otorisasi manajemen atas transaksi.
Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang

berkaitan dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan keuangan, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa: a) Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum atau khusus dari manajemen.
b) Transaksi dicatat (1) untuk menyiapkan penyusunan laporan keuangan

sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria lainnya yang berlaku untuk laporan tersebut dan (2) untuk menjaga akuntabilitas atas aktiva. c) Akses terhadap aktiva hanya diberikan sesuai otorisasi manajemen. d) Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva yang ada pada periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan maka akan diambil tindakan yang tepat. Dari definisi diatas terlihat bahwa definisi kontrol administratif menghubungkan kontrol tersebut dengan tujuan manajemen; sementara definisi kontrol akuntansi tidak. 3. Definisi Kontrol bagi Auditor Internal Auditor Internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua sarana perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini

meliputi bentuk organisasi, kebijakan, system, prosedur, induksi, standar, komite, bagan akun, perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana, dan audit internal. Namun, bagi auditor internal kontrol akan memadai dan berguna jika dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Dan definisi kontrol menurut IIA yaitu setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

B. MODEL-MODEL CONTROL INTERNAL


Model COSO

Model COSO terdiri dari lima komponen kontrol internal yaitu:


Lingkungan kontrol

Komponen ini meliputi sikap manajemen di semua tingkatan terhadap operasi secara umum dan konsep kontrol secara khusus. Hal ini mencangkup: etika, kompetensi, serta integritas, dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi. Juga tercakup struktur organisasi serta kebijakan dan filosofi manajemen. Penentuan resiko Komponen ini telah menjadi bagian dari aktivitas audit internal yang terus berkembang. Penentuan resiko mencangkup penentuan resiko di semua aspek organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui evaluasi resiko.
Aktivitas kontrol

Komponen ini mencangkup persetujuan, tanggung jawab dan kewenangan, pemisahan tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang kompeten dan jujur, pemeriksaan internal dan audit internal.

Informasi dan komunikasi Komponen ini merupakan komunikasi informasi tentang operasi kontrol internal memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasi efektivitas kontrol dan untuk mengelola operasinya. Pengawasan Pengawasan merupakan evaluasi rasional yang dinamis atas informasi yang diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan manajemen kontrol.

Model COCO

Model COCO mencangkup empat komponen yaitu: Tujuan Tujuan harus ditetapkan dan dikomunikasikan. Risiko internal dan eksternal signifikan yang dihadapi organisasi dalam

pencapaian tujuannya harus ditentukan dan dinilai. tujuan Kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk mendukung pencapaian organisasi dan pengelolaan risikonya harus ditetapkan,

dikomunikasikan, dipraktekan sehinggan karyawan memahami apa yang diharapkan dari mereka dan lingkup kebebasan mereka untuk bertindak. Komitmen

Nilai-nilai etis bersama, teramsuk integritas, harus ditetapkan,

dikomunikasikan, dan dilaksanakan di organisasi. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia harus konsisten dengan

nilai etika organisasi dan dengan pencapaian tujuannya.

Kewenangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas harus didefinisikan

secara jelas dan konsisten dengan tujuan organisasi sehingga keputusan dan tindakan diambil oleh orang yang tepat. Kemampuan Karyawan harus memiliki pengetahuan, keahlian, dan sarana yang

diperlukan untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Proses komunikasi harus mendukung nilai-nilai organisasi dan

pencapaian tujuannya.

Informasi yang memadai dan relevan harus diidentifikasi dan

dikomunikasikan secara tepat waktu sehingga memungkinkan karyawan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawasan dan Pembelajaran

Lingkungan eksternal dan internal harus dimonitor untuk memperoleh

informasi yang bias menandakan perlunya evaluasi ulang atas tujuan atau kontrol organisasi.

Kinerka harus dimonitor untuk menentukan kesesuaannya dengan

target dan indikator yang terdapat pada tujuan dan rencana organisasi.

Asumsi-asumsi yang mendasari tujuan dan system organisasi harus

diubah secara periodik.

C.

MANFAAT MANFAAT KONTROL


Kontrol menjadi sarana positif untuk membantu manajer mencapai tujuan dan

sasaran. Filosofi tersebut memandang kontrol sebagai sebuah sarana mengintegrasikan pribadi-pribadi dan tujuan perusahaan untuk membantu karyawan mencapai sasarannya.

Kontrol menjadi sarana mengendalikan diri sendiri.

Dapat digunakan untuk mendorong individu meningkatkan kinerja mereka. Tidak hanya puas dengan pekerjaan yang telah dilakukan.

Kontrol yang baik tidak hanya melindungi organisasi, tetapi juga karyawan.

Manajemen bertanggung jawab secara moral bahwa tidak ada celah untuk melakukan kecurangan. Kebanyakan karyawan akan menghargai operasi yang dikendalikan dengan baik.

Kontrol dapat memusnakan godaan untuk melakukan kecurangan. Kontrol dipandang sebagai alat ukur seseorang.

Melalui laporan dan verifikasi yang objektif oleh auditor, pemilik bias yakin bahwa tanggung jawab yang dibebankan kepada manajer telah dilaksanakan dengan baik.

D. KARAKTERISTIK KONTROL

Auditor internal dapat mengevaluasi system kontrol dengan menentukan kesesuaiannya dengan kriteria yang ditetapkan seperti berikut ini: Tepat waktu

Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sjak awal untuk menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya. Kontrol harus tepat waktu, meskipun efektivitas biaya juga dipertimbangkan. Ekonomis

Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang diinginkan dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling rendah. Akuntabilitas

Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan. Manajer memerlukan kontrol untuk membantu mereka memenuhi tanggung jawabnya. Penerapan

Kontrol harus diterapkan pada saat yang paling efektif, yaitu sebagai berikut:
Sebelum bagian proyek yang mahal dari suatu proyek dikerjakan. Sebelum waktu yang perusahaan tidak bias untuk kembali. Dan seterusnya.

Flesbilitas

Keadaan bias berubah sewaktu-waktu. Kontrol yang akan mengakomodasi perubahan seperti ini tanpa harus berubah lebih disukai untuk menghindari kebutuhan akan adanya perubahan.

Menentukan penyebab

Tindakan korektif yang diambil segera bias dilakukan bila kontrol tidak hanya mengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya. Penanganan standar bias disiapkan dan dilaksanakan bila kontrol bias menentukan penyebab kesulitan. Kelayakan

Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen. Kontrol tersebut harus membantu dalam pencapaian tujuan dan rencana manajemen dan juga harus sesuai dengan karyawan dan struktur organisasi dari operasi.

Masalah-masalah dengan kontrol

Kontrol yang berlebihan dapat membuat kebingungan dan frustasi. Begitu kontrol mencapai titik tertentu, maka efektivitas sebenarnya bias menurun sehingga biaya yang harus ditanggung menjadi lebih besar dibandingkan manfaat yang semula diinginkan.

E. STANDAR-STANDAR KONTROL INTERNAL


Standar-Standar Umum
Keyakinan yang wajar

Perilaku yang mendukung Integritas dan kompetensi


Tujuan kontrol

Pengwasan kontrol

Standar-Standar Rinci Dokumentasi Pencatatan transaksi dan kejadian dengan layak dan tepat waktu
Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadiann kejadian harus diotorisasi dan

dilaksanakan oleh orang yang bertugas untuk itu. Pembagian tugas Pengawasan Akses dan akuntabilitas ke sumber daya/dan catatan

F.

ALASAN SEBERAPA PENTINGNYA KONTROL


Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi-organisasi besar. Manajer tidak dapat

mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Manajer mendelegasikan kewenangannya kepada bawahan sebagai wakilnya. Bawahan tersebut akan diberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya. Seiring dengan pemberian tanggung jawab muncul pula akuntabilitas, yang membutuhkan bahan bukti bahwa tugas yang dibebankan telah diselesaikan. Bukti tersebut inilah biasanya dalam laporan yang membandingkan hasil aktual dengan yang direncanakan atau biasanya disebut kontrol dasar. Merancang system kontrol untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan dan tujun dicapai merupakan tanggung jawab manajemen. Manajer menerapkan kontrol karena memang harus. Rencana-rencana bias jadi tidak tidak jelas atau tidak dikomunikasikan

dengan baik. Tujuan karyawan bias berbeda dari tujuan manajemen. Kecelakaan dan penundaan bias terjadi, sehingga menimbulkan situasi yang tidak direncanakan sebelumnya. Kontrol detektif tetap membandingkan yang sebenarnya dengan yang seharusnya, mengomunikasikan kelemahan ke manajemen, dan mendorong manajemen untuk melakukan tindakan perbaikan.

G.

SARANA UNTUK MEMCAPAI KONTROL

Organisasi Organisasi sebagai sarana kontrol, merupakan struktur peran yang disetujui untuk orangorang di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efisien dan ekonomis. Kebijakan Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi pedoman atau membatasi tindakan.
Prosedur

Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.

Personalia Orang-orang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi untuk

melaksanakan yang diberikan. Akuntansi Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada aktivitas dan sumber daya. Akuntansi membentuk kerangka kerja yang bias disesuaikan dengan pemberian tanggung jawab. Penganggaran Sebagai sebuah kontrol, anggaran menetapkan standar masukan sumber daya dan hal-hal yang harus dicapai sebagai keluaran dan hasil. Pelaporan Pada kebanyakan organisasi, manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yang diterima.

H. FAKTOR-FAKTOR BERJALAN

YANG

MEMBUAT

KONTROL

TIDAK

Kontrol, meskipun dibuat dengan cermat, tidak selalu mencapai tujuan yang diinginkan. Meskipun kontrol dirancang untuk membantu manajer melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, banyak manajer memandang kontrol sebagai ancaman, sebuah tantangan yang harus diatasi. Aldag dan Stearns mengidentifikasi empat reaksi terhdap system kontrol:

Dianggap sebagai permainan Kontrol dilihat sebagai sebuah tantangan, sesuatu yang harus dikalahkan, bukan sebagai alat yang berguna bagi manajemen. Dianggap objek sabotase Pegawai berusaha untuk merusak system kontrol, menciptakan kebingungan, dan merancang proyek dengan karakteristik yang kompleks. Tujuannya adalah untuk membuat system tidak beroperasi, tidak dapat diandalkan, dan terlalu rumit. Atau, seseorang bahkan dapat mengabaikan keseluruhan system. Informasi yang tidak akurat Manajer memanipulais informasi untuk membuat dirinya dan unitnya kelihatan lebih baik atau menciptakan data yang salah sehingga kontrol tidak beroperasi.
Ilusi kontrol

Manajer memberikan kesan bahwa system kontrol memang berfungsi. Padahal system tersebut diabaikan atau disalahartikan. Hasil yang baik dikatakan sebagai hasil dari system. Hasil yang tidak bagus dikatakan bersumber dari kondisi yang tidak biasa yang berada di luar system.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Kesimpulan dari makalah kontrol audit adalah sebagai berikut:
1. Definisi kontrol bagi Akuntan Publik dibagi menadi dua yaitu kontrol administratif dan

kontrol akuntansi.
2. Model-medel dari kontrol internal adalah model COSO dan model COCO. 3. Manfaat-manfaat

dari kontrol yaitu

membantu

manajer

mencapai tujuan

dan

sasaran;sarana mengendalikan diri; sarana melindungi karyawan; sarana memusnakan godaan untuk melakukan kecurangan; dan sarana alat ukur.
4. Karekteristik-karakteristik dari kontrol yaitu tepat waktu, ekonomis, flesibilitas,

menentukan penyebab, kelayakan, dan masalah-masalah dengan kontrol.


5. Standar-standar dari kontrol internal adalah standar-standar umum dan standar-standar

rinci.
6. Alasan seberapa pentingnya kontrol bahwa tugas diselesaikan dan tujun dicapai

merupakan tanggung jawab manajemen.


7. Sarana untuk mencapai kontrol adalah organisasi, kebijakan, prosedur, personalia,

akuntansi, penganggaran, dan pelaporan.


8. Factor-faktor yang membuat kontrol tidak berjalan yaitu dianggap sebagai permainan,

dianggap objek sabotase, informasi tidak kuat, dan ilusi kontrol.

3.2 SARAN Masih banyak terdapat kekurangan dari makalah ini, maka penulis untuk perbaikan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.valueconsulttraining.com/internal-audit-training/107-risk-based-

internal-auditing#axzz1gZfXep7N
2. Sawyers, Lawrence B. 2009. Sawyers Internal Audit. Jakarta: Salemba

Empat.

Anda mungkin juga menyukai