Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Latar Belakang Dunia dalam beberapa abad terakhir telah berevolusi menjadi suatu komunitas global. Komunitas yang secara umum dan serentak mulai menapaki tingkat tertinggi dalam suatu rotasi metamorfosa kehidupan. Dalam rangkaiannya, beberapa faktor mulai menonjol sebagai aspek pendukung utama. Dan Komunikasi adalah salah satunya. Komunikasi dengan segala perkembangan teori dan pemaknaannya, telah mampu membuat manusia menjadi merasa dekat antara satu dengan yang lainnya. Manusia adalah publik yang berbeda naum satu tujuan. Tujuan mencapai kesempurnaan hidup adalah impian bagi semua umat manusia. Terkadang berbagai cara dilakukannya. Lalu bagaimana bisa tanpa komunikasi yang baik, semua impian itu bisa menjadi nyata? Komunikasi memang hanyalah sebuah aspek, namun aspek yang merupakan akar serabut dari aspek-aspek lainnya. Komunikasi telah membuat manusia mampu berbicara dengan milyaran manusia dimanapun juga. Hal inilah yang mebuat Komunikasi Massa dapat berkembang dengan sangat pesat. Mengingat betapa pentingnya Komunikasi Massa dalam peng-global-an manusia. Kehadiran Komunikasi Massa tidak dapat dilepaskan dengan Efek-efek yang mengiringinya. Hampir semua orang menyadari efek komunikasi massa. Meskipun hanya sedikit yang mengerti akan gejalanya, keberadaan efek komunikasi massa telah berpengaruh banyak pada pola kehidupan manusia. Indonesia adalah bagian dari masyarakat dunia yang tidak dapat mengelakan munculnya efek pada komunikasi massa. Seiring semakin pesatnya komunikasi massa di Indonesia, semakin kuat pula pengaruh komunikasi massa terhadap pola dan tingkah laku masyarakat Indonesia.

Dengan pola adat ketimurannya yang masih kuat melekat, dan norma budaya yang juga masih diterapkan dalam setiap gerak langkahnya. Komunikasi massa di Indonesia memilki ciri yang unik yang bisa membedakannya dengan sistem komunikasi massa di negara lain. Hal itulah yang membuat Stasiun TV (khususnya swasta) sebagai bagian dari media massa pada sistem komunikasi massa di Indonesia memberikan tayangantayangn yang mengakar erat pada tradisi dan budaya Bangsa Indonesia. Contoh yang paling signifikan adalah berkembangnya ( kalau tidak mau disebut persaingan ) tayangan-tayangan yang menonjolkan unsur mistis, gaib dan misteri di lingkungan Stasiun TV kita. Berbicara mengenai hal itu, kita kembalikan dengan Efek Komunikasi Massa yang ada. Tayangan berbau mistis tersebut ada dan menjamur hampir di semua Stasiun TV Swasta. Hal ini memberiukan efek-efek khusus pada Massa yang menonton tayangan tersebut. Efek disini bukan berarti selalu hal yang bersifat negatif namun juga mungkin positif. Efek-efek dari penayangan tayangan misteri itulah yang menimbulkan pengaruh pada pola pikir masyarakat. Ada yang beranggapan bahwa tayangan itu membuat pola pikir masyarakat menjadi dangkal dan bodoh, disisi lain ada juga yang beranggapan bahwa dengan adanya tayangan itu pola pikir kita semakin dewasa karena selalu ingat akan kekuasaan Allah SWT. Prodiktif dan Kontradiktif adalah bagian dari suatu pengaruh suatu fenomena. Demikian pula yang terjadi pada Efek dari tayangan misrteri di Stasiun TV di Indonesia, keberadaannya selalu dan akan selalu diiringi dengan adanya perbedaan dua pendapat. Pendapat mana yang paling tepat? Isi laporan tentang penelitian pengaruh tayangan misteri ini mungkin bisa menjadi suatu acuan dasar untuk mencari pembenaran dari pertanyaan diatas. Oleh karena itu laporan ini diberi judul Pengaruh Tayangan-Tayangan Misteri di Stasiun TV Terhadap Pola Pikir Masyarakat.

II.2. Identifikasi Masalah Laporan tentang pengaruh tayangan-tayangan misteri terhadap pola pikir masyarakat ini memiliki identifikasi permasalahan, yaitu : a. Apakah masyarakat tahu tentang adanya tayangan-tayangan misteri ? b. Apakah masyarakat suka menonton tayangan-tayangan misteri ? c. Alasan apakah yang menjadikan masyarakat menonton/tidak tayangantayangan misteri tersebut ? d. Adakah perubahan pola pikir dalam realitas kehidupan masyarakat ? II.3. Perumusan Masalah Terdapat berbagai macam masalah yang timbul dalam sudut pandang keilmuan khususnya ilmu komunikasi. Masalah dalam penelitian ini muncul dari keberadaan Media yang diyakini mampu merubah pola pikir manusia. Media tidak secara langsung mengubah sikap seseorang. Namun media bisa langsung merubah pola pikir manusia (pengetahuan/kognitif). Pola pikir yang dianggap berubaah tidak semata-mata pola pikir yang negatif namun juga bisa berubah menjadi pola pikir yang positif. Hal ini bersumber pada deskripsi orang yang bersangkutan, baik dari segi status sosial, pendidikan, keagamaan, dll. Jadi Perumusan masalah dari hal ini adalah: Apakah pola pikir masyarakat di Indonesia akan berubah apabila melihat tayangantayangan misteri di Stasiun TV Swasta?.

BAB II LANDASAN TEORI II.1. Komunikasi Massa Komunikasi Massa memiliki berbagai definisi. Definisi yang paling sederhana adalah dirumuskan oleh Bitter (1980 :10 ) : mass communication Interpersonal Skills massage communicated through a mass medium to large number of people1 Maletzke (1963) menghimpun banyak definisi; beberapa diantaranya adalah : 1. Komunikasi massa kita artikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. 2. Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar supaya komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. 3. Bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut : diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Wright)2

Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. (Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. 2000:188) 2 Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. 2000:188

Melihat beragamnya definisi-definisi yang diungkapkan para pakar. Apabila dirangkum semua definisi diatas, disini : komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.3 II.2. Agenda Setting Agenda Setting adalah suatu model efek yang terjadi karena media massa. Berupa pendekatan yang merupakan dari model efek moderat, yang dikembangkan oleh Maxwell E. McComb dan Donald L. Shaw. perhatian bergeser dari efek afektif ke efek kognitif. Menurut teori ini, media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, gatekeepers seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberikan dan mana yang harus disembunyikan. Bagaimana media massa menyajikan peristiwa, itulah yang disebu agenda media. Bila media massa terbukti sanggup membentuk citra orang tentang lingkungan dengan menyampaikan informasi, kita juga dapat menduga media massa tertentu berperan juga dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang baik. Agenda Setting memusatkan perhatian pada efek media massa terhadap pengetahuan. Dengan kata lain, fokus

Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. 2000:189

II.3. Teori Tentang Media Massa Ada beberapa teori yang berkaitan dengan media massa dan memiliki kaitan dengan munculnya pengaruh yang berbeda-beda pada masyarakat, yaitu : 1.Teori Masyarakat Massa 3. Masyarakat dalam skala yang besar Publik yang teratomisasi Media yang sentralistik Transmisi satu arah Masyarakat tergantung pada media untuk menemukan identitasnya Media digunakan untuk memanipulasi dan mengontrol 2. Teori Marxis tentang media Media dimiliki oleh kelas borjuis Media dioperasikan di dalam kepentingan kelas borjuis Media mempromosikan kesadaran palsu kelas pekerja Akses media tertutup untuk oposisi politik Structural-Functional Theory of Media Tugas-tugas (fungsi) media dalam masyarakat : Informasi (information) Korelasi (corelation) Kesinambungan (continuity) Hiburan (entertainment) Mobilisasi (mobilization) Fungsi integrasi sosial : Mass Media sangat esensial di dalam masyarakat untuk : Integrasi dan kooperasi (kerjasama) Tatanan, kontrol dan stabilitas Adaptasi pada perubahan Mobilisasi

Manajemen ketegangan Kesinambungan budaya dan nilai-nilai 4. Aspek Kekuasaan Media Massa Menarik dan mengarahkan perhatian publik Persuasi dalam hal opini dan keyakinan Mempengaruhi perilaku Menstrukturkan definisi tentang realitas Memberikan status dan legitimasi Memberikan informasi secara cepat dan ekstensif 5. Teori Ekonomi Polotik Kontrol dan logika ekonomi sangat menentukan Struktur media cenderung kearah konsentrasi Integrasi media berkembang secara global Isi dan khalayak media dikomodifikasi Menurunnya keragaman Suara-suara alternatif atau oposisi termarginalisasikan Kepentingan publik di dalam komunikasi disubordinatkan menjadi kepentingan privat Gambar 2.1. Mass Communication Theory4 Conflict

-Information Society

-Marxism -Political Economic -Mass Society

Media Centric

Society Centric
-Structural Functional

-Comm. Technology Determinism -Diffusion & 4 McQuail. 2003:89 Develompment

Consensus

BAB III GAMBARAN UMUM SUMBER DATA III.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek yang diteliti adalah tayangan-tayangan misteri yang ditayangkan oleh televisi swasta di Indonesia. Dari hasil pengamatan tayangan-tayangan misteri itu adalah :
Tayangan-tayangan Misteri di Stasiun TV Swasta
Nama Acara Stasiun TV Waktu Acara Hari Jam Durasi Keterangan

Kismis (Kisahkisah Misteri) Kismis Arwah Penasaran Silet Misteri

RCTI

Rabu

22.00 WIB

Tayangan dengan format ilustrasi dan tidak langsung berinteraksi dengan 30 menit dunia lain. Ilustrasi hanya berupa akting 30 menit idem 30 menit Infotainment yang mengkhususkan untuk menjelajah hal-hal yang berbau misteri

RCTI RCTI

Minggu Selasa

22.00 WIB 11.30 WIB

Kamis

11.30 WIB

30 menit idem Tayangan dengan format ekspedisi langsung. Terdapat segmen Uji Nyali 30 menit yang mencoba pesertanya berinteraksi dengan dunia lain. 30 menit idem Merupakan tayangan dengan sifat permainan. Tayangan ini 30 menit menampilkan seorang korban yang dikerjai oleh makhluk halus yang diciptakan sendiri Tayangan dengan format ekspedisi langsung. Disertai seorang pakar supranatural untuk menjelajahi tempat-tempat tertentu

Dunia Lain

TransTV

Selasa

22.00 WIB

Kamis

21.30 WIB

Paranoid

TransTV

Rabu

22.00 WIB

Percaya Ngga' Percaya

Antv

Senin

21.45 WIB

30 menit

Kamis

21.30 WIB

30 menit idem Tayangan dengan format ekspedisi langsung yang dilakukan sebuah tim 30 menit untuk menjelajahi tempat-tempat tertentu 30 menit idem 1 jam Tayangan yang menampilkan berbagai segmen. Ada segmen wawancara, foto gaib, aksi supranatural dan Uji Keberanian

Ekspedisi Alam Gaib

Tv7

Kamis

21.30 WIB

Minggu Gentayangan TPI Kamis

00.00 WIB 21.00 WIB

Saksi Misteri

Lativi

Rabu

21.00 WIB

Tayangan dengan format ilustrasi dan tidak langsung berinteraksi dengan 30 menit dunia lain. Ilustrasi hanya berupa akting Tayangan yang menampilkan 30 menit kegiatan-kegiatan Supranatural dan ekspedisi ke tempat-tempat tertentu 30 menit idem 30 menit Sudah tidak tayang 30 menit Sudah tidak tayang

Rahasia Alam Gaib

Lativi

Senin Selasa Senin Rabu

21.30 WIB 07.30 WIB 21.00 WIB 22.00 WIB

Kisah Nyata Tumis Majum

Lativi SCTV

Tabel 3.1. Tayangan-tayangan Misteri di TV Swasta III.2. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian yang mengawali adanya laporan ini diambil secara acak. Dengan metode observasi dengan melakukan wawancara langsung kepada subyek yang diyakini bisa untuk mewakili suara masyarakat kebanyakan (Cluster Sample). Karena

obyek yang diteliti masuk ke semua lapisan masyarakat maka tidak ada klasifikasi khusus tentang subyek yang diwawancara sebagai sumber data. Metode wawancara dipilih karena dapat memberikan gambaran yang lebih khusus dan mendalam, berbeda dengan metode kuisioner yang membuat subyek terpaku hanya pada jawaban yang telah tersedia. Untuk deskripsi subyek dan traskrip wawancara dapat dilihat di lampiran.

BAB IV ANALISA MASALAH IV.1. Data-data Acuan Sample Cluster yang dipilih adalah 5 orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Secara tingkat pendidikan hal itu dapat digambarkan sebagai berikut :
Nama Hasanudin Amir, A.md Bayu Nugraha Utama, SE. Hidajat Djati Oetama, SE. Usia 23 th 26 th Gender Lakilaki idem Status single idem Pekerjaan Mahasiswa Pegawai BRI Tingkat Pendidikan Menengah ke Atas idem Tingkat Sosial Menengah ke Atas Atas Keterangan Suka menonton dan sedikit terpengaruh Kurang tertarik untuk menonton tayangantayangan misteri Suka menonton namun tidak terlalu terpengaruh. Melihat dari sudut pandang ekonomi dan psikologis Sering menonton namun lebih

57 th

idem

menikah

Pensiunan BRI

Atas

idem

H.Andy Ruswandy, S.Ip

53 th

idem

idem

Pegawai Negeri

idem

idem

mengkhususkan sebagai penambah iman. Melihat dari sudut pandang agama Oman Sudrajat 41 th idem idem Pemotong hewan dan penjual daging Menengah ke bawah Menengah kebawah Kadang-kadang menonton tetapi sangat terpengaruh terhadap pola pikirnya.

Tabel 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian

Keragaman yang ada pada subyek menandakan memang tayangan-tayangan misteri sebagai bagian dari proses media massa memang memilki pengaruh terhada masyarakat terutama pola pikirnya (kognitif). Agenda setting sangat terlihat disini, dimana tayangan-tayangn tersebut mungkin tidak secara langsung mengubah sikap seseorang namun mengubah pola pikir masyarakat tersebut. IV.2. Analisis Data Dari hasil yang didapat dari wawancara tersebut, terdapat berbagai macam ragam jawaban. Mengingat manusia bersifat unik atau berbeda satu dengan yang lain. Hal ini dibuktikan dengan jawaban antara subyek 2 (Bayu) dan Subyek 3 (Hidajat) yang merupakan anak-ayah tetapi memilki pola pikir yang lumayan berbeda. Ada berbagai alasan yang membuat para subyek melihat atau tidak melihat tayangantayangan misteri. Bahkan yang melihatpun belum tentu alasannya adalah karena ingin, tetapi bisa juga karena faktor orang lain hingga diapun turut serta. Dari hasil wawancara maka dapat disimpulkan kategori perihal suka menonton, jarang, atau tidak sama sekali . Dalam bagan dibawah ini. Kategori Frekuensi Menonton Tidak sama sekali Kuantiti 0 orang Prosentase 0%

Jarang 2 orang 40 % Sering Menonton 3 orang 60 % Tabel 4.2. Kategori Frekuensi Menonton Kategori-kategori itu adalah sifatnya umum dan bisa berubah kapan saja. Dari sample diatas dapat dikatakan lebih dari setengah responden menyatakan suka untuk menonton tayangan-tayangan misteri. Sedangkan untuk alasan-alasannya dapat dilihat dari bagan di bawah ini. Subyek Hasanudin Amir Alasan Tertarik terhadap hal-hal baru yang aneh dan berbau misteri Bayu Nugraha Utama Kadang-kadang Merasa tidak ada keuntungan apa-apa cenderung tidak dari tayangan-tayangan misteri Hidajat Djati Oetama Ya Faktor orang lain, hingga mau tidak mau menjadi suka menonton Andy Ruswandy Ya Selain hiburan juga mencari keseimbangan berpikir antara logis dan non logis. Lebih menunjang dalam hal keimanan terhadap Allah SWT Oman Sudrajat Kadang-kadang Sebatas hiburan, tanpa mengetahui jelas makna yang ada didalamnya Tabel 4.3. Kategori Alasan Menonton Dalam kaitannya dengan efek-efek yang mungkin ada pada masyarakat perihal tayangan misteri, maka harus dilihat dulu apakah masyarakat terpengaruh atau tidak terutama menyangkut pola pikirnya. Secara umum hal itu dapat dilihat dari bagan dibawah ini. Efek Terpengaruh Tidak Terpengaruh Ragu-ragu Kuantiti 2 orang 2 orang 1 orang Tabel 4.4. Kategori Efek Tayangan Prosentase 40 % 40 % 20 % Apakah menonton Ya

Melihat isi bagan diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa secara efek langsung mungkin tayangan-tayangan misteri tidak bisa langsung mengubah sikap seseorang. Ada berbagai alasan yang membuat orang merasa terpengaruh atau tidak.

Karena kebetulan subyek yang menjawab tidak terpengaruh adalah orang-orang dengan status yang tinggi dan didasari pengalaman yang lebih, maka mungkin tayangan-tayangan tidak terlalu berpengaruh, tetapi apabila melihat ke subyek yang lain yang memiliki pola tingkat pendidikan yang kurang tinggi mungkin hal itu akan berpengaruh. Dalam hal ini tingkat pendidikan seseorang dan usia akan sangat berpengaruh dalaam menentukan tayangan-tayangan itu berpengaruh atau tidak. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggipun belum tentu tidak terpengaruh. Subyek pertama (Hasanudin) membuktikan hal itu. Subyek pertama adalah seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lumayan tinggi, namun karena alasan-alasan tertentu seperti menyukai tantangan atau hiburan yang lalu membuat pola pikirnya turut berubah. Dia adalah seseorang yang seharusnya bisa berpikir logis, namun dapat juga berpikir yang tidak logis yang langsung atau tidak langsung merupakan pengaruh dari tayangan-tayangan itu. Subyek kedua (Bayu) dapat dikatakan sebagai sosok yang netral, Subyek merasa tidak terpengaruh Karena memang secara frekuensipun Subyek dalam kategori yang jarang menonton. Subyek ketiga (Hidajat) dan keempat (Andy) merasa tidak terpengaruh karena merasa sudah terbiasa dengan hal-hal tersebut. Faktor usia dan pengalaman sangat berpengaruh disini. Kedua Subyek ini memiliki frekuensi menonton dengan rasio yang tinggi, namun dalam realitasnya mereka dapat dikataakan tidak terpengaruh. Hanya secara pola piker hal ini bisa sangat berpengaruh mengingat mereka menuntut keseimbangan anatara pola piker logis dan non logis. Bahkan Subyek kelima (Oman) yang memiliki frekuensi menonton dalam kategori jarangpun dapat segera terpengaruh, hal ini bisa muncul karena tingkat pendidikannya yang rendah atau pola pikirnya yang sederhana. Secara umum, meski dengan alasan yang berbeda-beda, subyek-subyek penelitian pernah menyaksikan tayangan-tayangan misteri di Stasiun TV Swasta. Mereka tidak menolak kehadiran tayangan-tayangan tersebut. Dan secara umum,

mereka menuntut bahwa tayangan-tayangan tersebut memiliki keseimbangan dalam penayangannya. Berbagai norma harus dimasukan kedalamnya, baik itu norma agama, budaya, sosial, ekonomi, susila, dan berbagai norma lain yang mengiringinya. Hal ini juga bisa sangt bermanfaat bagi perkembangan media massa pada umumnya dan pola piker masyarakat pada khususnya.

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Kehadiran Komunikasi Massa tidak dapat dilepaskan dengan Efekefek yang mengiringinya. Hampir semua orang menyadari efek komunikasi massa. Meskipun hanya sedikit yang mengerti akan gejalanya, keberadaan efek komunikasi massa telah berpengaruh banyak pada pola kehidupan manusia. Indonesia adalah bagian dari masyarakat dunia yang tidak dapat mengelakan munculnya efek pada komunikasi massa. Seiring semakin pesatnya komunikasi massa di Indonesia, semakin kuat pula pengaruh komunikasi massa terhadap pola dan tingkah laku masyarakat Indonesia. Dengan pola adat ketimurannya yang masih kuat melekat, dan norma budaya yang juga masih diterapkan dalam setiap gerak langkahnya. Komunikasi massa di Indonesia memilki ciri yang unik yang bisa membedakannya dengan sistem komunikasi massa di negara lain. Tayangan berbau mistis tersebut ada dan menjamur hampir di semua Stasiun TV Swasta. Hal ini memberiukan efek-efek khusus pada Massa yang menonton tayangan tersebut. Efek-efek dari penayangan tayangan misteri itulah yang menimbulkan pengaruh pada pola pikir masyarakat. Ada yang beranggapan bahwa

tayangan itu membuat pola pikir masyarakat menjadi dangkal dan bodoh, disisi lain ada juga yang beranggapan bahwa dengan adanya tayangan itu pola pikir kita semakin dewasa karena selalu ingat akan kekuasaan Allah SWT. Penelitian Kuantitatif sederhana ini memakai metode Sampling dengan klasifikasi menggunakan penjabaran secara umum, jadi dengan beberapa subyek yang dianggap mewakili berbagai golongan (Cluster) diharapkan bisa memperoleh kebenaran mutlak. Pada dsarnya hamper semua subyek pernah menonton tayangan-tayangan misteri tersebut dan dengan dasar alasan yang berbeda-beda. Mereka juga memilki tanggapan yang beragam mangenai tayangan-tayangan tersebut. Tidak ada yang benar-benar kontra dengan kehadiran tayangan-tayangan tersebut karena dirasakan tidak berpengaruh langsung pada sikap. Pengaruh dirasakan lebih pada pola pikir. Hal ini sesuai dengan metode agenda setting yang menjadi acuan penulis. Secara sederhana digambarkan bhwa ada beberapa subyek yang pola pikirnya berubah setelah melihat tayangan tersebut. Pola pikir yang tidak logis mulai muncul disamping pola pikir-pola pikir logis yang telah ada sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara sikap, tayangan-tayangan tersebut tidak terlalu berpengaruh, namun secara pola pikir sedikit banyak kemunculan tayangantayangan tersebut mampu merubahnya. Keseimbangan norma dalam penayangan adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh hampir semua subyek. V.2. Saran Penulis secara khusus menyarankan kepada pihak Stasiun TV, bahwa penayangan tayangan-tayangan yang bersifat misteri bukan untuk dihilangkan namun untuk lebih ditingkatkan mutunya. Ada keseimbangan dalam penayangannya terutama dalam norma agama dan susila. Hal-hal gaib adalah sesuatu yang wajib dipercayai dan diimani, namun bukan hanya demi kepentingan sepihak hal-hal gaib bisa dieksloitir dengan luar biasa bahkan dengan cara melakukan kebohongan publik dan sifatnya mengada-ada. Hal ini

dapat membuat publik menjadi bodoh adan tidak berpikir logis, hingga tujuan awal untuk menmbah kadar keimanan tidak tercapai.Keberadaan alam lain cukup dianggap ada, seperti mereka yang tidak mengganggu kita, maka demikianlah seharusnya sebaliknya memperlakukannya.

DAFTAR PUSTAKA Rakhmat, Jalaludin, Drs., M.Sc.2000. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Maryani, Eni, Dra., S.Sos. Materi Perkuliahan Komunikasi Massa.

LAMPIRAN (Transkrip Wawancara)

INTERVIEW TRANSCRIPT I. Wawancara ke-1 Tanggal 13 November 2003 pukul 22.13 WIB di Tempat Kost Penulis Subjek : -Nama : Hasanudin Amir -Usia : 23 tahun -Gender : Laki-laki -Status : Single -Pekerjaan : Mahasiswa -Hubungan : Teman The Interview : Tanya (T): Kamu tahu kalau dibeberapa Stasiun TV terdapat tayangan-tayangan yang menayangkan hal-hal yang bersifat misteri atau ghaib? Jawab (J): Ya, tentu saya tahu..! T: Kamu suka menontonnya? J: Ya, saya selalu menyempatkan diri untuk melihatnya. T: Nampaknya kamu sangat tertarik, hingga kamu selalu menyempatkan diri untuk melihatnya. J: Gimana engga, banyak hal aneh yang bisa saya lihat didalamnya. T: Hanya itu alasan kamu melihatnya? J: Ya,kurang lebih begitu.Hal-hal yang logis kan kita lihat ampir setiap saat.Jadi yang ga logisnya kita lihat di tayangan itu. T: Kamu setuju kalau hanya hal-hal non logis yang ditampakan disana? J: Ya, memang begitu adanya kan? T: Lalu apa itu membuat perubahan di pola pikir kamu, hingga kamu menjadi pemikir yang tidak logis. J: Terkadang iya. Hehe.. Saya sering pulang malam karena kuliah. Sewaktu saya mengendarai motor, lalu motor saya rada kurang beres. Saya terkadang malah berpikir kalau saya lagi dikerjain makhluk halus. Saya ga berpikir ada kerusakan apa gitu. Ya..tapi itu kadang-kadang?

T: Wah, jadi secara langsung tayangan itu memberikan efek untuk membuat orang menjadi bodoh dong? J: Ya..Langsung dan tidak langsung.Tergantung ke pribadi orang itru juga. T: Kamu merasa terkadang anda merasa menjadi bodoh atau berpikir non logis untuk menanggapi segala hal. Dan salah satu sebabnya adalah karena tayangan misteri itu. Tapi anda terus melihatnya? J: Ya T: Mengapa? J: Kembali ke jawaban saya yang tadi, lebih pada ketertarikan saya pada kejadian-kejadian anehnya saja. Ada semacam tantangan juga untuk ikut serta menunggu kehadiran makhluk halus itu. T: Diantara semua tayangan itu, acara yang mana yang anda paling suka dan mengapa? J: Dunia Lain di TransTV. Karena acara itu memiliki segmen Uji Nyali yang terkadang dapat memperlihatkan kehadiran mereka. Kita bisa ikut hanyut pula saat kita melihat itu. Ikut merasa takut, dan ini yang membuat asyik. II. Wawancara ke-2 Tanggal 18 November 2003 pukul 16.56 WIB di Sukabumi Subjek : -Nama : Bayu Nugraha Utama, SE. (Abay) -Usia : 26 tahun -Gender : Laki-laki -Status : Single -Pekerjaan : Pegawai BRI -Hubungan : Teman The Interview : T: Abay tahu kalau dibeberapa Stasiun TV terdapat tayangan-tayangan yang menayangkan hal-hal yang bersifat misteri atau ghaib? J: Ya, saya tahu..! T: Abay suka menontonnya? J: Tidak, mungkin kadang-kadang kalau situasi memungkinkan. T: Ada alasan khusus mengapa Abay jarang menontonya? Takut? J: Tidak lah..! Ga ada untungnya lah menonton hal-hal seperti itu. Mengenai makhluk halus kita cukup mengimaninya namun tidak perlu sampai mengeksploitir seperti itu. Kita manusia juga kalau dibongkar privasi kita ga akan enak kan? T: Apa itu membodohi masyarakat ? J: Langsung dan tidak langsung. Saya pikir tingkat pendidikan sangat berpengaruh disini. Mereka yang masih lemah pendidikannya saya pikir dapat dengan gampang dipengaruhi. Lalu untuk yang sudah agak tinggi, saya pikir acara itu lebih pada menambah ilmu saja dan ya..buat hiburan lah. T: Apabila Abay saya suruh pilih, acara mana yang Abay suka diantara semua Tayangan Misteri? J: Ada acara di Antv yang bertajuk Percaya Ngga Percaya. Acara itu memiliki kelebihan dibanding acara yang lain. Acara yang lain seperti menghalalkan segala cara untuk sekedar menampakan makhlus halus, bahkan terkadang

memakai trik kamera. Namun, di PNP itu kita tidak sekedar tahu namun dijelaskan secara agama oleh pakar supranatural yang memakai kajian islam dalam penjelasannya. Beda dengan acara yang lain yang memakai pakar supranatural yang terkadang mungkin adalah dukun-dukun yang belum jelas agamanya. PNP juga tidak memiliki target untuk menampakan makhluk halus, ada kadar kesopanan disini. T: Ada pengaruh dari acara-acara itu terhadap realitas hidup anda sehari-hari? J: Bagi saya tidak ada. Berjalan biasa saja. Saya percaya dengan adanya alam gaib, sudah cukup itu saja. III. Wawancara ke-3 Tanggal 18 November 2003 pukul 17.25 WIB di Sukabumi Subjek : -Nama : Hidajat Djati Oetama, SE. (Pak Dayat) -Usia : 57 tahun -Gender : Laki-laki -Status : Menikah -Pekerjaan : Pensiunan BRI -Hubungan : Ayah dari Bayu Nugraha Utama The Interview : T: Bapak sering melihat tayangan-tayangan misteri di TV? J: Sering, hampir setiap penayangannya saya melihat. T: Ada alasan khusus atau hanya berdasarkan suka? J: Awalnya karena anak-anak saya yang lain yang selalu ingin melihat jadi sayapun mau tidak mau turut melihat, toh TV di bawah kan hanya satu sedangkan Bayu memiliki TV sendiri diatas. T: Bapak membiarkan anak-anak Bapak melihat acara seperti itu ? J: Saya tidak mencoba untuk membuat mereka bodoh. Saya justru ingin mereka tahu apa yang mereka imani. Agama kita kan menerangkan tentang hal-hal gaib. Tuhan kita pun sifatnya Ghaib. Jadi saya ingin ada keseimbangan berpikir dimereka. Logis dan Non Logis. Tidak membuat bodoh saya rasa. Justru secara psikologis dapat membuat keimanan mereka terhadap Tuhan dan Agama mereka semakin kuat. Toh, saya melihat mereka menjadi tidak penakut karena merasa tahu bahwa ada yang lain disekitar kita yang harus kita percayai, bukan untuk ditakuti. T: Untuk Bapak sendiri apa ada pengaruhnya ? J: Saya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Kita hidup di masyarakat dengan tradisi ketimuran yang terkadang menganggap hal-hal seperti itu menjadi sebuah budaya tersendiri. Apalagi jaman dahulu alasan-alasan magis selalu menjadi santapan saya sehari-hari saat orangtua saya menerangkan, memarahi, atau mengingatkan sesuatu. Anehnya, terkadang hal-hal itu memang terjadi. Dulu saya belum berpikir panjang, namun seiring makin tingginya tingkat pendidikan saya, saya anggap mitu hal yang biasa saja dan memang seharusnya ada. Jadi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap realitas hidup saya sehari-hari, biasa saja. T: Namun bagi masyarakat yang lain, yang mungkin dari segi pendidikan berbeda dengan Bapak, ada efek yang sangat berpengaruh sangat besar. Misalnya mereka selalu berpikir tidak logis dalam setiap kehidupan mereka, percaya pada benda-benda keramat dalam artian memang sangat memujanya, melakukan ritual-ritual mistis. Apa itu tidak berbahaya?

J: Jelas berbahaya. Secara naluriah tayangan itu memberikan efek-efek yang sangat berbeda pada setiap pribadi. Disinilah bagaimana tayangan itu bisa menganalisa diri dulu sebelum dikonsumsikan kepada masyarakat luas. Harus ada keseimbangan antara nilai budaya, nilai agama, nilai ilmiah, dan nilai ekonomi juga. Taruhlah seperti acara Dunia Lain dan PNP, masih ada nilai agama yang diungkapkan dengan pendapat para ulama atau kalangan agama hingga masyarakat juga sedikit banayak terimbangi pola pikirnya. T: Bapak punya acara favorit untuk tayangan misteri itu ? J: Apa yaya mungkin dua acara tadi : Dunia Lain dan PNP. IV. Wawancara ke-4 Tanggal 22 November 2003 pukul 10:21 WIB di Rumah Penulis di Sukabumi Subjek : -Nama : H. Andy Ruswandy, S.Ip. -Usia : 53 tahun -Gender : Laki-laki -Status : Menikah -Pekerjaan : Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sukabumi -Hubungan : Ayah Penulis The Interview : T: Papap, setahu Yopi sering banget menonton tayang misteri. J: Ya..tepat sekali dan mamah kamu pun sering ikut bahkan terkadang menunggu acara-acara itu. T: Alasannya? J: Suatu realitas lain yang bisa kita lihat disamping semua realitas kehidupan yang wajar kita lihat sehari-hari. Disamping itu kita coba seimbangkan pola pikir kita dari realitas logis atau fisis dengan realitas tidak logis atau metafisis, dua hal kontradiktif yang sama-sama harus kita kuasai. T: Maksud dari kuasai apa? Apa kita harus belajar melihat makhluk halus? J: Bukan sesederhana itu, tetapi lebih pada faktor meningkatkan pengetahuan kita tentang hal yang hakiki yang harus kita imani. Kita punya Tuhan, Tuhan adalah suatu Dzat yang halus, yang Ghaib. Kita coba imani, bukan mencari secara lahiriah tapi secara bathiniah kita percayai adanya dengan bukti-bukti yang ada. T: :Bukan berarti pembodohan publik ? J: Bodoh bagi yang merasa bodoh, bagi yang tirakat untuk mendapatkan kode togel itu bodoh! Tapi bagi Papap tidak ada itu pembodohan bahkan nambah pintar. Kita jadi bisa melihat dari dua segi mata uang yang berbeda. Pinter kan ? T: Jadi faktor tingkat status seseoirang turut menentukan? J: Itu yang paling berpengaruh. Tingkat pendidikian juga sangat berperan. Coba kamu tanya ke orang-orang di daerah yang berpendidikan setingkat SD lalu tinggal di pedalaman, jawabannya pasti berbeda. T: Tentu saja! Jadi acara itu harus tetap diadakan? J: Gimana bisa dihilangkan. Itu kan yang bikin TV pada kaya. Ratingnya pada tinggi. Yang paling penting adalah kemasan dari tayangan itu. Harus ada keseimbangan antara norma dengan nilai. Jangan hanya mengekspos untuk memperlihatkan makhluk halusnya saja tetapi pada pengetahuan pada ilmu

percayanya. Buat masyarakat menjadi semakin tinggi imannya dengan melihat dunia lain itu. Juga jangan kurang ajar dengan makhluk halus, mereka adalah makhluk Allah yang harus kita hormati. Jangan mengganggu privasi mereka. Masing-masing aja. Perlihatkan lalu terangkan itu kuncinya. Bukan perlihatkan lalu tinggalkan, itu yang bikin bodoh. T: Ada pengaruh buat kehidupan real Papa sendiri? J: Hal gaib adalah bagian dari kehidupan Papap sejak kecil. Hampir setiap saat Papap mengalami hal-hal gaib. Bukan sekali juga Papa bertemu dengan makhluk halus. Papap terlahir dari sebuah daerah yang bahkan sampai sekarangpun masih kental dengan nuansa mistisnya. Siapa tidak kenal daerah Jampang Kulon? Jadi ya..itu sudah jadi bagian dari kehidupan Papap. Kita ada, mereka ada. Kita bisa berpikir logis namun terkadang hal-hal non logis perlu kita pikirkan. Jadi imbang lah. Bagaimana cara kita sendiri menyikapinya. T: Ada acara favorit dan ada yang dibenci? J: :Banyak, ampir semua. Kayaknya TV dirumah kurang, apalagi malam jumat. Hampir semua TV menayangkan. Namun ada acara di Lativi yaitu Rahasia Alam Gaib sama Kismis di RCTI yang kurang pas kemasannya. Rahasia Alam Gaib sering memperlihatkan aksi-aksi menjijikan yang tidak pantas dikonsumsi, pernah mereka menayangkan aksi memakan ayam yang masih hidup hingga ayam itu mati dan itu diperlihatkjan begitu saja. Sangat menjijikan. Kismis lain lagi, itu kan akting, jadi terkadang dandanan hantu-hantunya keterlaluan dan memalukan baik bagi kita dan mungkin juga para makhluk halus. Kismis terkesan main-main. V. Wawancara ke-5 Tanggal 27 November 2003 pukul 10:47 WIB di Sukabumi Subjek : -Nama : Oman Sudrajat -Usia : 41 tahun -Gender : Laki-laki -Status : Menikah -Pekerjaan : Pemotong Hewan dan Penjual Daging -Hubungan : Tetangga Penulis The Interview : T: Mang Oman suka melihat acara-acara misteri? J: Kadang-kadang, kalau sempat. T: Mang Oman percaya hantu? J: Tidak, tapi Mang Oman percaya adanya Jin dan Setan. T: Kalau Mang Oman kebetulan melihat acara-acara itu, apa tanggapan Mang Oman ? J: Ya, senang saja. Rame juga melihat ada bukti-bukti kehadiran makhluk halus itu, jadi tegang juga melihat tiba-tiba ada penampakan wajah jin, bayangan putih, suara-suara aneh, orang kesurupan, dll. Pokoknya rame, seperti lihat film horor saja. T: Kalau lalu setelah menonton itu di rumah Mang Oman tiba-tiba ada suara aneh di atap, bagaimana? J: Suka kepikiran sih, apa ada jin begitu yang menggoda. Tapi dinetralkan dengan mikir saja itu kucing.

T: Jadi mikir ada jin dulu baru kepikiran kucing. J: Ya, lebih sering begitu. T: Apa Mang Oman tidak merasa dibodohi ? J: Dari pertama lihat udah anggap itu main-main sih. Jadi biasa saja. Lagian masyarakat kita senang akan hal-hal seperti itu. Mungkin lain ceritany apabila kita tanyakan ke orang barat. Bagi mereka itu mungkin mengurangi kadar masuk akalnya. Mereka kan ga percaya takhayul. Tapi saya tidak merasa bodoh dengan melihat acara itu. T: Tapi tadi Mang Oman berpikir yang tidak logis dulu baru kepikiran yang logis. Apa karena pengaruh acara itu? J: Tanpa ada acara itupun saya suka berpikir seperti itu. Mungkin dengan adanya acara itu nambah-nambah kali ya. Apa itu suatu kebodohan, saya tidak tahu. Tapi begitulah adanya.

Anda mungkin juga menyukai